Bab 2 | Dilabrak

“Jangan pura-pura polos, Aura,” katanya dengan suara rendah yang tajam. “Kamu pikir kamu bisa mendapatkan Ryan begitu saja?”

Teriakan Isabella semakin menggema di kupingku. Aku berusaha berpura-pura tidak mendengarnya. Aku malas meladeninya.

“Berani sekali kamu diam-diam menemui Ryan!” Bella berteriak, matanya melotot padaku dengan tatapan penuh amarah.

Aku tetap tidak peduli. Untuk apa juga berdebat dengan dia? Isabella, cewek yang selalu merasa paling berkuasa di sekolah ini.

Semua ini karena Ryan. Kenapa dia tidak bisa lebih peka? Kenapa dia malah memilih aku, cewek biasa ini, padahal Isabella lebih cantik dan lebih sempurna di mata semua orang? Seharusnya Isabella yang dia pilih, bukan aku.

Dia berdiri dengan angkuh di hadapanku, yang sedang duduk tersungkur di lantai. Semua orang di kelas menatap kami, suasananya seperti panggung drama yang tidak akan pernah aku mau ikuti. Rasanya seperti semua yang ada di sekitar kami menghilang, yang terdengar hanya suara keras Bella yang menusuk ke dalam hati.

“Apa kamu benar-benar ingin merebutnya dariku, hah?!”

Aku tidak bisa menjawab, seakan kehabisan kata-kata untuk berdebat. Apa yang bisa aku katakan?

Aku hanya diam, bingung dan merasa seperti dunia ini terlalu berat untuk dijalani. Aku bangkit, mencoba berjalan kembali ke mejaku, meskipun tubuhku terasa kaku dan langkahku goyah.

“Hei, cewek tuli! Aku lagi ngomong sama kamu!” Isabella menggeram, mendorong pundakku dengan kasar.

Aku tidak sempat berpikir lebih panjang karena tiba-tiba pundakku didorong lagi, kali ini lebih keras.

“Sini kamu!” Isabella berteriak, seolah tidak mau memberiku ruang sedikit pun untuk melarikan diri.

Aku terdorong, terhuyung mundur dan tanpa sengaja menabrak seorang cowok yang berdiri di belakangku. Ketika aku menoleh, mataku langsung bertemu dengan matanya.

“Kamu nggak apa-apa, Aura?” suaranya lembut, tangan besar itu langsung memegangi tubuhku agar tidak jatuh lebih jauh.

Dunia seakan berhenti sejenak. Ryan, wajah tampannya, senyumnya yang manis, rasanya seperti semua yang tadi menyakitkan itu hilang begitu saja. Tapi aku juga merasakan ada sesuatu yang tajam menusuk dari arah Bella, yang masih berdiri di sana, dengan mata yang terbelalak, menatap kami berdua dengan penuh amarah.

“Ry-Ryan?!” suara Isabella bergetar, hampir tidak percaya.

Ryan menatap Isabella dengan tegas.

“Kenapa? Apa kamu baru saja mendorong pacar baruku, Bella?” tanyanya, nada suaranya serius.

Semua murid di kelas mulai mendekat, menonton drama yang tak pernah aku inginkan. Setiap kata yang keluar dari mulut Ryan seperti menghantam Isabella, dan aku melihat wajahnya semakin memerah. Dia tampak terkejut, mungkin juga marah, tapi aku nggak bisa menduga apa yang sebenarnya dia rasakan.

Semua mata kini tertuju padanya, seolah menunggu dia untuk bereaksi. Tapi Isabella hanya bisa terdiam, wajahnya tegang, dengan bibir yang bergetar.

“Jadi benar kata-kataku kemarin, ya? Ryan dan Aura sudah berpacaran,” bisik salah satu cewek di belakang Isabella, cukup keras untuk terdengar oleh sebagian besar murid di kelas.

Aku bisa merasakan tatapan-tatapan yang terus mengarah ke kami, dan semakin cemas dengan perhatian yang tak aku minta. Isabella benar-benar nggak bisa lagi menyembunyikan emosinya.

“Jadi, kamu memilih dia?” suaranya serak, penuh emosi dan sakit hati. "Kenapa bukan aku? Aku lebih cantik, lebih baik, lebih segala-galanya dari dia!"

Aku merasa sempit, seperti ada sesuatu yang mengikat dadaku. Aku hanya bisa duduk di kursi, menatap jendela dengan pandangan kosong, mencoba mengabaikan semua yang terjadi.

Aku tidak ingin ikut campur dalam drama ini, tapi semakin aku berpikir, semakin aku sadar bahwa aku tidak bisa lari dari kenyataan bahwa Ryan memilih aku. Itu yang membuat semuanya semakin rumit.

Ryan tetap tenang, tapi aku bisa melihat ada sesuatu yang berbeda di matanya. Dia menatap Bella dengan sangat tajam.

