Tiga bulan berlalu kehidupan Ayesha selalu begitu, pagi hari pergi bekerja sore kadang malam baru pulang. Suaminya tak begitu peduli akan kehidupannya begitupun sebaliknya.
"Yesha" sapaan seseorang membangunkannya dari lamunan.
"Alvin." Ayesha mengucapkan dengan pelan.
"Aku lihat akhir-akhir ini kamu lebih kurusan, apa kamu sakit?" tanya nya setelah mendaratkam tubuhnya pada kursi diseberang meja kerja ayesha
"Benarkah?" tanya nya tidak percaya, dan langsung bangkit dari duduknya menuju kaca besar yang menempel di dinding.
"Mungkin hanya kelelahan saja, sudah tiga bulan ini alhamdulillah Cafe selalu ramai dan aku harus terjun langsung membantu para karyawanku." imbuhnya tersenyum seraya kembali ke kursi kerjanya.
"Mau kopi atau teh?" tawarnya kemudian.
"Ada yang mau aku bicarakan." tannya tanpa menjawab penawaran yang diberikan Ayesha. Alvin kangsung menghampiri yesha dan setengah berlutut dengan seblah kaki ditekuk dan satunya dijadikan penopang agar seimbang.
"Mau kah kamu menikah denganku." ucapnya setelah mengeluarkan sebuah kotak persegi berisi cincin dengan mata berlian begitu manis.
ah kalau saja aku belum menikah tentu saja sudah kuterima lamaranmu al. batin ayesha
"Maaf Al aku tidak bisa." Cicit Ayesha seraya bangkit dan berlari menuju kamar mandi yang ada diruangan kerja nya.
Badan Ayesha langsung meluruh kelantai setelah dirinya menutup pintu kamar mandi, andaikan dirinya belum bersama Haras, ataukah dirinya lebih baik menerima lamaran Alvin.
Ayesha menggelengkan kepalanya, dirinya sudah mengambil keputusan dan harus menerima setiap konsekuensinya. maka dengan berat hati keluarlah ayesha dari kamar mandi dengan wajah sembab.
"Kenapa?" tanya nya begitu mendapati ayesha yang baru keluar dengan mata sembab.
"Aku sudah menikah Al." Ayesha menjawab tertunduk. sungguh tak kuasa menahan tangisnya.
Alvin adalah teman Ayesha dengan Lily, seorang CEO Muda dengan bisnis real estate yang sepertinya bersaingan juga dengan suaminya Haras.
Namun Ayesha belum memberitahu perihal pernikahannya dengan Haras kepada Alvin maupun masalah rumah tangga nya.
Hari ini Ayesha pulang saat rumah Haras sudah sepi, mungkin Haras dan sandra sudah tertidur lelap, pikirnya.
Untungnya dirinya punya kunci rumahnya juga sehingga tak perlu menunggu penghuni rumah untuk membangunkannya dan langsung menuju kamarnya untuk membersihkan diri.
merasa kehausan akhirnya Ayesha pergi kedapur, membuka kulkas mengambil air lalu menutupnya setelah itu mengambil gelas dekat tempat cuci piring.
"Dari mana saja kamu." suara bariton itu hampir saja menjatuhkan gelas yang dipegang oleh Ayesha.
"Kerja." Ayesha menjawab tanpa melihat kearah Haras, seolah terlalu lelah dengan kegiatan hari ini dicafe nya.
"Enak banget ya kamu, pulang pergi seenaknya." suara Haras sudah agak meninggi.
Ayesha mencoba tenang dengan tetap menatap pada mata Haras, menantangnya.
"Dasar istri gak tahu diri." ucapnya lagi dan hendak melayangkan tamparan pada pipi yesha, namun ucapan yesha membuatnya terdiam.
"Iya emang aku gak tau diri, aku udah coba buat bikin kamu terbuka sama aku tapi nyata nya apa, kamu tetep milih dia kan.." dan tanpa diduga pipinya sudah mulai basah menahan rasa sesak.
"Kalau kamu keberatan aku tinggal disini, oke besok aku bakalan pergi dari rumah ini. puas!"
Ayesha berlalu ke kamarnya meninggalkan Haras dengan rahang mengeras menahan amarah pada istri pertamanya itu.
Lebih baik begitu kan, pergi daripada dirumah hanya bikin sesak dihati.
*****
Pagi hari pun tiba setelah menyelesaikan sarapan dan membersihkan rumah, Ayesha segera bersiap untuk keluar dari rumah itu, hanya 1 buah koper besar dan 1 tas jinjing.
"Kamu mau kemana?" suara lembut sandra menahan Ayesha untuk meraih gagang pintu.
"Kukira kamu sudah tau jawabannya"
setelah mengucapkan kalimat itu,Ayesha langsung keluar dari rumah dan langsung menaiki taksi online yang sudah dipesannya.
Tak menghiraukan ocehan sandra yang terus membujuk Haras untuk menahan dirinya kekuar dari rumah itu.
sepanjang perjalanan tak hentinya Ayesha menangis dalam diam, menggit bibir bawahnya suapaya tak mengeluarkan suara, supir yang memperhatikan lewat kaca spion hanya tersenyum tipis ketika matanya bertemu dengan mata luna yang sembab.
sampai ditempat kerjanya, Ayesha langsung membawa koper juga tasnya kedalam ruangannya, meskipun tak ada kasur setidaknya maaih ada sofa untuknya tidur.
Lily yang mengetahui keadaan sahabatnya langsung menemuinya.
"Kamu udah pikirin ini baik-baik."
"Ya setidaknya, dengan begini aku tak harus seslalu melihat keromantisan mereka berdua."
mereka sedang berada diruangan Ayesha, Lily yang melihat keadaan sahabatnya langsung memeluknya dan mengelus punggung sahabatnya itu.
****
Sudah sekitar satu bulan ini Ayesha menginap diruang kerjanya, tak terlalu buruk hanya saja sakit pinggang mulai mendera dirinya.
Malam hari Ayesha pergi menuju dapur cafe nya membuat semangkuk mie untuk menghilangkan rasa laparnya.
**Sandra : Kapan pulang? Ada yang sedang rindu padamu.
Ayesha : Apakah Ayah dan bunda ada dirumah? Kamu tidak memberitahu bahwa aku keluar dari rumah kan?**
Tak berselang lama panggilan telponpun muncul bukan dari sandra ataupun bundanya tapi dari Haras, suaminya. ada perasaan hangat ketika tahu bahwa suaminya mengkhawatirkan ah mungkin hanya sekedar ingin tahu kabar saja
jangan berlebihan Ayesha, Ingat siapa yang ada dihatinya.
Dengan helaan nafas berat akhirnya Ayesha menggeser benda pipih itu menyentuh tombol hijau, "Assalamualaikum" tak ada jawaban dari Haras.
hening
"San" Ayesha tak ingin terlalu percaya diri menyebut nama Haras.
"Ini aku"
Disaat dirinya keluar dari dapur, matanya berpapasan dengan mata Haras yang sudah sampai didepan pintu masuk Cafe.
Deg. Jantung Ayesha memompa lebih cepat dari biasanya. dirinya masih mematung didepan pintu dapur.
"Ha..Haras"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments