aku tak akan berubah pikiran

Kamar bayi itu benar benar hening, dan sepasang suami istri yang masih muda itu saling menatap dengan perasaan yang campur aduk.

" Aku tidak pernah membencimu, apalagi memusuhimu.." ujar Pram dengan suara setenang mungkin, tatapannya penuh arti, seakan ada beban perasaan besar yang ia sembunyikan.

" Dengan sikapmu yang seperti itu?" Laras masih menuntut penjelasan atas sikap Pram.

Pram tertunduk sejenak, terdengar helaan nafasnya yang berat.

" Apa yang bisa kulakukan?" Pram kembali menatap Laras,

" apa yang bisa kulakukan? Kau bahkan masih terlalu kecil untuk mengerti apa yang kurasakan,"

Laras sedikit tertegun,

" Aku menjelaskannya pun kau tidak akan mengerti..

ku tegaskan, aku sungguh tidak pernah membencimu,

Sikapku timbul karena ada perasaan yang harus ku jaga,

senyummu adalah segalanya ras,

Meski yang berada disampingmu bukan aku.."

Mata Laras tiba berkaca kaca, entah apa yang membuat perasaannya terluka sehingga air mata mulai mengalir di pipi Laras.

Pram sungguh tidak menyangka bahwa Laras akan menangis,

Padahal ia sudah berhati hati di setiap kalimatnya agar tidak melukai hati Laras.

" Apa aku melukaimu?" tanya Pram sembari menggenggam kedua tangan Laras, tanpa permisi dan ragu ragu seperti biasanya.

" Dokter bilang kau tidak boleh stress, kau tidak boleh bersedih??" imbuh Pram, tapi bukannya air mata itu berhenti, tapi malah semakin deras mengalir.

Laras tersisak Isak tanpa Pram tau apa penyebab dari air mata Laras yang turun deras itu.

Tidak tahan melihat Laras yang begitu tampak rapuh, Pram langsung memeluk Laras,

Di peluknya perempuan yang berstatus istrinya itu dengan raut cemas,

" maafkan aku.. aku yang salah ras..

aku yang salah karena telah membuatmu seperti ini..

tidak ada yang bisa kulakukan selain meminta maafmu??,

Aku tidak akan berubah pikiran ras,

Aku akan mendukung kebahagiaan dan harapan harapanmu,

Meski suatu saat kita akan berhadapan sebagai ipar..

sungguh tidak apa apa ras..

Sungguh tidak apa apa..

kau berhak meraih mimpimu, meraih pendidikan dan cita citamu,

bahkan kau berhak hidup dengan orang yang kau cintai..

Aku akan merawat anak kita dengan baik..

Aku akan menjadi ayah dan ibu bagi mereka.." suara Pram bergetar, sesungguhnya hatinya juga sakit luar biasa saat mengatakan hal itu.

Dia bermaksud menenangkan Laras, namun di sisi lain dia juga menginjak injak perasaan dan harapannya sendiri.

Bukanya tenang,

Laras semakin terisak.

Di biarkan oleh Pram air mata itu tumpah sebanyak banyaknya sampai Laras lelah.

" Elang mungkin akan membunuhku jika ia sudah mengetahui apa yang terjadi,

Papa pasti sudah menutup mulut semua orang, tapi sepandai pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga ras..

Jika itu sampai terjadi, jika Elang benar benar lepas kendali,

tolong selamatkan anak anak kita..

Mereka berhak hidup bahagia," ujar Pram saat Laras sudah mulai tenang.

Di lepaskan pelukannya, dan di hapus semua sisa air mata di wajah Laras.

" Kau tidak sepenuhnya bersalah, kita berada dalam situasi yang tidak kita inginkan.." suara Laras serak,

" Elang tidak akan perduli tentang hal itu, yang dia tau hanyalah aku sudah merebut miliknya,

Aku sudah mencuranginya,

Dan aku sudah berbuat jahat kepadanya..

Kalau aku jadi Elang,

Aku juga akan murka dan kecewa, entah apa yang akan kulakukan, mungkin saja sama, dan mungkin saja lebih buruk.."

" tidak, aku tidak mau anak anak menjadi korban kemarahan Elang,

Karena itu kau harus berusaha supaya Elang Tidak tau apa yang sesungguhnya terjadi pada kita.." pinta Laras,

" tentu saja aku akan berusaha, jika perlu aku akan pindah dari kota ini, akan ku besarkan anak anak di kota lain yang jauh dari jangkauan elang."

Laras menatap Pram sayu, ia tampak begitu sedih.

" Elang akan pulang dua bulan lagi, dan dia pasti akan marah karena aku memutus komunikasi diantara kami secara sepihak.

kau tau benar Elang bukan mas..

