percakapan

Pram merokok di teras samping,

Ia duduk tenang sembari sesekali memijat mijat pangkal hidungnya.

Sudah jelas banyak sekali hal yang laki laki itu pikirkan,

Apalagi setelah mertuanya menemuinya beberapa hari yang lalu.

Jujur saja, sebelum ia dan Laras seperti ini, Pram sudah mempersiapkan diri untuk lepas dari nama besar papanya.

Ia tidak nyaman terus terusan hidup di bawah bayang bayang papanya.

Apalagi ibu tirinya yang bagai malaikat itu,

Semua orang tau, ibu tirinya itu awalnya adalah selingkuhan papanya.

Pram melempar rokoknya yang tinggal setengah ke arah rumput rumput basah yang beberapa jam lalu tersiram air hujan.

Perasaan tidak terima itu masih ada, pengkhianatan papanya masih begitu melekat di dalam diri Pramudya.

saat Pram sedang sibuk dengan pikirannya, terdengar suara pintu kaca yang di geser,

" ras.. Kau belum tidur?" tanya Pram menoleh ke arah Laras.

" Bolehkan mas membantuku..?" Laras berdiri di samping pintu kaca, dengan daster berwarna biru muda,

" apa itu ras? katakan saja?" Pram sontak berdiri,

laki laki berkaos putih itu berjalan mendekat ke Laras.

" kakiku terasa sakit sejak kemarin.." suara Laras lirih, rautnya sedikit malu,

" Ke dokter ras??" wajah Pram khawatir,

Laras menggeleng,

" tidak perlu sampai ke dokter, sepertinya aku hanya ingin di pijit.."

" akan ku panggil kan Bu Yati ya?" Pram berjalan melewati Laras, namun Laras menarik ujung kaos putih itu sehingga langkah Pram terhenti.

" kenapa?" tanya Pram berbalik,

" aku tidak ingin di pijit oleh Bu Yati.." wajah Laras bersemu merah saat mengatakan itu.

Pramudya sedikit tertegun, namun segera di singkirkan ketertegunannya,

Di raihnya tangan Laras, di tariknya perlahan agar mengikuti langkah Pram.

Laras patuh, ia berjalan mengikuti langkah Pram yang sengaja di pelankan.

" Di kamarku tidak ada minyak kayu putih dan semacamnya, karena itu kita ke kamarmu saja.. supaya setelah kupijat kau bisa langsung beristirahat.." ujar Pram,

Laras mengangguk patuh, entah apa yang membuatnya seperti itu, entah karena dorongan hatinya, atau bawaan bayi di perutnya yang memang merindukan sentuhan dan ayahnya.

Setelah sampai di kamar Laras, Pram menyuruh Laras untuk duduk diatas tempat tidur.

Sungguh.. Ini adalah pertama kali Pram memasuki kamar Laras,

memang dirinyalah yang membeli rumah ini, bahkan mengaturnya sedemikian mungkin agar istri kecilnya itu betah, namun setelah Laras tinggal di kamar itu tentu saja nuansanya berbeda.

Aroma pengharum ruangan yang lembut menyentuh hidung Pramudya.

Setelah menemukan minyak kayu putih, Pram langsung memijat kaki Laras yang sudah Laras luruskan di atas tempat tidur itu.

Sementara Laras terduduk dan bersandar di bantal.

" Kenapa tidak bicara padaku sejak kemarin kalau memang ingin di pijat?" tanya Pram sembari sibuk memijat telapak kaki Laras.

" Mas terlihat begitu sibuk.. kupikir mas pasti lelah.." jawab Laras pelan,

" selama itu untukmu dan anakku, aku tidak akan pernah merasa lelah.." Pram mengulas senyum sekilas pada Laras.

Entah kenapa jawaban Pram itu begitu menyentuh di hati Laras, perempuan itu terdiam,

Pram sungguh berbeda dari Elang,

Pram begitu tenang dan dewasa, sementara elang masih impulsif dan menggebu ngebu.

" Ayahmu menemuiku beberapa hari yang lalu..

Dia berbicara tentangmu.." ujar Pram pelan, dengan tangan yang terus memijat telapak kaki Laras,

" tentang ku?" tanya Laras,

" tentang mu, tentang anak kita.." mendengar itu Laras terdiam kembali, ia tau kemana arah pembicaraan Pram.

" Ayahmu meminta kita agar tidak berpisah.." Pram menatap Laras teduh, rautnya tenang, meski matanya memancarkan kepedihan.

Ruangan yang hening itu kini semakin hening,

" kau jangan khawatir ras..

Meski ayahmu berkata seperti itu padaku,

Pendapatmu adalah yang paling penting..

