Bab 2: Bayangan Masa Lalu yang Mengintai

Malam berlalu, dan Rachel tak dapat tidur nyenyak. Pesan terakhir dari David membuat pikirannya tak henti-hentinya berputar. Pagi harinya, dia berusaha mengalihkan perasaannya dengan menenggelamkan diri dalam pekerjaan. Namun, ingatan akan tatapan intens David dan ancaman halus yang tersirat dalam pesannya terus menghantui. Tidak hanya itu, rasa takut akan rahasianya terbongkar mulai menggerogoti ketenangannya.

Ketika hari menjelang siang, telepon Rachel berdering. Dia mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelepon, berharap itu adalah asisten pribadinya. Namun, suara yang terdengar justru membuat jantungnya berdetak lebih kencang.

"Rachel," suara David terdengar di seberang telepon, rendah dan dingin.

Rachel menarik napas dalam, berusaha agar suaranya tetap tenang. "David, ada apa lagi? Aku sedang sibuk."

"Sepertinya kau selalu sibuk, bahkan untuk berbicara dengan orang yang pernah menjadi bagian dari hidupmu," ucap David dengan nada tajam. "Aku hanya ingin satu hal darimu."

Rachel menggenggam telepon lebih erat. "David, tolong... jangan buat ini lebih sulit."

"Lebih sulit? Rachel, aku tidak meminta banyak. Aku hanya ingin tahu... apa yang sebenarnya kau sembunyikan dariku?"

Rachel terdiam, seakan kata-kata itu mengunci dirinya. Dia menyadari bahwa David tidak akan berhenti hingga mendapatkan jawaban. Namun, rasa takutnya semakin besar—bagaimana jika Leo mengetahui semua ini?

"Aku tak punya waktu untuk permainan ini, David," katanya akhirnya, mencoba terdengar tenang. "Biarkan saja masa lalu berlalu."

David mendengus, suaranya terdengar sinis. "Baiklah, Rachel. Kalau kau tak mau bicara sekarang, aku akan mencarimu. Jangan menantang kesabaranku."

Sambungan telepon terputus. Rachel merasa tubuhnya lemas, dan pikirannya semakin kacau. Namun, dia tahu dia tak bisa membiarkan David mengetahui lebih jauh.

---

Sore itu, Rachel pulang lebih awal, berharap bisa meluangkan waktu bersama Leo untuk menenangkan pikirannya. Begitu dia masuk ke rumah, Leo berlari menghampirinya, membawa sebuah buku besar.

"Ibu! Lihat ini! Aku baru saja menyelesaikan soal matematika ini!" seru Leo dengan wajah penuh antusias.

Rachel tersenyum, menepuk kepala Leo dengan sayang. "Anak pintar! Apa Ibu boleh lihat hasilnya?"

Leo mengangguk bersemangat dan membuka bukunya, menunjukkan soal-soal matematika tingkat lanjut yang biasanya tidak diajarkan pada anak seusianya. Rachel terpana, menyadari betapa cerdasnya Leo, namun sekaligus merasa khawatir. Apakah Leo juga akan mulai mempertanyakan hal-hal yang lebih rumit tentang dirinya dan masa lalunya?

"Luar biasa, Leo! Kau benar-benar jenius, sayang," puji Rachel, menahan diri agar tidak terlihat cemas.

Leo tersenyum bangga, namun tiba-tiba matanya berbinar penasaran. "Ibu, kapan aku bisa bertemu ayahku?"

Pertanyaan itu memukul Rachel seperti pukulan keras. Dia menelan ludah, merasa kebingungan. Bagaimana dia bisa menjawab pertanyaan ini tanpa melukai hati anaknya?

"Leo, Ibu sudah bilang, kan? Ayahmu... jauh sekali. Tapi Ibu selalu ada di sini untukmu," jawabnya, berusaha agar suaranya tetap tenang.

Leo menatap Rachel dengan tatapan polos namun penuh kekecewaan. "Tapi semua temanku punya ayah, dan mereka sering bercerita tentang ayah mereka. Aku ingin tahu siapa ayahku, Bu."

Rachel merasa hatinya hancur melihat Leo yang kecewa. Namun, sebelum dia bisa menjawab lebih lanjut, pintu rumah mereka diketuk. Rachel menoleh, merasa cemas siapa yang datang malam-malam begini.

"Ibu akan lihat siapa yang datang. Kau tunggu di sini ya, Leo," ujar Rachel, berusaha menyembunyikan kecemasan dari suaranya.

---

Rachel berjalan ke pintu depan dan membukanya. Tubuhnya menegang saat melihat siapa yang berdiri di ambang pintu—David.

Rachel tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "David? Apa yang kau lakukan di sini?"

David tersenyum tipis, lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. "Aku bilang padamu, aku tidak akan berhenti sampai kau bicara."

Rachel menggigit bibir, berusaha menahan kemarahan dan ketakutannya. "David, kau tidak boleh di sini. Ini rumahku, dan aku tidak ingin membicarakan apa pun denganmu."

