Bab 8 | MOS (2)

Satu Bulan yang Lalu

“Baik! Aku ke sana sekarang juga.” Ryan menjawab dengan penuh semangat, seolah tidak merasa canggung sedikit pun.

Dia lalu mengajak salah satu anggota cowok untuk menemaninya menemui anak OSIS yang akan membimbing kami.

Aku bisa merasakan antusiasme dari suaranya yang energik, seperti biasa. Dalam hitungan menit, mereka kembali ke kelompok kami, bersama salah satu anggota OSIS yang tampak ramah dan ceria.

“Apa tugasnya?” tanya Nara, suaranya bergetar penuh antusias, mencerminkan semangatnya untuk memulai kegiatan.

“Sebelum itu, perkenalkan. Nama saya Endra dari anggota OSIS. Saya akan membimbing kalian saat mengikuti rangkaian kegiatan petualangan di Masa Orientasi Siswa hari ini,” kata kak Endra, senyumnya lebar dan matanya berbinar cerah.

Aku bisa melihat bagaimana sikapnya yang penuh semangat langsung menular pada teman-temanku yang lain. Mereka tampaknya sangat menunggu-nunggu kegiatan ini.

“Wah! Asyik, petualangan!” seru Nara dan beberapa teman lainnya, suara mereka menggema di halaman sekolah.

Semua terlihat begitu bersemangat, bahkan lebih dari yang kuharapkan.

Namun, aku, seperti biasa, merasa sedikit terasing. Aku bukan tipe orang yang suka kegiatan fisik atau petualangan yang melibatkan tenaga seperti ini. Hanya pikiranku yang terfokus pada satu hal: bagaimana cara aku bisa bertahan tanpa membuat diri terlihat lemah.

“Di taman dan hutan biologi sekolah, kami sudah memasang bendera kecil yang tersebar. Tugas kalian adalah mencari teka-teki yang tertulis di bendera itu dan memecahkannya. Kelompok yang paling banyak memecahkan teka-teki akan menjadi pemenang,” jelas kak Endra, sambil menunjukkan bendera-bendera kecil berwarna-warni yang tersebar di tangannya.

“Kalian boleh berpencar, tapi nanti harus kembali ke sini dalam keadaan lengkap. Ketua kelompok bertugas memastikan semua anggota kembali dengan selamat.”

Ryan mengangguk kecil, tampak sangat bersemangat. Melihat wajahnya yang penuh antusias dan mendengar suara tawa teman-temanku yang ceria, aku merasa sedikit merasa bersalah.

Aku ingin ikut merasakan semangat mereka, tapi aku hanya bisa berpura-pura ikut senang. Fisikku bukan yang terbaik dan aku takut menjadi beban bagi mereka.

“Baik, silakan kalian berpetualang!” ucap kak Endra dengan semangat yang luar biasa.

Begitu perintah diberikan, anggota kelompok kami mulai berpencar menuju belakang sekolah. Aku berusaha menyusul mereka, meskipun aku merasa tertinggal. Mereka semua tampak bersemangat, berlari dan tertawa, sementara aku mulai merasa cemas. Bagaimana aku bisa bersaing dengan kecepatan mereka?

Setiap langkahku terasa berat, seperti ada beban yang menekan dadaku. Aku mencoba menenangkan diri, berpikir bahwa aku bisa melakukannya, tapi jantungku berdegup kencang, dan napasku mulai terasa pendek. Aku tahu aku tak sekuat mereka, tapi setidaknya aku harus mencoba.

Setelah beberapa menit, aku melihat Nara dan beberapa teman lainnya sudah menemukan bendera-bendera itu, mengangkatnya dengan bangga dan meneriakkan nomor teka-teki yang berhasil mereka temukan. Mereka terlihat begitu percaya diri.

Aku merasa semakin tertinggal. Sementara itu, aku masih kesulitan mencarinya, fisikku yang lemah membuatku tidak bisa bergerak bebas seperti mereka.

Saat aku menyusuri jalan setapak di antara pepohonan, aku berusaha mendorong diriku untuk terus melanjutkan aktivitas ini.

“Aku harus bisa! Aku tidak boleh menjadi anak yang lemah,” gumamku dalam hati.

Aku berusaha mengabaikan rasa cemas yang merayap di dalam diriku, sejenak memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Dengan tekad, aku melanjutkan pencarianku. Aku memeriksa sudut-sudut hutan kecil di belakang sekolah, meraba-raba tanah yang lembap.

Namun, tak ada satu pun bendera yang kutemukan. Waktu berlalu, dan aku mulai merasa frustrasi. Semua teman satu kelompokku tampaknya sudah menemukan lebih dari satu bendera, sementara aku belum menemukan apa-apa. Aku merasa seperti tertinggal sangat jauh.

...»»——⍟——««...