“Seharusnya kamu sadar. Apa yang membuatku nggak suka sama kamu itu ya karena sifat jelekmu itu,” jawab Ryan tegas.

Setelah mengucapkan itu, dia berbalik dan melangkah menuju mejanya dengan langkah pasti, meninggalkan Isabella yang hanya bisa berdiri diam, wajahnya memerah seperti api.

Suasana kelas seketika terasa tegang dan canggung, murid-murid yang tadi menonton kami pun perlahan-lahan kembali ke tempat duduk mereka, seolah tidak ingin terlibat lebih jauh.

...»»——⍟——««...

Kring!

Suara bel berbunyi, seketika itu juga semua orang langsung kembali ke aktivitas mereka masing-masing. Tak ada yang peduli lagi dengan apa yang baru saja terjadi, seakan kejadian tadi cuma sebuah tontonan biasa yang bisa dilupakan begitu saja. Tapi aku tidak bisa begitu saja melupakan semua ini.

“Aura, kamu nggak apa-apa?” Ryan menanyakan hal yang sama lagi dengan penuh perhatian.

Dia duduk di sampingku, matanya menatapku penuh khawatir. Aku menatapnya sebentar, mencoba mencerna semua yang baru saja terjadi. Aku kembali mengalihkan pandanganku ke luar jendela.

Tunggu! Sejak kapan meja ini ditempati Ryan? Biasanya, dia duduk di barisan paling depan. Aku nggak bisa menahan rasa ingin tahu yang mendalam. Kenapa dia memilih duduk di sampingku? Apakah ini hanya kebetulan belaka?

“Aku baik-baik aja,” jawabku pelan.

Aku berusaha terdengar santai, tapi sejujurnya, aku merasa sangat canggung. Dunia seolah memutar terlalu cepat, aku hanya bisa mengikuti tanpa tahu apa yang harus aku lakukan.

Pelajaran dimulai, dan aku kembali berusaha fokus. Tapi semua itu terasa jauh dari pikiranku. Aku malah terjebak dalam kenangan kemarin, saat Ryan mengungkapkan perasaannya padaku. Saat itu aku berlari, takut dengan perasaan yang tiba-tiba datang begitu saja. Aku tidak tahu harus bagaimana.

Tiba-tiba suara guru memecah lamunanku.

“Aura! Coba jelaskan soal nomor 5 berdasarkan jawabanmu!” Teriakan guru itu membuatku terkejut. Jantungku langsung berdebar lebih cepat.

Aku membuka buku dan mulai mencari-cari jawabanku. Tapi, saat aku membuka halaman demi halaman, aku terkejut. Tugas yang aku kerjakan dengan susah payah malam tadi tidak ada di sana.

Aku panik. Mataku mulai berkeliaran, berharap menemukan tugas itu di halaman-halaman buku yang lain, tapi tetap tidak ada. Aku merasa dunia ini semakin sempit. Aku melihat Isabella, yang duduk di tempatnya, terkekeh seolah ada yang lucu. Entah kenapa, aku merasa dia terlibat dalam masalahku. Dia pasti tahu sesuatu.

Aku benci perasaan ini. Bingung, cemas, dan takut. Apa yang harus aku katakan kepada guru sekarang? Semua mata tertuju padaku, aku semakin merasa ingin menghilang.

...»»——⍟——««...

Terpopuler

Comments

Binay Aja

Binay Aja

semangat nulisnya maaf bacanya maraton soalnya lagi ada kesibukan. insyaallah lain kali tak baca secara seksama