Dia akan mencariku meski harus masuk ke lubang ular sekalipun..

Dia orang yang gigih,

Apapun yang dia mau harus terwujud.."

Pram menyentuh pipi Laras, membelainya dengan hati hati,

" maafkan aku, di saat kau terdesak nanti, aku tidak bisa memasang badan untukmu..

Elang akan curiga dan marah jika aku dekat dekat denganmu," ujar Pram.

Laras mengangguk lemah, lalu menjatuhkan dirinya di bahu Pram.

Deg...

Pram membeku sesaat,

Laras yang kemarin kemarin menjauh darinya, dan seperti jijik melihatnya, kini malah menjatuhkan dirinya di dada dan bahunya.

Pram mengulurkan tangannya, merangkul punggung kecil Laras.

Lama keduanya berada di posisi itu, mereka seperti terlena dan merasa nyaman, hingga muncul pergerakan di perut Laras, gerakan yang cukup aktif, hingga Pram mau tidak mau ikut merasakannya.

Pram sontak memandangi perut Laras,

" mereka bergerak.." ujar Pram pelan sembari menyentuh perut Laras,

" iya, seperti inilah mereka setiap hari.." sahut Laras, membuat senyum Pram mulai terkembang kembali,

" mereka tau kalau ayahnya sedang di dekatnya.." Pram mengelus perut Laras dengan hati hati.

" usiaku tepat dua puluh lima tahun saat mereka lahir nanti..

Mereka adalah hadiah terindah dari Tuhan.." imbuh Pram,

" benarkah? Apa kau tidak merasa ini tidak adil untukmu mas?"

" kenapa aku harus merasa tidak adil?" Pram menatap Laras,

" bagaimana pasanganmu kelak akan menerimamu? Kau akan punya dua orang anak sekaligus?"

Pram lagi lagi tersenyum,

" aku hanya akan fokus pada anak anakku.. Aku tidak mau mereka terluka hanya karena hasratku untuk memiliki pendamping..

Jadi kau tenanglah, tidak akan kucarikan mereka ibu tiri ras.." jelas Pram begitu tenang.

Entah kenapa.. diam diam Laras senang dengan penjelasan Pram, entah karena ia tau bahwa anaknya akan di rawat dengan baik karena Pram tidak akan memecah perhatiannya dengan pasangan yang baru,

Atau, ada sesuatu hal yang lain, sehingga ia diam diam merasa tenang.

" Setelah lepas dariku, berjanjilah ras.. Kau harus fokus pada pendidikanmu,

setelah lulus bekerjalah.. sembari menunggu Elang,"

Laras mengangguk, ia tau benar, kalau Pram adalah laki laki yang baik, dan tentunya sangat menyayangi Laras.

Hanya saja semenjak Laras berpacaran dengan Elang, Pram tiba tiba saja menjauh darinya.

Terpopuler

Comments

Yeni Fitriani

Yeni Fitriani

Laras bodoh klo masih sj ngotot mau sm elang sedangkan laras tau klp hati pram lebih tulus dan sabar.....akunmalah berharap stelh bercerai dgn laras pram mendapatkan perempuan yg benar2 tulus menyayangi pram dan kedua bayinya...biar laras tahu gimana rasa sakit yg sesungguhnya.

2025-02-19

1

Miko Celsy exs mika saja

Miko Celsy exs mika saja

sedih mba ayu.......semoga ada sesuatu yg buat laras berubah pikiran dan tetap mau bersama pram......dan semoga laras menyadari perasaaannya ke pran

