perut laras

Rumah yang mempunyai lima kamar utama dan tiga kamar pembantu itu terasa sangat hening.

Biasanya suara pintu kamar Pram penuh dengan ketukan pintu Bu Yati yang melaporkan semua kegiatan istrinya.

Pram yang baru saja selesai mandi dan rambutnya masih basah itu keluar dari kamarnya,

dengan kaos putih dan celana panjang santainya.

Pram berjalan ke ruang tengah,

Sepi..

Lalu berjalan ke dapur..

Sepi juga,

Pram mengerutkan dahinya, ia berjalan ke depan dan kesamping,

Tetap tidak ada orang.

Sampai akhirnya ia berjalan ke garasi,

" pak, kemana semua orang?" tanya Pram pada sopir yang khusus ia siapkan untuk keadaan darurat jika ia sedang tidak dirumah atau di luar kota.

" tadi sewaktu saya ke dapur sepertinya sedang berkumpul di kamar Bu Yati semua pak, Bu Laras juga disana kalau saya tidak salah lihat.." jelas si sopir sembari mengelap mobil minibus berwarna putih yang sengaja Pram beli untuk kebutuhan Laras.

" di kamar Bu Yati?"

" iya pak, sepertinya sedang sibuk berbincang.."

mendengar itu Pram langsung berbalik dan kembali ke dalam rumah,

Karena penasaran ia berjalan ke arah kamar pembantu yang terletak di belakang dapur, sedikit jauh, karena itu rumah begitu hening.

Sayup sayup terdengar suara Laras dan dua pembantu lain tertawa dan berbincang, sepertinya seru sekali.

Pram yang biasanya acuh dengan urusan orang lain itu, kini mulai penasaran, ia terus melangkah ke arah kamar Bu Yati, dan terlihatlah istrinya sedang duduk di atas tempat tidur,

Sementara dua pembantu rumah tangga sedang tersenyum senyum sembari memegangi perut istrinya sekali kali.

" eh! Nendang lagi dia mbak Laras?! Ya ampun aktifnya?!" kata salah satu pembantu.

" wahh pasti sehat sekali kalau lahir nanti?!" sahut salah satu pembantu lainnya.

Laras mengangguk sembari tersenyum lebar, terlihat raut Laras yang begitu senang, tidak ada lagi wajah tertekan seperti yang biasanya Pram lihat.

Atau.. Wajah tertekan itu hanya timbul saat Laras disamping Pram?,

Pram masih diam, sehingga tidak ada yang menyadari kehadirannya yang berdiri tidak jauh dari pintu kamar Bu Yati yang terbuka.

Pram masih ingin melihat ekspresi ekspresi Laras lebih jauh lagi.

" Sudah mempersiapkan nama mbak?" tanya salah satu pembantu,

" belum.. Kata Bu Yati kalau sudah dekat masa masa melahirkan saja..

Tapi sepertinya aku akan menyerahkan soal itu pada mas Pram.." jawab Laras kalem,

" bukankah lebih baik kalau di putuskan berdua soal nama?" sahut Bu Yati,

Laras menatap Bu Yati dan mengulas senyum sedikit getir,

" Bu Yati, setelah melahirkan saya akan pergi, dan mas Pram lah yang akan membesarkan mereka..

Akan lebih baik jika saya Tidak ikut campur.."

Deg...

Pram mundur mendengar jawaban Laras pada bu Yati,

sempat terbersit rasa untuk mempertahankan rumah tangganya dan Laras,

Tapi angan hanyalah sebatas angan, Pram harus Ingat pada apa yang sudah ia janjikan pada Laras.

Tidak hanya Pram yang sedih mendengar itu,

Tapi ketiga pembantu rumah tangga di hadapan Laras, senyum ketiganya seketika menghilang, berganti dengab raut wajah yang sedih.

" Apakah tidak mungkin untuk terus disini mbak?

Memangnya mbak Laras bisa meninggalkan bayi bayi yang masih merah itu?" tanya salah satu pembantu yang usianya masih tiga puluhan itu.

Laras lama terdiam, sembari mengelus perutnya,

" tidak tega, tapi harus pergi.." jawab Laras akhirnya.

" tapi akan kesini untuk menjenguk anak anak bukan?" tanya pembantu itu lagi,

Laras mengangguk, entah anggukan yang sungguh sungguh, entah anggukan yang hanya bertujuan untuk menenangkan orang orang di hadapan Laras.

