tidak mau

Suara tangis Laras memecah keheningan rumah megah itu, tangisnya tidak ada habisnya, menderu deru, seakan akan lara tak habis ia rasakan, seakan penyesalan bertumpuk tumpuk dalam dadanya dan mendesak desaknya, bahkan tangisnya semakin keras ketika kedua orang tuanya datang.

Semua orang berusaha untuk menenangkan Laras, dan satu jam kemudian barulah Laras mulai tenang, sepertinya tenaganya mulai habis.

Gadis itu terduduk lemas di pelukan ibunya, dengan wajah yang begitu sembab, dari raut wajahnya terlihat Laras begitu shock dengan apa yang terjadi pada dirinya.

Semua orang bisa melihat tangisan yang tidak rela,

Tangisan yang penuh rasa tidak terima, bahwa dirinya sudah tidak lagi suci,

dan yang lebih mengerikan lagi, yang merenggut kesuciannya adalah kakak dari kekasihnya sendiri.

Baru tangis Laras terhenti, tiba tiba ia menangis kembali,

Wajah Elang memenuhi benaknya,

Suara Elang terdengar jelas di telinganya,

rasa bersalah menyeruak, mendesak desak.

Sementara di ruang tengah, dimana sofa sofa besar berwarna maroon di letakkan di tengah ruangan.

Laki laki yang biasanya terlihat tenang dan berwajah dingin itu kini duduk berlutut di depan kedua orang tuanya dan orang tua Laras.

Wajahnya tampak lesu, penuh kebingungan dan rasa bersalah.

Sesekali ia memejamkan matanya, karena tidak sanggup mendengar tangisan Laras yang sangat menyayat hati itu.

Tak ada satupun orang yang menyuruhnya untuk berlutut,

Namun hatinya menginginkan itu,

Ia merasa pantas untuk meminta pengampunan dari orang tuanya dan orang tua Laras.

" aku bahkan tidak tau apa yang harus kulakukan padamu." suara Cokro dalam, sudah pasti laki laki itu marah, namun melihat putra pertamanya itu berlutut dengan wajah yang sudah merah karena tamparan tamparan Cokro, hatinya semakin kacau.

Ia tau benar, Pram bukanlah anak kurang ajar semacam itu,

sejak kecil, Pram selalu berhati hati dengan langkahnya,

Ia bahkan selalu mengabaikan wanita wanita yang dengan sengaja mendekatinya.

Pastinya ada alasan besar kenapa hal memalukan ini sampai terjadi.

Putra tertuanya yang selalu patuh dan membanggakan sekarang tampak begitu menyedihkan dan tidak berdaya.

Ia mendidik Pram dengan kejam tidak untuk membuat Pram berlutut di hadapan siapapun termasuk dirinya.

" Semua hukuman dari papa akan saya terima," ujar Pramudya saat tangis Laras sudah mereda dan suasana hening.

Laki laki itu tidak berani mengangkat wajahnya sama sekali.

Cokro terdengar beberapa kali menghela nafas berat, dan memencet mencet pangkal hidungnya.

" Sebelum kau melakukan ini apa kau tidak berpikir?!" suara Cokro terdengar bergetar, benar benar menahan amarahnya.

" Saya bahkan tidak tau apa yang saya lakukan pa..

Sungguh.." ucap Pram dengan suara rendah dan penuh penyesalan.

" Saya tidak bermaksud apapun..

papa tau dengan benar..

Saya bukan orang tidak waras yang menyimpan maksud buruk pada kekasih adik saya sendiri..

Meski tidak dekat, namun saya mengenalnya sejak ia kecil,

Saya melihatnya tumbuh,

Apa menurut papa saya tega merusak hidupnya?

Masa depannya?

dan hubungannya dengan Elang?

hal itu terjadi di luar kesadaran saya.." jelas Pram dengan suaranya yang bergetar.

Penyesalannya tidak bisa ia ungkapkan, dadanya sesak akan perasaan bersalah.

" Saya tidak akan memohon pengampunan, karena apa yang telah saya lakukan adalah sebuah dosa besar dan tentu saja sudah mencoreng martabat keluarga..

papa boleh menghukum saya dengan cara apapun..

Saya bahkan akan menerima jika papa pada akhirnya mengusir dan mengeluarkan saya dari keluarga.." ujar pram membuat papanya tampak tertegun,

Cokro memang marah, malu dan kecewa,

Namun ia tidak pernah berpikir untuk mengeluarkan putra tertuanya itu dari keluarga.

kata kata Pram, membuat hati Cokro semakin carut marut.

Setelah lama terdiam,

Cokro mengalihkan pandangannya pada sekretarisnya yang sudah bekerja selama belasan tahun padanya.

Suryo, laki laki yang lebih muda dua tahun darinya,

Sekertaris sekaligus ayah dari Larasati, gadis kesayangan Cokro,

karena Cokro tidak memiliki satu orang pun anak perempuan.