2024-11-26

4

Isda Wardati K

Isda Wardati K

makasih up nya mbk ayu
sehat sehat selali

2024-11-26

4

lihat semua
Episodes
1 rumah keluarga Cokro
2 tidak mau
3 saran yuniar
4 biarkan anakku hidup
5 sofa
6 kembar
7 kue putu
8 bunga asoka
9 andai saja
10 menendang nendang
11 perut laras
12 angkringan
13 kamar bayi
14 aku tak akan berubah pikiran
15 tetaplah bersama
16 keresahan pram
17 percakapan
18 perasaanku
19 subuh
20 cerah
21 kontraksi
22 menjelang dua puluh lima tahun
23 ruang bayi
24 aku ingin egois
25 apa boleh?
26 sikap lembut
27 kau tega kepada adikmu?
28 Zavier dan Zerina
29 keluarga kecil
30 mama elang
31 ketidaksetujuan suryo
32 semangat untuk laras
33 ketegasan Pram
34 peringatan pram
35 mimpi buruk
36 kakung
37 pagi yang cerah
38 aku tidak perduli
39 mimpi buruk
40 Anak kesayangan
41 kecurigaan elang
42 pencarian
43 petir
44 gelang yang cantik
45 pertanyaan elang
46 siapa laki laki itu
47 es krim
48 dia adikku
49 jujurlah
50 tangis bayi
51 jangan sentuh anak istriku
52 kembali padaku!
53 IGD
54 amarah suryo
55 pembelaan
56 desakan
57 jika segalanya bisa di ulang
58 senyum zavier
59 percakapan di sofa rumah sakit
60 air mata laras
61 air mata pram
62 Tidak ada Laras disini
63 penyesalan Bu yati
64 kesadaran pramudya
65 kembalikan istriku
66 guncangan
67 Rejdo prawira
68 tidak pantas
69 cucu keluarga prawira
70 di pangkuan eyang
71 pak dhe
72 penyesalan eyang
73 masa lalu
74 menguji kesabaran
75 saya sudah terlalu tua
76 biarkan saja
77 selamatan
78 rasa takut
79 pabrik kayu
80 perbincangan larut malam
81 tidak setia
82 makan malam
83 air mata Bu yati
84 anakmu!
85 ayo menikah
86 kerinduan
87 aku bapak kandungmu
88 kemana bapak selama ini?
89 ibu yang pergi
90 air mata Naina
91 maafkan eyang
92 5 tahun
93 gerbang sekolah
94 om
95 pecel tumpang
96 penjelasan
97 Tidak bisa
98 pulanglah
99 rumah kakek dan nenek
100 mereka keponakanku
101 jangan lari lagi
102 Sekolah
103 kakakmu berbeda
104 kenyataan menyakitkan
105 maafkan aku
106 aku tidak bisa memaafkanmu
107 rumah belanda
108 tempat yang dekat
109 ibu guru rara
110 ketakutan elang
111 Bu guru cantik
112 kamar laras
113 keraguan pram
114 tipe lili
Episodes

Updated 114 Episodes

1
rumah keluarga Cokro
2
tidak mau
3
saran yuniar
4
biarkan anakku hidup
5
sofa
6
kembar
7
kue putu
8
bunga asoka
9
andai saja
10
menendang nendang
11
perut laras
12
angkringan
13
kamar bayi
14
aku tak akan berubah pikiran
15
tetaplah bersama
16
keresahan pram
17
percakapan
18
perasaanku
19
subuh
20
cerah
21
kontraksi
22
menjelang dua puluh lima tahun
23
ruang bayi
24
aku ingin egois
25
apa boleh?
26
sikap lembut
27
kau tega kepada adikmu?
28
Zavier dan Zerina
29
keluarga kecil
30
mama elang
31
ketidaksetujuan suryo
32
semangat untuk laras
33
ketegasan Pram
34
peringatan pram
35
mimpi buruk
36
kakung
37
pagi yang cerah
38
aku tidak perduli
39
mimpi buruk
40
Anak kesayangan
41
kecurigaan elang
42
pencarian
43
petir
44
gelang yang cantik
45
pertanyaan elang
46
siapa laki laki itu
47
es krim
48
dia adikku
49
jujurlah
50
tangis bayi
51
jangan sentuh anak istriku
52
kembali padaku!
53
IGD
54
amarah suryo
55
pembelaan
56
desakan
57
jika segalanya bisa di ulang
58
senyum zavier
59
percakapan di sofa rumah sakit
60
air mata laras
61
air mata pram
62
Tidak ada Laras disini
63
penyesalan Bu yati
64
kesadaran pramudya
65
kembalikan istriku
66
guncangan
67
Rejdo prawira
68
tidak pantas
69
cucu keluarga prawira
70
di pangkuan eyang
71
pak dhe
72
penyesalan eyang
73
masa lalu
74
menguji kesabaran
75
saya sudah terlalu tua
76
biarkan saja
77
selamatan
78
rasa takut
79
pabrik kayu
80
perbincangan larut malam
81
tidak setia
82
makan malam
83
air mata Bu yati
84
anakmu!
85
ayo menikah
86
kerinduan
87
aku bapak kandungmu
88
kemana bapak selama ini?
89
ibu yang pergi
90
air mata Naina
91
maafkan eyang
92
5 tahun
93
gerbang sekolah
94
om
95
pecel tumpang
96
penjelasan
97
Tidak bisa
98
pulanglah
99
rumah kakek dan nenek
100
mereka keponakanku
101
jangan lari lagi
102
Sekolah
103
kakakmu berbeda
104
kenyataan menyakitkan
105
maafkan aku
106
aku tidak bisa memaafkanmu
107
rumah belanda
108
tempat yang dekat
109
ibu guru rara
110
ketakutan elang
111
Bu guru cantik
112
kamar laras
113
keraguan pram
114
tipe lili

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!