Bu Yati terdengar menghela nafas,

" doakan saya sehat mbak, saya yang akan membantu mas Pram mengurus anak anak mbak Laras nanti.." ucap Bu Yati dengan mata berkaca kaca,

" lho?! Bu Yati Kok nangis?!" protes salah satu pembantu,

" saya kan jadi terbawa suasana Bu Yati?!" lanjut si pembantu yang paling muda itu.

" iya, semoga semua yang disini sehat ya.." Laras mengulas senyum tenang, menahan gemuruh kesedihan di dadanya.

tapi di sembunyikan seperti apapun, kesedihan itu tetap terlihat.

____

Malam itu Pram tidak bisa memejamkan matanya, ia terus saja membolak balikkan tubuhnya di atas tempat tidur yang cukup luas untuk satu orang itu.

Sesungguhnya kamar yang ia tempati adalah kamar utama,

Kamar yang lebih besar dari kamar lainnya, begitu pula dengan tempat tidurnya, karena memang di khususkan untuk pasangan suami istri.

Namun Pram tau, Laras tidak mungkin mau tidur satu kamar dengannya.

Pram melirik jam di dindingnya, waktu sudah tengah malam, tapi matanya masih begitu lebar.

Dengan perasaan resah Pram bangkit, ia merasa perlu untuk mencari udara segar.

Pram berjalan ke arah laci meja di samping tempat tidurnya, mengambil kunci mobilnya.

Setelah itu ia berjalan keluar kamar, di lanjutkan langkahnya melewati ruang tengah yang di dominasi dengan warna coklat muda itu,

dengan santai sandal putihnya menginjak keramik rumahnya yang berwana senada dengan dinding rumahnya.

Namun langkah tenang itu tiba tiba terhenti, Pram menemukan televisi besar di ruang tengah itu menyala,

Namun tidak ia temukan seseorang yang duduk di sofa depan televisi itu.

Pram mendekat ke arah televisi itu,

" drama korea," gumam Pram,

Bukankah Laras yang biasanya menonton drama Korea?

Karena penasaran Pram mendekat dan melihat ada siapa di balik sofa, dan ternyata benar, Laras sedang terbaring disana, rupanya lelap sekali.

Pram jongkok di hadapan Laras,

menatap wajah Laras dengan seksama,

Melihat bulu mata Laras yang lentik, dan bibir yang mungil itu, timbul perasaan yang sudah lama di kubur oleh Pram.

Tangannya terulur membelai rambut Laras yang menutupi dahi,

Entah dari mana muncul keberanian Pram, melihat Laras yang tidak juga bergerak saat dahinya di Sentuh oleh Pram,

Pram menjadi semakin Ingin menyentuh Laras.

Di dekatkan wajahnya ke wajah Laras perlahan, sembari menahan debar di dadanya.

Semakin dekat, dan semakin dekat, Laras masih terlelap, dan akhirnya.. bibir mungil itu di kecup oleh Pram.

Kecupan yang lembut dan hangat,

Kecupan pertama yang Pram lakukan dalam keadaan benar benar sadar dan berdasarkan keinginannya sendiri.

Wajah Pram yang masih begitu dekat dengan wajah Laras di tarik seketika oleh Pram, karena mata Laras yang awalnya terpejam tiba tiba terbuka.

Pram membeku, mata Laras berkedip kedip mengusir kantuk.

dalam hati Pram berharap, Laras tidak menyadari apa yang telah ia lakukan,

sungguh ia begitu kurang ajar, berani beraninya mencium Laras yang jelas jelas membencinya.

Laras menatap Pram yang begitu dekat dengannya, namun tidak seperti yang di bayangkan Pram, bahwa perempuan yang sudah menjadi istrinya itu akan marah dan berlari masuk ke kamar.

keduanya bertukar pandang cukup lama, hingga akhirnya Laras bicara dengan suaranya yang lirih,

" Anakmu bergerak terus mas.. Aku sampai tidak bisa tidur di buatnya.."

Mendengar itu Pram terlihat sedikit kaget,

dengan ragu ragu Pram menjawab,

" apa rasanya sakit?" suara Pram terdengar begitu lembut di telinga Laras.

" Tidak sakit, tapi rasanya tidak nyaman, aku tidak bisa tidur.." Laras rupanya masih sedikit di kuasai kantuk.

Pram yang belum punya pengalaman apapun itu terlihat bingung,

" apa.. Kita perlu ke dokter?" tanya Pram,

Laras menggeleng,

" mungkin saja mereka bisa diam jika kau sentuh.."

Lagi lagi Pram tercengang dengan apa yang di ucapkan Laras.

Bagaimana tidak, perempuan yang selama ini begitu menjaga jarak dengannya Tiba tiba memberinya kesempatan yang bahkan Tidak pernah Pram bayangkan.

" A.. Apa.. Aku boleh menyentuh perutmu ras?" Pram yang selalu tegas dalam mengambil langkah itu malah tampak ragu ragu di hadapan Laras.

Laras mengangguk, masih dengan posisi berbaring,

Melihat anggukan itu Pram memberanikan diri,

Di ulurkan tangannya, dan menyentuh perut Laras pelan.

Satu menit berlalu tidak ada gerakan apapun yang di rasakan oleh Pram, tapi di menit kedua, gerakan muncul tepat di bawah telapak tangan Pram.

Raut wajah Pram sontak berubah, dadanya berdebar bahagia, senyumnya terkembang tanpa ia sadari,

" dia bergerak lagi..!" Pram terlihat begitu terharu,

Bahkan Pram dapat melihat dengan jelas bentuk perut Laras yang berubah karena pergerakan bayi dalam perut Laras.

" Mereka kuat sekali bergerak.." Pram terus mengelus perut Laras, dan Laras hanya diam melihat Pram yang begitu bahagia.

Jelas perempuan itu menatap Pram, namun mulutnya tertutup rapat, entah apa yang sebenarnya di pikirkan Laras, tidak ada yang benar benar tau.

Karena begitu bahagia dengan pergerakan yang di rasakan nya, pram reflek mencium perut Laras, dan menempelkan kepalanya berkali kali ke perut Laras,

Pram bergumam, tapi entah apa yang ia ucapkan, karena suaranya begitu lirih, sepertinya itu adalah doa untuk anak anaknya.

Awalnya Pram tidak sadar, ia terlalu nyaman menyandarkan kepalanya di perut Laras,

Namun matanya sekilas menangkap wajah Laras yang bersemu merah.

Pram langsung tersadar dan menarik kepalanya,

" maafkan aku.. sudah membuatmu tidak nyaman.." ucap Pram lalu menarik tangannya yang berada di atas perut Laras.

" kurasa mereka akan jauh lebih tenang setelah ini.. Jadi kau bisa masuk ke dalam kamar dan tidur.." ucap Pram sembari bangkit.

" kuantar ke kamarmu?"

Laras menggeleng,

" kau mau disini sampai pagi?" keduanya saling menatap,

Diam diam Laras menatap kunci yang berada di tangan kiri Pram,

" mas mau kemana?" tanya Laras,

" aku?" Pram sampai lupa kalau dirinya keluar bertujuan untuk mencari angin segar.

" aku mau mencari angin, aku juga tidak bisa tidur.." jawab Pram,

" aku juga ingin merasakan angin malam yang segar..

Dan pasti enak kalau makan makanan hangat yang berkuah.." Laras menatap Pram,

mendengar itu Pram kembali berjongkok di hadapan Laras,

" mau ikut?" tanya Pram dengan tatapan lembut,

Laras mengangguk, wajahnya begitu pasrah.

