bunga asoka

Pram keluar dari lift,

matanya terbentur dinding berwarna abu abu yang di penuhi dengan foto papanya dan para relasinya.

" Selamat siang, sudah di tunggu bapak.." sapa sorang perempuan yang mempunyai meja kerja tidak jauh dari pintu ruangan papanya.

Pram tidak menjawab, ia meneruskan langkahnya, namun langkahnya terhenti saat Suryo keluar dari ruangan papanya.

Perasaan kikuk langsung menghampiri Pram,

ia bingung harus menyapa suryo bagaimana, laki laki itu sekarang adalah mertuanya.

" Selamat siang mas Pram, bapak sudah menunggu sejak tadi." ucap Suryo menghempaskan kekikukan Pram.

Sepertinya Suryo tau kebingungan Pram akan hubungan mereka yang tiba tiba berubah.

Setelah mengulas senyum, Suryo berjalan pergi.

Pram terdiam cukup lama,

Suryo benar benar sosok yang menenangkan sejak dulu,

Saat papanya selalu menekannya dengan kejam,

Suryo lah yang selalu meredam amarah Pram pada papanya itu.

Pram melanjutkan langkahnya, ia membuka pintu dan masuk ke ruangan papanya.

Pram bisa melihat jelas uban yang hampir merata, namun papanya itu masih saja terlihat tampan di usianya.

Pram duduk di sofa berwarna hitam berbahan kulit yang sengaja di letakkan di tengah ruangan.

" kau sudah makan siang?" tanya Cokro tanpa menatap putranya, ia sibuk dengan berkas berkas di hadapannya.

" belum, saya akan makan nanti." jawab Pram datar,

mendengar itu Cokro mengalihkan pandangannya pada putra pertamanya itu,

" Ku dengar cucuku kembar?" wajah Cokro terlihat tenang, tidak ada ekspresi senang yang Pram tangkap.

" benar, kata dokter demikian." jawab Pram,

" bagaimana reaksi Laras setelah mengetahui itu?" rasa penasaran Cokro besar rupanya.

" Akan lebih baik jika papa menanyakannya pada Laras sendiri."

" apa masuk akal kau berkata seperti itu? Kau anakku, Elang juga anakku?!" suara Cokro meninggi.

" papa juga tidak masuk akal, papa bertanya seakan akan aku dekat dengan Laras,

Laras saja tidak mau memandangku." jawab Pram masih datar.

Laki laki itu selalu membuang perasaannya saat berhadapan dengan papanya.

Karena Pram tau,

Ia tidak pernah di perhitungkan dan jarang di dengar.

" jangan bohong Pram! Bu Yati bilang kau sudah ada kemajuan dengan Laras!"

Pram membisu, ia membuang pandangannya ke arah lain.

" Kau tidak memikirkan adikmu? sungguh kau benar benar tidak memikirkan adikmu?

Apa kau tidak pernah membayangkan?

Bagaimana kecewa dan sedihnya dia nanti?

Kau merebut apa yang seharusnya jadi miliknya,

Jadi bersikaplah sepantasnya Pram?" suara Cokro menurun, namun tatapannya masih menyakitkan bagi Pram.

" Saya merebut?" Pram sontak menatap papanya tidak percaya,

" mungkin itu kecelakaan, tapi perempuan yang seharusnya menjadi istri adikmu kini menjadi istri dan ibu dari anak anakmu?!"

mendengar itu Pram langsung tertunduk, namun bibirnya mengulas senyum getir.

Ia tidak berniat menjawab,

Lagi pula ia tidak pernah membantah,

di anggap salah atau benar itu tidak ada bedanya bagi Pram.

" Aku memanggilmu kesini karena mendengar dari Yati kalau kau dan Laras sudah mulai berinteraksi.

Aku ingin mengingatkanmu Pram.

Adikmu pasti kembali,

Dia pasti menuntut apa yang menjadi miliknya.

Jadi jangan sampai kau terlena dan tidak memenuhi janjimu." mendengar itu rasa pedih menyusupi hati Pram.

" jangan khawatir. Saya adalah orang yang selalu menepati janji.

papa jangan khawatir, toh Laras tidak pernah menatap saya.

Selamat siang pa.