Laras sering menyusul ayahnya ke kantor dan tiba tiba masuk ke ruangan Cokro saat masih kecil,

Bukannya marah, Cokro justru mendudukkan Laras di pangkuannya sembari bekerja.

" Aku tidak sanggup berpikir Suryo, kuserahkan Pram kepadamu,

rasanya aku tidak pantas mengambil keputusan atas hal ini, karena ini menyangkut masa depan putrimu..

Aku bahkan tidak tau hukuman apa yang pantas ia terima..

Sungguh..

aku tidak sanggup mendengar tangisan Laras Suryo,

Hatiku seperti di cabik cabik, meskipun ia bukan putri kandungku, tapi aku menyayanginya,

aku melihatnya tumbuh bersama putra putraku..

maafkan aku Suryo, karena tidak becus mendidik putraku,

Sehingga dia menyakiti putrimu,

Maafkan aku Suryo.." ujar Cokro dengan mata memerah dan berkaca kaca, ia begitu terpukul, ia mengalihkan pandangannya dari suryo lalu tertunduk.

Berbeda dengan Cokro yang wajahnya terlihat begitu kalut,

Suryo terlihat tegar dan tenang,

Terdengar helaan nafas yang panjang sebelum suryo akhirnya bicara pada Pram yang masih berlutut di hadapannya.

" Bangunlah Pram." ujar Suryo,

" tidak om.." jawab Pram tetap tertunduk, ia menolak untuk bangun.

" lalu sampai kapan kau mau berlutut?"

Pram terdiam, cukup lama,

" sampai papa dan om sudah menentukan hukuman apa yang pantas untuk saya.."

mendengar itu Suryo menghela nafas berat,

" Boleh kau ceritakan kejadiannya kepadaku Pram?"

Pram mengangguk,

" baiklah, katakan."

mendengar itu, Pram menceritakan segalanya sedari awal,

dan setelah mendengar apa yang di ceritakan Pram,

Cokro dan Suryo sontak saling menatap, dan setelah saling menatap lama keduanya kembali menatap Pram,

" apakah ada yang mengikutimu? Memotretmu atau semacamnya?" tanya Cokro pada putranya,

" Saya tidak tau pa, saya benar benar tidak tau.." jawab Pram tertunduk lebih dalam.

lama suasana menjadi hening, tak ada suara satupun yang terdengar, baik itu tangisan Laras yang sedang duduk di ujung ruangan dalam pelukan ibunya.

" Tidak ada yang bisa kita lakukan mas," ujar Suryo akhirnya,

" maksudmu?"

" sebagai orang tua sudah kewajiban kita untuk menikahkan mereka," semua yang ada di ruangan itu seketika membeku, tidak hanya Cokro dan istrinya, wajah Pram pun terlihat sangat jelas bahwa ia terkejut.

" Tidak!!" suara Laras tegas, sehingga semua orang menatapnya,

" ayah jahat! Bagaimana ayah bisa menyuruhku menikah dengan mas Pram!

yang kucintai itu Elang!

Bukan mas Pram!!" air mata meleleh deras di pipi Laras.

Pram memejamkan matanya, menahan rasa pedih di dadanya.

" Memang tidak mudah Laras, tapi ayah akan berdosa jika tidak menikahkan mu dengan Pram, karena Pram yang harus bertanggung jawab atas dirimu setelah apa yang kalian lakukan, entah itu sengaja atau tidak, sadar atau tidak, kenyataannya kalian sudah berhubungan."

" aku tidak mau ayah! Aku tidak mau! Huhuhuhu...!!" Laras menangis bahkan lebih keras dari tangisannya tadi, membuat semua orang yang berada di ruangan terdiam bingung dan merasa tidak berdaya dengan tangisan Laras yang pilu itu.

Terpopuler

Comments

Murni Zain

Murni Zain

oke mbak Ayu.. ttp semangat dn jaga kesehatan.. jangan lupa jg istirahat ya cukup. 🥰😍

2024-11-07

3

Mika Saja

Mika Saja

gpp mba ayu,krna mng pnya kesibukan msing2,,,selalu ditunggu

2024-11-07

3

evi Lusi

evi Lusi

tidak apa mbak Ayu aku selalu setia menunggu kelanjutannya

2024-11-08

1

lihat semua
Episodes
1 rumah keluarga Cokro
2 tidak mau
3 saran yuniar
4 biarkan anakku hidup
5 sofa
6 kembar
7 kue putu
8 bunga asoka
9 andai saja
10 menendang nendang
11 perut laras
12 angkringan
13 kamar bayi
14 aku tak akan berubah pikiran
15 tetaplah bersama
16 keresahan pram
17 percakapan
18 perasaanku
19 subuh
20 cerah
21 kontraksi
22 menjelang dua puluh lima tahun
23 ruang bayi
24 aku ingin egois
25 apa boleh?
26 sikap lembut
27 kau tega kepada adikmu?
28 Zavier dan Zerina
29 keluarga kecil
30 mama elang
31 ketidaksetujuan suryo
32 semangat untuk laras
33 ketegasan Pram
34 peringatan pram
35 mimpi buruk
36 kakung
37 pagi yang cerah
38 aku tidak perduli
39 mimpi buruk
40 Anak kesayangan
41 kecurigaan elang
42 pencarian
43 petir
44 gelang yang cantik
45 pertanyaan elang
46 siapa laki laki itu
47 es krim
48 dia adikku
49 jujurlah
50 tangis bayi
51 jangan sentuh anak istriku
52 kembali padaku!
53 IGD
54 amarah suryo
55 pembelaan
56 desakan
57 jika segalanya bisa di ulang
58 senyum zavier
59 percakapan di sofa rumah sakit
60 air mata laras
61 air mata pram
62 Tidak ada Laras disini
63 penyesalan Bu yati
64 kesadaran pramudya
65 kembalikan istriku
66 guncangan
67 Rejdo prawira
68 tidak pantas
69 cucu keluarga prawira
70 di pangkuan eyang
71 pak dhe
72 penyesalan eyang
73 masa lalu
74 menguji kesabaran
75 saya sudah terlalu tua
76 biarkan saja
77 selamatan
78 rasa takut
79 pabrik kayu
80 perbincangan larut malam
81 tidak setia
82 makan malam
83 air mata Bu yati
84 anakmu!
85 ayo menikah
86 kerinduan
87 aku bapak kandungmu
88 kemana bapak selama ini?
89 ibu yang pergi
90 air mata Naina
91 maafkan eyang
92 5 tahun
93 gerbang sekolah
94 om
95 pecel tumpang
96 penjelasan
97 Tidak bisa
98 pulanglah
99 rumah kakek dan nenek
100 mereka keponakanku
101 jangan lari lagi
102 Sekolah
103 kakakmu berbeda
104 kenyataan menyakitkan
105 maafkan aku
106 aku tidak bisa memaafkanmu
107 rumah belanda
108 tempat yang dekat
109 ibu guru rara
110 ketakutan elang
111 Bu guru cantik
112 kamar laras
113 keraguan pram
114 tipe lili
Episodes

Updated 114 Episodes

1
rumah keluarga Cokro
2
tidak mau
3
saran yuniar
4
biarkan anakku hidup
5
sofa
6
kembar
7
kue putu
8
bunga asoka
9
andai saja
10
menendang nendang
11
perut laras
12
angkringan
13
kamar bayi
14
aku tak akan berubah pikiran
15
tetaplah bersama
16
keresahan pram
17
percakapan
18
perasaanku
19
subuh
20
cerah
21
kontraksi
22
menjelang dua puluh lima tahun
23
ruang bayi
24
aku ingin egois
25
apa boleh?
26
sikap lembut
27
kau tega kepada adikmu?
28
Zavier dan Zerina
29
keluarga kecil
30
mama elang
31
ketidaksetujuan suryo
32
semangat untuk laras
33
ketegasan Pram
34
peringatan pram
35
mimpi buruk
36
kakung
37
pagi yang cerah
38
aku tidak perduli
39
mimpi buruk
40
Anak kesayangan
41
kecurigaan elang
42
pencarian
43
petir
44
gelang yang cantik
45
pertanyaan elang
46
siapa laki laki itu
47
es krim
48
dia adikku
49
jujurlah
50
tangis bayi
51
jangan sentuh anak istriku
52
kembali padaku!
53
IGD
54
amarah suryo
55
pembelaan
56
desakan
57
jika segalanya bisa di ulang
58
senyum zavier
59
percakapan di sofa rumah sakit
60
air mata laras
61
air mata pram
62
Tidak ada Laras disini
63
penyesalan Bu yati
64
kesadaran pramudya
65
kembalikan istriku
66
guncangan
67
Rejdo prawira
68
tidak pantas
69
cucu keluarga prawira
70
di pangkuan eyang
71
pak dhe
72
penyesalan eyang
73
masa lalu
74
menguji kesabaran
75
saya sudah terlalu tua
76
biarkan saja
77
selamatan
78
rasa takut
79
pabrik kayu
80
perbincangan larut malam
81
tidak setia
82
makan malam
83
air mata Bu yati
84
anakmu!
85
ayo menikah
86
kerinduan
87
aku bapak kandungmu
88
kemana bapak selama ini?
89
ibu yang pergi
90
air mata Naina
91
maafkan eyang
92
5 tahun
93
gerbang sekolah
94
om
95
pecel tumpang
96
penjelasan
97
Tidak bisa
98
pulanglah
99
rumah kakek dan nenek
100
mereka keponakanku
101
jangan lari lagi
102
Sekolah
103
kakakmu berbeda
104
kenyataan menyakitkan
105
maafkan aku
106
aku tidak bisa memaafkanmu
107
rumah belanda
108
tempat yang dekat
109
ibu guru rara
110
ketakutan elang
111
Bu guru cantik
112
kamar laras
113
keraguan pram
114
tipe lili

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!