Ketika pikiranku semakin kacau, tiba-tiba aku mendengar suara dari belakang.

“Aura, kamu di mana?” seru Ryan, tampak mencariku.

Rasanya hatiku bergetar mendengar suaranya. Dia datang untuk mencariku?

“Aku di sini, Ryan!” teriakku, berusaha menunjukkan keberadaanku.

Ryan muncul dari balik pepohonan, terlihat wajahnya tampak khawatir. Mungkin dia mengira kalau aku sedang menghilang sendirian di tengah hutan ini.

“Aku sudah menemukan dua bendera. Kamu baik-baik saja?” tanyanya, mendekat dan melihatku dengan penuh perhatian.

“Ya, aku hanya kesulitan menemukan bendera,” kataku, rasa maluku muncul. “Aku mungkin akan menyusahkan kalian semua dalam permainan ini.”

“Jangan bilang begitu! Kita bisa mencarinya bersama. Ayo, kita ke arah sana!” Ryan menunjuk ke area yang lebih terbuka di hutan dekat dengan sungai yang mengalir di hutan.

Aku hanya bisa mengangguk pelan, meskipun sedikit merasa canggung. Namun, mendengar suaranya yang penuh keyakinan membuatku merasa sedikit lebih tenang.

Tanpa pikir panjang, aku mengikuti langkahnya, merasa sedikit lebih lega. Setelah beberapa menit menjelajahi area itu, akhirnya kami menemukan sebuah bendera yang tersembunyi di antara semak-semak.

“Akhirnya!” seruku gembira, tak bisa menyembunyikan senyumku.

Rasanya seperti meraih kemenangan kecil di tengah semua kesulitan yang sudah kulalui. Aku merasa sedikit bangga, meskipun bendera yang kutemukan hanya satu, tapi setidaknya aku sudah mencoba. Kebahagiaanku terpotong oleh suara samar-samar di sekelilingku.

Miaw, miaw!

Ada suara kucing?

Suara itu semakin jelas, aku menoleh ke arah asal suara itu datang. Tetapi, anehnya, aku tidak bisa menemukan dari mana suara itu berasal. Aku memeriksa sekeliling, mencurigai ada sesuatu yang tersembunyi di balik semak-semak, namun tak ada tanda-tanda kucing di dekatku.

Lalu, mataku tertuju ke arah sungai yang mengalir di dekat situ. Dan saat itulah aku melihatnya, seekor kucing kecil terombang-ambing di atas papan kayu yang melayang di aliran sungai. Kucing itu tampak ketakutan, matanya besar dan cemas. Aku bisa merasakan ketakutannya, dan itu membuat hatiku langsung bergetar.

Aku harus menyelamatkannya. Tanpa berpikir panjang, aku bergegas menuju tepi sungai.

“Tenang, kucing kecil! Aku datang!” gumamku, meskipun aku tahu tak ada yang bisa mendengarku.

Dengan cepat, aku membuka sepatu dan kaus kakiku, merasakan dinginnya tanah yang basah di bawah kakiku. Setiap langkah terasa semakin berat, dan rasa takut mulai merayap. Tetapi, melihat mata kucing itu yang penuh dengan kepanikan, aku merasa harus berbuat sesuatu.

Aku memberanikan diri melangkah pelan-pelan ke arah aliran sungai yang tampak dangkal, berusaha menjaga keseimbangan agar tidak terjatuh. Tiba-tiba, sebuah gelombang kecil mendorong aku sedikit lebih dekat ke tepi sungai. Kucing itu menatapku dengan mata penuh harap.

“Jangan khawatir, aku akan menyelamatkanmu,” bisikku pelan, mencoba menenangkan diriku sendiri, mengambil Langkah pertama meskipun dalam hati aku juga merasa takut.

Byur!

...»»——⍟——««...