Saya masih banyak pekerjaan." jawab Pram dengan suara yang dalam, ada sesuatu yang ia tahan jauh di dalam hatinya.

Pram bangkit, dan segera berjalan ke arah pintu tanpa menunggu jawaban dari papanya.

_______

Malam sungguh pekat, tidak ada satu cahaya bintang pun di langit malam ini.

Pram duduk di halaman samping, dimana bunga bunga Asoka bermekaran.

Tatapannya kosong ke arah bunga bunga yang tampak begitu segar itu.

Sejam yang lalu turun hujan yang lumayan deras, dan tentu saja itu membuat semua tanaman begitu segar.

" mas Pram.." terdengar suara Bu Yati,

Pram tentu saja mencari asal suara itu,

Ternyata Bu Yati sedang berdiri di pintu kaca yang setengah terbuka,

Pintu kaca yang menghubungkan halaman samping dan ruang tengah.

" ada apa Bu Yati?" Pram masih duduk santai di atas kursi kayu yang banyak terdapat ukiran itu.

" Mbak Laras.."

mendengar nama Laras di sebut Pram langsung duduk tegak.

" kenapa Laras?"

" mbak Laras marah.." wajah bu Yati tampak bingung.

" marah? Kenapa??"

" minta mie pedas.." jawab Bu Yati,

" mie pedas? Apa pedas sekali? Kalau hanya sedikit kurasa tidak apa apa asal dia tidak memakan terlalu banyak," ujar pram.

" mie pedas dari korea itu, saya tidak tau namanya.. Kata para pelayan yang lain, itu mie yang pedas sekali mas,"

" apa mie nya sudah ada?"

" ada, saat belanja ke mini market dengan saya beberapa hari yang lalu mbak Laras membelinya, saya Tidak begitu paham,

Tapi pelayan yang lain paham,

bak Laras tadi bahkan sudah merebus air sendiri, untuk ketahuan saya.."

mendengar itu Pram bangkit perlahan,

" dimana sekarang Laras?" laki laki berkaos hitam dan bercelana senada itu berjalan masuk ke dalam rumah.

" sedang marah, duduk di dapur, tetap ngotot ingin makan mie mas.."

Pram berjalan ke dapur, di ikuti oleh Bu Yati.

Dan benar, Laras dengan daster berwarna putihnya itu sedang duduk dengan raut wajah yang kesal.

Sedangkan dua pembantu rumah tangga sedang berdiri di sampingnya, tampaknya mereka bingung melihat nyonyanya yang masih begitu muda sedang tenggelam dalam kekesalannya itu.

" Kalian pergilah.." perintah Pram pada dua pembantu rumah tangga itu.

" Bu Yati juga pergilah," Pram menatap Bu Yati, melihat tatapan Pram Bu Yati langsung mundur dan berjalan pergi meninggalkan dapur.

Pram melirik mie instan yang berada di atas kompor,

Mie itu sudah di buka, namun isinya rupanya masih lengkap di dalamnya.

" Baiklah, kau boleh makan mie yang kau mau itu, tapi dengan syarat.." Pram berdiri di hadapan Laras.

mendengar itu Laras langsung menatap Pram, meski dengan wajah yang tidak ramah.

Pram bukannya marah, ia malah tersenyum melihat sikap Laras.

" mau makan mie saja susah sekali." suara Laras terdengar benar benar kesal.

Pram lagi lagi tersenyum,

Ia duduk disamping Laras,

" aku akan memperbolehkan mu memakannya, asal.. Kau ijinkan aku yang memasaknya untukmu.." Pram terlihat begitu sabar dan tenang menghadapi sikap Laras.

" Aku bisa memasaknya sendiri, bilang saja kalau tidak boleh?!"

" boleh.. Tapi aku ingin memasak untukmu,

bagaimana?

Kalau kau tidak mau ya sudah, tidak usah makan mie pedas.." Pram tersenyum,

Namun tidak dengan Laras, wajahnya masih saja cemberut.

" baiklah, tapi kuahnya jangan banyak banyak, aku suka kuah yang kental agar bumbunya lebih terasa." ujar Laras setelah lama berpikir.