David mengangkat alis, tatapannya tajam. "Rachel, kau bisa mencoba mengusirku. Tapi aku tidak akan pergi tanpa jawaban."

Rachel merasa terpojok. Namun, sebelum dia bisa membalas, suara kecil memecah ketegangan di antara mereka.

"Ibu, siapa itu?" Leo berjalan mendekat, matanya mengamati David dengan penasaran.

Rachel merasakan darahnya berdesir, seluruh tubuhnya kaku. David menatap Leo, matanya melembut, tetapi ada kilatan tajam yang menunjukkan kebingungannya.

"Ini... teman Ibu," jawab Rachel terbata-bata, mencoba menahan perasaannya.

Leo mendekati David dan tersenyum polos. "Halo, Om. Nama saya Leo. Ibu jarang sekali punya teman yang datang ke sini."

David berlutut, menatap Leo lebih dekat, tampak terpesona oleh sosok kecil itu. "Halo, Leo," ucapnya, suaranya tiba-tiba lembut. "Kau... anak yang cerdas, ya?"

Leo mengangguk bangga. "Iya, aku suka belajar! Ibu bilang aku jenius."

David melirik ke arah Rachel, dan untuk sesaat Rachel merasa seperti seluruh dunianya akan runtuh. Tatapan David seolah mengatakan dia mulai memahami sesuatu, sesuatu yang selama ini ia sembunyikan.

"Rachel, bisakah kita bicara sebentar?" David berusaha tetap tenang, tetapi Rachel bisa melihat betapa terkejutnya dia.

Rachel menggigit bibirnya, merasa tidak punya pilihan lain. "Leo, Ibu perlu bicara sebentar dengan Om ini. Kau bisa menunggu di kamar, ya?"

Leo mengangguk, meskipun tampak sedikit kebingungan. "Baik, Bu." Dia pun berjalan menuju kamarnya, meninggalkan Rachel dan David di ruang tamu.

Begitu Leo tidak terlihat, David langsung menatap Rachel dengan sorot mata yang penuh amarah dan kekecewaan. "Jadi... itu anak kita?"

Rachel merasakan dadanya sesak, suaranya gemetar saat menjawab. "David, aku tidak... aku tidak bisa membiarkanmu tahu. Aku punya alasan."

David mengepalkan tangannya, mencoba menahan emosinya. "Alasan? Rachel, bagaimana mungkin kau bisa menyembunyikan sesuatu sebesar ini dariku? Aku punya hak untuk tahu!"

Rachel menunduk, matanya mulai basah. "David, aku tidak punya pilihan lain. Hidupku... hidup kita terlalu rumit. Aku tidak ingin Leo terjebak di tengah."

"Aku tak peduli seberapa rumitnya hidup kita!" David menaikkan suaranya, namun kemudian merendahkannya saat menyadari mereka masih di dalam rumah. "Rachel, kau tidak bisa membuat keputusan sebesar ini sendirian. Aku ayahnya, dan aku punya hak untuk menjadi bagian dari hidupnya."

Rachel menggigit bibirnya, merasa hatinya sakit. "David, aku hanya ingin melindungi Leo. Aku... aku takut kau akan menginginkannya dan membawanya pergi."

David terdiam sejenak, sorot matanya melembut. "Aku tak akan pernah membawanya pergi darimu, Rachel. Aku hanya ingin menjadi bagian dari hidupnya, membantu dan melihatnya tumbuh."

Rachel menatap David dengan mata yang penuh kebingungan dan emosi. Untuk pertama kalinya, dia merasakan rasa bersalah yang begitu dalam. "David, aku takut. Aku takut jika dia tahu, itu akan menghancurkan semuanya. Dia masih kecil, dan aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskan semua ini padanya."

David mendekati Rachel, menaruh tangan di pundaknya dengan lembut. "Rachel, kita bisa melakukannya bersama. Kita bisa menjelaskan pada Leo pelan-pelan. Aku tak ingin membuatnya bingung, tapi aku juga tak ingin menjadi asing baginya."

Rachel merasakan tubuhnya melemas. Di satu sisi, dia merasakan ketakutan yang luar biasa, namun di sisi lain, ada kelegaan yang samar karena David ingin bertanggung jawab. "Aku butuh waktu, David. Aku perlu mempersiapkan diri... dan Leo."

David mengangguk. "Baik. Aku akan memberimu waktu. Tapi aku ingin melihat Leo. Aku ingin mengenalnya, meskipun dia tidak tahu siapa aku sekarang."

Rachel menarik napas panjang, akhirnya mengangguk dengan berat hati. "Baik, tapi jangan beritahu siapa dirimu sebenarnya."

David tersenyum samar, meskipun sorot matanya tetap menyiratkan rasa sakit dan kecewa. "Aku janji."

Namun, di balik janji itu, Rachel tahu bahwa ini hanyalah permulaan. Rahasia yang ia sembunyikan selama ini kini terbongkar, dan ia tak tahu bagaimana melindungi Leo dari kenyataan yang akan segera menghampirinya.