Kau mencintai Elang bukan..?

Maka kau berhak meneruskan cintamu dan menggapai masa depanmu..

Aku adalah perusak ras..

Sepantasnya aku yang menyingkir bersama anak anak.." tangan Pram terhenti,

Laki laki itu memperbaiki daster Laras yang sedikit tersingkap ke atas lututnya.

" katakan padaku ras.. Apa kau masih ingin pergi setelah melahirkan?" Pram menatap Laras lekat.

Cukup lama Pram menunggu jawaban, namun Laras tidak juga menjawab,

" Ras, bersamaku atau Elang, kau akan tetap menjadi menantu keluarga Cokro..

Hanya saja.. Anak anak yang akan kau lahirkan akan mempunyai nasib yang berbeda karena pilihanmu..

Aku tidak akan menyalahkan apapun pilihanmu, karena hal ini terjadi di luar kendalimu.."

Keduanya bertukar pandang,

Sorot mata yang sama sama bimbang dan penuh keresahan.

" Kau pasti membenciku kan ras..

Karena telah merusak hidupmu.." Pram menggenggam tangan Laras,

" Aku tidak tau apa yang akan terjadi pada kita ke depannya,

Tapi aku sungguh sungguh minta maaf ras..

Jangan terlalu membenciku ya ras..." Pram mencium punggung tangan Laras.

kasih sayang yang di pancarkan oleh Pram begitu pekat, hingga Laras bisa merasakan perasaan Pram dengan begitu jelas,

Dari sikap,

Dan tatapan Pram..

semudah apapun usia Laras, Laras dapat membaca semuanya dengan jelas.

Pram yang ada di hadapan Laras sekarang benar benar menampakkan kelemahannya,

Ia bertumpu pada Laras,

berharap namun juga tidak mengikat.

Mata coklat tua yang sayu menatap Laras, rambut yang selalu rapi dan harum, juga tangan yang kokoh yang sedang menggenggam tangan Laras,

Pram sangat menarik, bahkan sejak dulu.

Namun entah apa yang membuat keduanya Tiba tiba berjarak,

Pram menarik diri dan tampak begitu acuh,

Laras yang merasa di abaikan tentu saja mulai menatap Elang yang gencar mendekatinya dan menawarkan hal hal yang menyenangkan.

" Aku tidak pernah membencimu mas.." suara Laras lirih,

" meski sekarang kita seperti ini, aku tidak pernah membencimu.." imbuh Laras.

mendengar itu mata Pram yang sayu terlihat tampak lebih hidup,

" benarkah itu ras?" tanya Pram duduk lebih dekat di samping Laras.

Laras mengangguk,

" Aku juga ingin menjaga anak anak...

Melihatnya setiap hari..

Aku ingin sekali semua baik baik saja mas..

Tapi.." Laras kembali terdiam.

Terpopuler

Comments

Miko Celsy exs mika saja

Miko Celsy exs mika saja

laras ikitin nasihat bpkmh sj kau kan sdh bs menilai bgmn,,,blm tentu jg elang bisa terina km klo sdh tau apa yg terjd,mending hidup bersama pram dan anak2,pram sdh ketahuan sikapnya sm km klo elang dia blm bisa bijak msh terlalu ego yg diutamain

2024-12-03

4

Aningrum

Aningrum

hidup apa hidung kak ??

2024-12-03

4

evi Lusi

evi Lusi

bikin penasaran saja
greget kan jadunya nunggu kelanjutannya
udah serius nih mbak Atu aku nyimaknya
eh gantung /Smile/