Terpopuler

Comments

santhy

santhy

rasanya kok kepengen mbak ayuk bisa up sering² 😍🫰

2024-11-21

2

Isda Wardati K

Isda Wardati K

aku yang baca juga ikut nangis.
mbak ayu kok pinter tenan ngaduk2 emosi pembaca

2024-11-21

3

Iyee Kah

Iyee Kah

aku juga sedh mas pram

2024-11-21

4

lihat semua
Episodes
1 rumah keluarga Cokro
2 tidak mau
3 saran yuniar
4 biarkan anakku hidup
5 sofa
6 kembar
7 kue putu
8 bunga asoka
9 andai saja
10 menendang nendang
11 perut laras
12 angkringan
13 kamar bayi
14 aku tak akan berubah pikiran
15 tetaplah bersama
16 keresahan pram
17 percakapan
18 perasaanku
19 subuh
20 cerah
21 kontraksi
22 menjelang dua puluh lima tahun
23 ruang bayi
24 aku ingin egois
25 apa boleh?
26 sikap lembut
27 kau tega kepada adikmu?
28 Zavier dan Zerina
29 keluarga kecil
30 mama elang
31 ketidaksetujuan suryo
32 semangat untuk laras
33 ketegasan Pram
34 peringatan pram
35 mimpi buruk
36 kakung
37 pagi yang cerah
38 aku tidak perduli
39 mimpi buruk
40 Anak kesayangan
41 kecurigaan elang
42 pencarian
43 petir
44 gelang yang cantik
45 pertanyaan elang
46 siapa laki laki itu
47 es krim
48 dia adikku
49 jujurlah
50 tangis bayi
51 jangan sentuh anak istriku
52 kembali padaku!
53 IGD
54 amarah suryo
55 pembelaan
56 desakan
57 jika segalanya bisa di ulang
58 senyum zavier
59 percakapan di sofa rumah sakit
60 air mata laras
61 air mata pram
62 Tidak ada Laras disini
63 penyesalan Bu yati
64 kesadaran pramudya
65 kembalikan istriku
66 guncangan
67 Rejdo prawira
68 tidak pantas
69 cucu keluarga prawira
70 di pangkuan eyang
71 pak dhe
72 penyesalan eyang
73 masa lalu
74 menguji kesabaran
75 saya sudah terlalu tua
76 biarkan saja
77 selamatan
78 rasa takut
79 pabrik kayu
80 perbincangan larut malam
81 tidak setia
82 makan malam
83 air mata Bu yati
84 anakmu!
85 ayo menikah
86 kerinduan
87 aku bapak kandungmu
88 kemana bapak selama ini?
89 ibu yang pergi
90 air mata Naina
91 maafkan eyang
92 5 tahun
93 gerbang sekolah
94 om
95 pecel tumpang
96 penjelasan
97 Tidak bisa
98 pulanglah
99 rumah kakek dan nenek
100 mereka keponakanku
101 jangan lari lagi
102 Sekolah
103 kakakmu berbeda
104 kenyataan menyakitkan
105 maafkan aku
106 aku tidak bisa memaafkanmu
107 rumah belanda
108 tempat yang dekat
109 ibu guru rara
110 ketakutan elang
111 Bu guru cantik
112 kamar laras
113 keraguan pram
114 tipe lili
Episodes

Updated 114 Episodes

1
rumah keluarga Cokro
2
tidak mau
3
saran yuniar
4
biarkan anakku hidup
5
sofa
6
kembar
7
kue putu
8
bunga asoka
9
andai saja
10
menendang nendang
11
perut laras
12
angkringan
13
kamar bayi
14
aku tak akan berubah pikiran
15
tetaplah bersama
16
keresahan pram
17
percakapan
18
perasaanku
19
subuh
20
cerah
21
kontraksi
22
menjelang dua puluh lima tahun
23
ruang bayi
24
aku ingin egois
25
apa boleh?
26
sikap lembut
27
kau tega kepada adikmu?
28
Zavier dan Zerina
29
keluarga kecil
30
mama elang
31
ketidaksetujuan suryo
32
semangat untuk laras
33
ketegasan Pram
34
peringatan pram
35
mimpi buruk
36
kakung
37
pagi yang cerah
38
aku tidak perduli
39
mimpi buruk
40
Anak kesayangan
41
kecurigaan elang
42
pencarian
43
petir
44
gelang yang cantik
45
pertanyaan elang
46
siapa laki laki itu
47
es krim
48
dia adikku
49
jujurlah
50
tangis bayi
51
jangan sentuh anak istriku
52
kembali padaku!
53
IGD
54
amarah suryo
55
pembelaan
56
desakan
57
jika segalanya bisa di ulang
58
senyum zavier
59
percakapan di sofa rumah sakit
60
air mata laras
61
air mata pram
62
Tidak ada Laras disini
63
penyesalan Bu yati
64
kesadaran pramudya
65
kembalikan istriku
66
guncangan
67
Rejdo prawira
68
tidak pantas
69
cucu keluarga prawira
70
di pangkuan eyang
71
pak dhe
72
penyesalan eyang
73
masa lalu
74
menguji kesabaran
75
saya sudah terlalu tua
76
biarkan saja
77
selamatan
78
rasa takut
79
pabrik kayu
80
perbincangan larut malam
81
tidak setia
82
makan malam
83
air mata Bu yati
84
anakmu!
85
ayo menikah
86
kerinduan
87
aku bapak kandungmu
88
kemana bapak selama ini?
89
ibu yang pergi
90
air mata Naina
91
maafkan eyang
92
5 tahun
93
gerbang sekolah
94
om
95
pecel tumpang
96
penjelasan
97
Tidak bisa
98
pulanglah
99
rumah kakek dan nenek
100
mereka keponakanku
101
jangan lari lagi
102
Sekolah
103
kakakmu berbeda
104
kenyataan menyakitkan
105
maafkan aku
106
aku tidak bisa memaafkanmu
107
rumah belanda
108
tempat yang dekat
109
ibu guru rara
110
ketakutan elang
111
Bu guru cantik
112
kamar laras
113
keraguan pram
114
tipe lili

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!