Terpopuler

Comments

🎧✏📖

🎧✏📖

mangat ya 😇😊

2024-11-06

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Pertemuan Tak Terduga
2 Bab 2: Bayangan Masa Lalu yang Mengintai
3 Bab 3: Pertemuan yang Tak Terduga
4 Bab 4: Ancaman dalam Bayangan
5 Bab 5: Bayangan Masa Lalu yang Mencekam
6 Bab 6: Jejak di Balik Bayangan
7 Bab 7: Bayangan di Malam Sunyi
8 Bab 8: Permainan dalam Bayangan
9 Bab 9: Jerat yang Tak Terlihat
10 Bab 10: Langkah Keberanian yang Mematikan
11 Bab 11: Jejak Bayangan di Kehidupan
12 Bab 12: Langkah Tak Terduga
13 Bab 13: Bayangan yang Semakin Mendekat
14 Bab 14: Menerobos Bayangan
15 Bab 15: Kepungan Bayangan
16 Bab 16: Di Balik Keputusan Terakhir
17 Bab 17: Jejak Dalam Kegelapan
18 Bab 18: Pengejaran Dalam Bayangan
19 Bab 19: Melawan Waktu
20 Bab 20: Jerat Bayangan
21 Bab 21: Di Ambang Pengkhianatan
22 Bab 22 dimulai dengan situasi yang menegangkan
23 Bab 23 - Di Balik Pintu Rahasia
24 Bab 24 - Menguak Kebenaran
25 Bab 25 - Jejak di Balik Bayangan
26 Bab 26 - Bayangan Rahasia
27 Bab 27 - Langkah di Ambang Bahaya
28 Bab 28 - Pilihan yang Tak Mudah
29 Bab 29 – Jejak yang Membingungkan
30 Bab 30 – Pengkhianatan di Tengah Kekacauan
31 Bab 31 – Langkah Berbahaya di Tengah Bayangan
32 Bab 32 – Pengkhianatan di Balik Pintu Tertutup
33 Bab 33 – Tawar-Menawar yang Berbahaya
34 Bab 34 – Rahasia di Balik Foto
35 Bab 35 – Jebakan di Balik Rencana
36 Bab 36 – Bayang-Bayang Kebenaran
37 Bab 37 – Jejak dalam Kegelapan
38 Bab 38– Jejak yang Terungkap
39 Bab 39 – Di Ambang Kebenaran
40 Bab 40 – Jaringan yang Tak Terlihat
41 Bab 41 – Jejak Tak Terlihat
42 Bab 42 – Pilihan yang Mematikan
Episodes

Updated 42 Episodes

1
Bab 1: Pertemuan Tak Terduga
2
Bab 2: Bayangan Masa Lalu yang Mengintai
3
Bab 3: Pertemuan yang Tak Terduga
4
Bab 4: Ancaman dalam Bayangan
5
Bab 5: Bayangan Masa Lalu yang Mencekam
6
Bab 6: Jejak di Balik Bayangan
7
Bab 7: Bayangan di Malam Sunyi
8
Bab 8: Permainan dalam Bayangan
9
Bab 9: Jerat yang Tak Terlihat
10
Bab 10: Langkah Keberanian yang Mematikan
11
Bab 11: Jejak Bayangan di Kehidupan
12
Bab 12: Langkah Tak Terduga
13
Bab 13: Bayangan yang Semakin Mendekat
14
Bab 14: Menerobos Bayangan
15
Bab 15: Kepungan Bayangan
16
Bab 16: Di Balik Keputusan Terakhir
17
Bab 17: Jejak Dalam Kegelapan
18
Bab 18: Pengejaran Dalam Bayangan
19
Bab 19: Melawan Waktu
20
Bab 20: Jerat Bayangan
21
Bab 21: Di Ambang Pengkhianatan
22
Bab 22 dimulai dengan situasi yang menegangkan
23
Bab 23 - Di Balik Pintu Rahasia
24
Bab 24 - Menguak Kebenaran
25
Bab 25 - Jejak di Balik Bayangan
26
Bab 26 - Bayangan Rahasia
27
Bab 27 - Langkah di Ambang Bahaya
28
Bab 28 - Pilihan yang Tak Mudah
29
Bab 29 – Jejak yang Membingungkan
30
Bab 30 – Pengkhianatan di Tengah Kekacauan
31
Bab 31 – Langkah Berbahaya di Tengah Bayangan
32
Bab 32 – Pengkhianatan di Balik Pintu Tertutup
33
Bab 33 – Tawar-Menawar yang Berbahaya
34
Bab 34 – Rahasia di Balik Foto
35
Bab 35 – Jebakan di Balik Rencana
36
Bab 36 – Bayang-Bayang Kebenaran
37
Bab 37 – Jejak dalam Kegelapan
38
Bab 38– Jejak yang Terungkap
39
Bab 39 – Di Ambang Kebenaran
40
Bab 40 – Jaringan yang Tak Terlihat
41
Bab 41 – Jejak Tak Terlihat
42
Bab 42 – Pilihan yang Mematikan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!