2024-12-03

0

Kalimat Fiktif

Kalimat Fiktif

pokoknya ini novel anak muda bangettt sukaaaa sekali akuu

2024-12-07

0

Anonymous

Anonymous

akhirnya yang ditunggu2

2024-11-11

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 | Ayo Kita Pacaran!
2 Bab 2 | Dilabrak
3 Bab 3 | Kantin
4 Bab 4 | Pembalasan
5 Bab 5 | Kantor BK
6 Bab 6 | Mau Satu Kelompok Denganku?
7 Bab 7 | MOS (1)
8 Bab 8 | MOS (2)
9 Bab 9 | MOS (3)
10 Bab 10 | Godaan Ryan
11 Bab 11 | Terjebak di Toilet
12 Bab 12 | Menangis di Pelukan Ryan
13 Bab 13 | Kerja Kelompok
14 Bab 14 | Mampir ke Rumahmu, ya?
15 Bab 15 | Mau Jalan Bareng ke Kantin?
16 Bab 16 | Taman Belakang Sekolah
17 Bab 17 | Pameran Ekstrakurikuler
18 Bab 18 | Klub Memasak
19 Bab 19 | Aku Ingin Memperingatkan Kamu
20 Bab 20 | Uang Kas
21 Bab 21 | Penggeledahan
22 Bab 22 | Dituduh Mencuri
23 Bab 23 | Mau Jalan-jalan Bersamaku?
24 Bab 24 | Daun Berguguran
25 Bab 25 | Telepon dari Orang Tuaku
26 Bab 26 | Dasar Pencuri!
27 Bab 27 | Nara
28 Bab 28 | Mau Jadi Temanku?
29 Bab 29 | Ayo Kita Bolos!
30 Bab 30 | Sejak Kapan Kalian Pacaran?
31 Bab 31 | Darah
32 Bab 32 | Ryan Menggendongku
33 Bab 33 | Pemeriksaan
34 Bab 34 | Rujukan
35 Bab 35 | Ryan Terlihat Aneh
36 Bab 36 | Kita Harus Berhenti
37 Bab 37 | Klub Memasak (1)
38 Bab 38 | Klub Memasak (2)
39 Bab 39 | Pulang Diantar Edo
40 Bab 40 | Aura Tidak Masuk Sekolah
41 Bab 41 | Aura di Pikiran Ryan
42 Bab 42 | Pemeriksaan Kesehatan Aura
43 Bab 43 | Berapa Lama Lagi?
44 Bab 44 | Aura!
45 Bab 45 | Aku Suka Ryan?
46 Bab 46 | Cemburu
47 Bab 47 | Menghindar
48 Bab 48 | Dilema
49 Bab 49 | Aku Takut
50 Bab 50 | Cewek Hari Itu (1)
51 Bab 51 | Cewek Hari Itu (2)
52 Bab 52 | Aku Tidak Akan Memaksamu
53 Bab 53 | kukis (1)
54 Bab 54 | Kukis (2)
55 Bab 55 | Aku Butuh Bantuanmu
56 Bab 56 | Ayah
57 Bab 57 | Pemeriksaan
58 Bab 58 | Pesan
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Bab 1 | Ayo Kita Pacaran!
2
Bab 2 | Dilabrak
3
Bab 3 | Kantin
4
Bab 4 | Pembalasan
5
Bab 5 | Kantor BK
6
Bab 6 | Mau Satu Kelompok Denganku?
7
Bab 7 | MOS (1)
8
Bab 8 | MOS (2)
9
Bab 9 | MOS (3)
10
Bab 10 | Godaan Ryan
11
Bab 11 | Terjebak di Toilet
12
Bab 12 | Menangis di Pelukan Ryan
13
Bab 13 | Kerja Kelompok
14
Bab 14 | Mampir ke Rumahmu, ya?
15
Bab 15 | Mau Jalan Bareng ke Kantin?
16
Bab 16 | Taman Belakang Sekolah
17
Bab 17 | Pameran Ekstrakurikuler
18
Bab 18 | Klub Memasak
19
Bab 19 | Aku Ingin Memperingatkan Kamu
20
Bab 20 | Uang Kas
21
Bab 21 | Penggeledahan
22
Bab 22 | Dituduh Mencuri
23
Bab 23 | Mau Jalan-jalan Bersamaku?
24
Bab 24 | Daun Berguguran
25
Bab 25 | Telepon dari Orang Tuaku
26
Bab 26 | Dasar Pencuri!
27
Bab 27 | Nara
28
Bab 28 | Mau Jadi Temanku?
29
Bab 29 | Ayo Kita Bolos!
30
Bab 30 | Sejak Kapan Kalian Pacaran?
31
Bab 31 | Darah
32
Bab 32 | Ryan Menggendongku
33
Bab 33 | Pemeriksaan
34
Bab 34 | Rujukan
35
Bab 35 | Ryan Terlihat Aneh
36
Bab 36 | Kita Harus Berhenti
37
Bab 37 | Klub Memasak (1)
38
Bab 38 | Klub Memasak (2)
39
Bab 39 | Pulang Diantar Edo
40
Bab 40 | Aura Tidak Masuk Sekolah
41
Bab 41 | Aura di Pikiran Ryan
42
Bab 42 | Pemeriksaan Kesehatan Aura
43
Bab 43 | Berapa Lama Lagi?
44
Bab 44 | Aura!
45
Bab 45 | Aku Suka Ryan?
46
Bab 46 | Cemburu
47
Bab 47 | Menghindar
48
Bab 48 | Dilema
49
Bab 49 | Aku Takut
50
Bab 50 | Cewek Hari Itu (1)
51
Bab 51 | Cewek Hari Itu (2)
52
Bab 52 | Aku Tidak Akan Memaksamu
53
Bab 53 | kukis (1)
54
Bab 54 | Kukis (2)
55
Bab 55 | Aku Butuh Bantuanmu
56
Bab 56 | Ayah
57
Bab 57 | Pemeriksaan
58
Bab 58 | Pesan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!