Mendengar itu tentu saja Pram langsung bangkit, menyalakan kompor, memanaskan air yang sempat di panaskan oleh Laras sebelum kedatangan Bu Yati.

Beberapa menit Pram sibuk memasak mie, setelah lama menunggu rupanya mie sudah matang, Pram sengaja membuatnya matang sekali agar Laras bisa mencernanya dengan mudah.

Pram membaca tulisan tulisan yang ada di bumbu mie itu,

Saat memasukan bumbu cabai,

Pram hanya memasukkannya setengah, sehingga sudah di pastikan oleh Pram bahwa mie yang akan di makan oleh Laras rasanya tidak akan begitu pedas.

Pram memasak dengan penuh senyum, ia merasa senang dengan apa yang ia lakukan, toh itu juga demi kebaikan istri dan janin janin dalam kandungan Laras.

Setelah mie sudah siap, Pram memindahkan mie itu ke atas meja, tepat di hadapan Laras.

mata Laras tampak berbinar melihat mie yang asapnya masih menyembul itu.

" pelan pelan, masih panas.."

mendengar kata kata Pram, Laras menatap Pram dengan heran,

" kenapa kau tidak menentangku dengan makanan ini?"

" sudahlah..makanlah," ujar pram, laki laki itu duduk di samping laras.

Wajah Pram begitu teduh dan damai, membuat kemarahan Laras entah luntur kemana.

Terpopuler

Comments

Miko Celsy exs mika saja

Miko Celsy exs mika saja

haduh pak cokro kau tdk mencerminkan orng tua yg bijaksana,kau ciptakan rasa cemburu sosial pd ank2mu,,hesnya senang dan mendukung klo ank dan menantunya sdh ada kemajuan lbh dekat,dr pd memisahkan cucu2nya dengan kedua orng tuanya,,untuk ank yg lainnya msh ada jln lain bisa sj nti elang kenal dengan orng yg lbh dr laras...mba ayu ini akun bara ku ya,dl akunku mika🫣🤭

2024-11-17

3

Yeni Fitriani

Yeni Fitriani

kasihan bgt sm nasib pram....anak kandung yg tdk pernah mendapatkan kasih sayang ayahnya dia hnya dijadikan robot sesuaikeinginan ayahnya.....entah mengapa stelah kedua anak kembarnya lahir aku berharap pram akan pergi menjauh dr keluarganya dan hidup hany bersama su kembar sj.

2025-02-19

1

Dewi Purnomo

Dewi Purnomo

baru Nemu novel mb Ayu lagi ini......tapi kok baca sampe disini sdh nyesek ya mb.....hehe....kasian Pram....semoga nanti Pram bakalan bahagia

2025-02-04

1

lihat semua
Episodes
1 rumah keluarga Cokro
2 tidak mau
3 saran yuniar
4 biarkan anakku hidup
5 sofa
6 kembar
7 kue putu
8 bunga asoka
9 andai saja
10 menendang nendang
11 perut laras
12 angkringan
13 kamar bayi
14 aku tak akan berubah pikiran
15 tetaplah bersama
16 keresahan pram
17 percakapan
18 perasaanku
19 subuh
20 cerah
21 kontraksi
22 menjelang dua puluh lima tahun
23 ruang bayi
24 aku ingin egois
25 apa boleh?
26 sikap lembut
27 kau tega kepada adikmu?
28 Zavier dan Zerina
29 keluarga kecil
30 mama elang
31 ketidaksetujuan suryo
32 semangat untuk laras
33 ketegasan Pram
34 peringatan pram
35 mimpi buruk
36 kakung
37 pagi yang cerah
38 aku tidak perduli
39 mimpi buruk
40 Anak kesayangan
41 kecurigaan elang
42 pencarian
43 petir
44 gelang yang cantik
45 pertanyaan elang
46 siapa laki laki itu
47 es krim
48 dia adikku
49 jujurlah
50 tangis bayi
51 jangan sentuh anak istriku
52 kembali padaku!
53 IGD
54 amarah suryo
55 pembelaan
56 desakan
57 jika segalanya bisa di ulang
58 senyum zavier
59 percakapan di sofa rumah sakit
60 air mata laras
61 air mata pram
62 Tidak ada Laras disini
63 penyesalan Bu yati
64 kesadaran pramudya
65 kembalikan istriku
66 guncangan
67 Rejdo prawira
68 tidak pantas
69 cucu keluarga prawira
70 di pangkuan eyang
71 pak dhe
72 penyesalan eyang
73 masa lalu
74 menguji kesabaran
75 saya sudah terlalu tua
76 biarkan saja
77 selamatan
78 rasa takut
79 pabrik kayu
80 perbincangan larut malam
81 tidak setia
82 makan malam
83 air mata Bu yati
84 anakmu!
85 ayo menikah
86 kerinduan
87 aku bapak kandungmu
88 kemana bapak selama ini?
89 ibu yang pergi
90 air mata Naina
91 maafkan eyang
92 5 tahun
93 gerbang sekolah
94 om
95 pecel tumpang
96 penjelasan
97 Tidak bisa
98 pulanglah
99 rumah kakek dan nenek
100 mereka keponakanku
101 jangan lari lagi
102 Sekolah
103 kakakmu berbeda
104 kenyataan menyakitkan
105 maafkan aku
106 aku tidak bisa memaafkanmu
107 rumah belanda
108 tempat yang dekat
109 ibu guru rara
110 ketakutan elang
111 Bu guru cantik
112 kamar laras
113 keraguan pram
114 tipe lili
Episodes