Episodes
1 Bab 1 | Ayo Kita Pacaran!
2 Bab 2 | Dilabrak
3 Bab 3 | Kantin
4 Bab 4 | Pembalasan
5 Bab 5 | Kantor BK
6 Bab 6 | Mau Satu Kelompok Denganku?
7 Bab 7 | MOS (1)
8 Bab 8 | MOS (2)
9 Bab 9 | MOS (3)
10 Bab 10 | Godaan Ryan
11 Bab 11 | Terjebak di Toilet
12 Bab 12 | Menangis di Pelukan Ryan
13 Bab 13 | Kerja Kelompok
14 Bab 14 | Mampir ke Rumahmu, ya?
15 Bab 15 | Mau Jalan Bareng ke Kantin?
16 Bab 16 | Taman Belakang Sekolah
17 Bab 17 | Pameran Ekstrakurikuler
18 Bab 18 | Klub Memasak
19 Bab 19 | Aku Ingin Memperingatkan Kamu
20 Bab 20 | Uang Kas
21 Bab 21 | Penggeledahan
22 Bab 22 | Dituduh Mencuri
23 Bab 23 | Mau Jalan-jalan Bersamaku?
24 Bab 24 | Daun Berguguran
25 Bab 25 | Telepon dari Orang Tuaku
26 Bab 26 | Dasar Pencuri!
27 Bab 27 | Nara
28 Bab 28 | Mau Jadi Temanku?
29 Bab 29 | Ayo Kita Bolos!
30 Bab 30 | Sejak Kapan Kalian Pacaran?
31 Bab 31 | Darah
32 Bab 32 | Ryan Menggendongku
33 Bab 33 | Pemeriksaan
34 Bab 34 | Rujukan
35 Bab 35 | Ryan Terlihat Aneh
36 Bab 36 | Kita Harus Berhenti
37 Bab 37 | Klub Memasak (1)
38 Bab 38 | Klub Memasak (2)
39 Bab 39 | Pulang Diantar Edo
40 Bab 40 | Aura Tidak Masuk Sekolah
41 Bab 41 | Aura di Pikiran Ryan
42 Bab 42 | Pemeriksaan Kesehatan Aura
43 Bab 43 | Berapa Lama Lagi?
44 Bab 44 | Aura!
45 Bab 45 | Aku Suka Ryan?
46 Bab 46 | Cemburu
47 Bab 47 | Menghindar
48 Bab 48 | Dilema
49 Bab 49 | Aku Takut
50 Bab 50 | Cewek Hari Itu (1)
51 Bab 51 | Cewek Hari Itu (2)
52 Bab 52 | Aku Tidak Akan Memaksamu
53 Bab 53 | kukis (1)
54 Bab 54 | Kukis (2)
55 Bab 55 | Aku Butuh Bantuanmu
56 Bab 56 | Ayah
57 Bab 57 | Pemeriksaan
58 Bab 58 | Pesan
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Bab 1 | Ayo Kita Pacaran!
2
Bab 2 | Dilabrak
3
Bab 3 | Kantin
4
Bab 4 | Pembalasan
5
Bab 5 | Kantor BK
6
Bab 6 | Mau Satu Kelompok Denganku?
7
Bab 7 | MOS (1)
8
Bab 8 | MOS (2)
9
Bab 9 | MOS (3)
10
Bab 10 | Godaan Ryan
11
Bab 11 | Terjebak di Toilet
12
Bab 12 | Menangis di Pelukan Ryan
13
Bab 13 | Kerja Kelompok
14
Bab 14 | Mampir ke Rumahmu, ya?
15
Bab 15 | Mau Jalan Bareng ke Kantin?
16
Bab 16 | Taman Belakang Sekolah
17
Bab 17 | Pameran Ekstrakurikuler
18
Bab 18 | Klub Memasak
19
Bab 19 | Aku Ingin Memperingatkan Kamu
20
Bab 20 | Uang Kas
21
Bab 21 | Penggeledahan
22
Bab 22 | Dituduh Mencuri
23
Bab 23 | Mau Jalan-jalan Bersamaku?
24
Bab 24 | Daun Berguguran
25
Bab 25 | Telepon dari Orang Tuaku
26
Bab 26 | Dasar Pencuri!
27
Bab 27 | Nara
28
Bab 28 | Mau Jadi Temanku?
29
Bab 29 | Ayo Kita Bolos!
30
Bab 30 | Sejak Kapan Kalian Pacaran?
31
Bab 31 | Darah
32
Bab 32 | Ryan Menggendongku
33
Bab 33 | Pemeriksaan
34
Bab 34 | Rujukan
35
Bab 35 | Ryan Terlihat Aneh
36
Bab 36 | Kita Harus Berhenti
37
Bab 37 | Klub Memasak (1)
38
Bab 38 | Klub Memasak (2)
39
Bab 39 | Pulang Diantar Edo
40
Bab 40 | Aura Tidak Masuk Sekolah
41
Bab 41 | Aura di Pikiran Ryan
42
Bab 42 | Pemeriksaan Kesehatan Aura
43
Bab 43 | Berapa Lama Lagi?
44
Bab 44 | Aura!
45
Bab 45 | Aku Suka Ryan?
46
Bab 46 | Cemburu
47
Bab 47 | Menghindar
48
Bab 48 | Dilema
49
Bab 49 | Aku Takut
50
Bab 50 | Cewek Hari Itu (1)
51
Bab 51 | Cewek Hari Itu (2)
52
Bab 52 | Aku Tidak Akan Memaksamu
53
Bab 53 | kukis (1)
54
Bab 54 | Kukis (2)
55
Bab 55 | Aku Butuh Bantuanmu
56
Bab 56 | Ayah
57
Bab 57 | Pemeriksaan
58
Bab 58 | Pesan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!