2024-12-03

3

lihat semua
Episodes
1 rumah keluarga Cokro
2 tidak mau
3 saran yuniar
4 biarkan anakku hidup
5 sofa
6 kembar
7 kue putu
8 bunga asoka
9 andai saja
10 menendang nendang
11 perut laras
12 angkringan
13 kamar bayi
14 aku tak akan berubah pikiran
15 tetaplah bersama
16 keresahan pram
17 percakapan
18 perasaanku
19 subuh
20 cerah
21 kontraksi
22 menjelang dua puluh lima tahun
23 ruang bayi
24 aku ingin egois
25 apa boleh?
26 sikap lembut
27 kau tega kepada adikmu?
28 Zavier dan Zerina
29 keluarga kecil
30 mama elang
31 ketidaksetujuan suryo
32 semangat untuk laras
33 ketegasan Pram
34 peringatan pram
35 mimpi buruk
36 kakung
37 pagi yang cerah
38 aku tidak perduli
39 mimpi buruk
40 Anak kesayangan
41 kecurigaan elang
42 pencarian
43 petir
44 gelang yang cantik
45 pertanyaan elang
46 siapa laki laki itu
47 es krim
48 dia adikku
49 jujurlah
50 tangis bayi
51 jangan sentuh anak istriku
52 kembali padaku!
53 IGD
54 amarah suryo
55 pembelaan
56 desakan
57 jika segalanya bisa di ulang
58 senyum zavier
59 percakapan di sofa rumah sakit
60 air mata laras
61 air mata pram
62 Tidak ada Laras disini
63 penyesalan Bu yati
64 kesadaran pramudya
65 kembalikan istriku
66 guncangan
67 Rejdo prawira
68 tidak pantas
69 cucu keluarga prawira
70 di pangkuan eyang
71 pak dhe
72 penyesalan eyang
73 masa lalu
74 menguji kesabaran
75 saya sudah terlalu tua
76 biarkan saja
77 selamatan
78 rasa takut
79 pabrik kayu
80 perbincangan larut malam
81 tidak setia
82 makan malam
83 air mata Bu yati
84 anakmu!
85 ayo menikah
86 kerinduan
87 aku bapak kandungmu
88 kemana bapak selama ini?
89 ibu yang pergi
90 air mata Naina
91 maafkan eyang
92 5 tahun
93 gerbang sekolah
94 om
95 pecel tumpang
96 penjelasan
97 Tidak bisa
98 pulanglah
99 rumah kakek dan nenek
100 mereka keponakanku
101 jangan lari lagi
102 Sekolah
103 kakakmu berbeda
104 kenyataan menyakitkan
105 maafkan aku
106 aku tidak bisa memaafkanmu
107 rumah belanda
108 tempat yang dekat
109 ibu guru rara
110 ketakutan elang
111 Bu guru cantik
112 kamar laras
113 keraguan pram
Episodes

Updated 113 Episodes

1
rumah keluarga Cokro
2
tidak mau
3
saran yuniar
4
biarkan anakku hidup
5
sofa
6
kembar
7
kue putu
8
bunga asoka
9
andai saja
10
menendang nendang
11
perut laras
12
angkringan
13
kamar bayi
14
aku tak akan berubah pikiran
15
tetaplah bersama
16
keresahan pram
17
percakapan
18
perasaanku
19
subuh
20
cerah
21
kontraksi
22
menjelang dua puluh lima tahun
23
ruang bayi
24
aku ingin egois
25
apa boleh?
26
sikap lembut
27
kau tega kepada adikmu?
28
Zavier dan Zerina
29
keluarga kecil
30
mama elang
31
ketidaksetujuan suryo
32
semangat untuk laras
33
ketegasan Pram
34
peringatan pram
35
mimpi buruk
36
kakung
37
pagi yang cerah
38
aku tidak perduli
39
mimpi buruk
40
Anak kesayangan
41
kecurigaan elang
42
pencarian
43
petir
44
gelang yang cantik
45
pertanyaan elang
46
siapa laki laki itu
47
es krim
48
dia adikku
49
jujurlah
50
tangis bayi
51
jangan sentuh anak istriku
52
kembali padaku!
53
IGD
54
amarah suryo
55
pembelaan
56
desakan
57
jika segalanya bisa di ulang
58
senyum zavier
59
percakapan di sofa rumah sakit
60
air mata laras
61
air mata pram
62
Tidak ada Laras disini
63
penyesalan Bu yati
64
kesadaran pramudya
65
kembalikan istriku
66
guncangan
67
Rejdo prawira
68
tidak pantas
69
cucu keluarga prawira
70
di pangkuan eyang
71
pak dhe
72
penyesalan eyang
73
masa lalu
74
menguji kesabaran
75
saya sudah terlalu tua
76
biarkan saja
77
selamatan
78
rasa takut
79
pabrik kayu
80
perbincangan larut malam
81
tidak setia
82
makan malam
83
air mata Bu yati
84
anakmu!
85
ayo menikah
86
kerinduan
87
aku bapak kandungmu
88
kemana bapak selama ini?
89
ibu yang pergi
90
air mata Naina
91
maafkan eyang
92
5 tahun
93
gerbang sekolah
94
om
95
pecel tumpang
96
penjelasan
97
Tidak bisa
98
pulanglah
99
rumah kakek dan nenek
100
mereka keponakanku
101
jangan lari lagi
102
Sekolah
103
kakakmu berbeda
104
kenyataan menyakitkan
105
maafkan aku
106
aku tidak bisa memaafkanmu
107
rumah belanda
108
tempat yang dekat
109
ibu guru rara
110
ketakutan elang
111
Bu guru cantik
112
kamar laras
113
keraguan pram

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!