Updated 114 Episodes

1
rumah keluarga Cokro
2
tidak mau
3
saran yuniar
4
biarkan anakku hidup
5
sofa
6
kembar
7
kue putu
8
bunga asoka
9
andai saja
10
menendang nendang
11
perut laras
12
angkringan
13
kamar bayi
14
aku tak akan berubah pikiran
15
tetaplah bersama
16
keresahan pram
17
percakapan
18
perasaanku
19
subuh
20
cerah
21
kontraksi
22
menjelang dua puluh lima tahun
23
ruang bayi
24
aku ingin egois
25
apa boleh?
26
sikap lembut
27
kau tega kepada adikmu?
28
Zavier dan Zerina
29
keluarga kecil
30
mama elang
31
ketidaksetujuan suryo
32
semangat untuk laras
33
ketegasan Pram
34
peringatan pram
35
mimpi buruk
36
kakung
37
pagi yang cerah
38
aku tidak perduli
39
mimpi buruk
40
Anak kesayangan
41
kecurigaan elang
42
pencarian
43
petir
44
gelang yang cantik
45
pertanyaan elang
46
siapa laki laki itu
47
es krim
48
dia adikku
49
jujurlah
50
tangis bayi
51
jangan sentuh anak istriku
52
kembali padaku!
53
IGD
54
amarah suryo
55
pembelaan
56
desakan
57
jika segalanya bisa di ulang
58
senyum zavier
59
percakapan di sofa rumah sakit
60
air mata laras
61
air mata pram
62
Tidak ada Laras disini
63
penyesalan Bu yati
64
kesadaran pramudya
65
kembalikan istriku
66
guncangan
67
Rejdo prawira
68
tidak pantas
69
cucu keluarga prawira
70
di pangkuan eyang
71
pak dhe
72
penyesalan eyang
73
masa lalu
74
menguji kesabaran
75
saya sudah terlalu tua
76
biarkan saja
77
selamatan
78
rasa takut
79
pabrik kayu
80
perbincangan larut malam
81
tidak setia
82
makan malam
83
air mata Bu yati
84
anakmu!
85
ayo menikah
86
kerinduan
87
aku bapak kandungmu
88
kemana bapak selama ini?
89
ibu yang pergi
90
air mata Naina
91
maafkan eyang
92
5 tahun
93
gerbang sekolah
94
om
95
pecel tumpang
96
penjelasan
97
Tidak bisa
98
pulanglah
99
rumah kakek dan nenek
100
mereka keponakanku
101
jangan lari lagi
102
Sekolah
103
kakakmu berbeda
104
kenyataan menyakitkan
105
maafkan aku
106
aku tidak bisa memaafkanmu
107
rumah belanda
108
tempat yang dekat
109
ibu guru rara
110
ketakutan elang
111
Bu guru cantik
112
kamar laras
113
keraguan pram
114
tipe lili

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!