Kehidupan Baru yang Kosong

Hari pertama aku memasuki rumah besar ini sebagai istri Arka, aku disambut oleh suasana yang dingin dan sunyi. Dinding-dinding rumah berdiri kokoh, penuh dengan dekorasi mewah dan ornamen yang mahal, tetapi tak ada sedikit pun kehangatan yang terpancar. Aku berjalan melewati ruang tamu yang luas, mendengar suara langkah kakiku bergema, seolah menegaskan kekosongan di dalam hatiku.

Kami resmi menikah kemarin, dalam sebuah acara yang penuh dengan tamu undangan dan kemewahan, namun terasa hambar. Saat ini, aku duduk di ruang makan yang berisi meja panjang dengan kursi berderet, tetapi hanya aku yang duduk di sana, sendirian. Arka selalu sibuk; bahkan pagi ini, dia telah berangkat bekerja lebih awal tanpa pamit. Pekerjaan sepertinya adalah pelariannya, menghindari tatapan dan percakapan yang seharusnya mengisi hari-hari pertama kami sebagai pasangan.

Aku menghela napas panjang, mencoba menerima kenyataan ini. Aku sudah menebak bahwa hidup baru ini tidak akan mudah, tetapi aku tak pernah menyangka bahwa rasanya akan sesepi ini. Aku merasa seperti tamu di rumah sendiri, terkurung di antara dinding yang mewah tetapi dingin. Tiap sudut rumah ini terasa seperti simbol jarak antara aku dan Arka. Kami memang tinggal di bawah atap yang sama, tetapi kami hanyalah dua orang asing yang terpaksa bersatu oleh keadaan.

Untuk mengisi waktu, aku berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan baruku. Setiap pagi, aku mencoba membiasakan diri untuk melakukan kegiatan rumah tangga, meski sebenarnya sudah ada pembantu yang mengurus semuanya. Aku hanya ingin merasa berguna, setidaknya melakukan sesuatu yang membuatku merasa sedikit terkoneksi dengan rumah ini.

Suatu hari, aku beranikan diri mengunjungi kamar kerja Arka yang biasanya selalu tertutup rapat. Namun, saat aku mengetuk dan membuka pintu, yang kudapati hanyalah tumpukan dokumen dan meja kerja yang tertata rapi tanpa jejak dirinya. Di kamar ini, tak ada apa pun yang menunjukkan bahwa Arka benar-benar hadir dalam kehidupanku. Aku menutup pintu perlahan, merasa seolah-olah pintu itu juga menutup kesempatanku untuk mendekatinya.

Setiap kali kami bertemu di meja makan, percakapan kami tak lebih dari sekadar pertanyaan sopan atau sapaan singkat. "Bagaimana harimu?" atau "Sudah makan?" Itu saja. Tak ada pembicaraan yang lebih mendalam, tak ada cerita tentang mimpi atau kehidupan sehari-hari. Setiap percakapan hanyalah formalitas, seolah kami hanya bertemu untuk memenuhi kewajiban sebagai pasangan, bukan karena keinginan untuk saling mengenal.

Aku tahu, Arka juga merasakan kecanggungan yang sama. Terkadang, aku melihat dia berusaha mengatakan sesuatu, tetapi kemudian memilih diam. Mungkin dia juga bingung bagaimana cara berinteraksi denganku, atau mungkin dia hanya merasa terpaksa menjalani pernikahan ini. Apapun itu, aku merasa seperti seorang asing baginya, seseorang yang hadir tanpa benar-benar ia inginkan.

Setiap malam, aku berbaring sendirian di kamar yang besar, mendengar keheningan yang hampir memekakkan telinga. Rumah ini terlalu sepi, terlalu dingin, dan setiap detik di dalamnya membuatku merindukan kehidupanku yang dulu. Aku merindukan rumah kecilku yang penuh dengan tawa, tempat di mana aku merasa benar-benar hidup. Di sini, aku merasa seperti kehilangan diriku sendiri, terjebak dalam kehidupan baru yang kosong.

Aku mencoba mencari cara untuk mengisi kekosongan ini. Kadang, aku membaca buku-buku yang ada di perpustakaan rumah, atau menulis di buku harian untuk menumpahkan perasaanku. Namun, semua itu hanya sesaat. Begitu aku selesai, rasa hampa itu kembali datang, menyelimutiku dengan kesunyian yang mencekam.

Di suatu malam, saat aku sedang duduk di balkon, menatap langit yang gelap, aku bertanya pada diriku sendiri, "Apakah hidupku akan selalu seperti ini?" Aku merasa terjebak dalam lingkaran tanpa akhir, di mana aku hanya bisa menjalani hari-hari dengan rutinitas yang sama, tanpa cinta dan tanpa harapan.

Aku tahu, aku tak bisa terus seperti ini. Jika aku tidak menemukan cara untuk mengisi kekosongan ini, aku takut akan kehilangan diriku. Aku perlu menemukan tujuan dalam pernikahan ini, entah itu dengan mencoba lebih dekat dengan Arka atau menemukan cara lain untuk merasa hidup.

Malam itu, aku membuat keputusan dalam hati. Jika aku harus menjalani kehidupan yang kosong ini, aku akan mencoba mengisinya sendiri, dengan caraku. Aku akan mencoba memahami Arka, mencari tahu siapa dia sebenarnya, dan melihat apakah masih ada celah kecil yang bisa kuisi dengan kehangatan.

Berikut adalah kelanjutan dari Bab 4, menggambarkan perjuangan Alyssa untuk mengatasi kekosongan dalam kehidupan barunya bersama Arka:

---

Malam itu, aku memutuskan untuk mencoba mendekatkan diri dengan Arka. Aku ingin mengenalnya lebih dalam, mencoba mengurangi jarak yang memisahkan kami. Jika aku terus terperangkap dalam kekosongan ini tanpa berusaha, aku hanya akan semakin terpuruk. Besok, aku akan memulai langkah kecil, apa pun hasilnya nanti.

Keesokan harinya, aku bangun lebih pagi dari biasanya. Aku menyiapkan sarapan di dapur, berharap bisa menikmati momen sederhana ini bersama Arka sebelum ia berangkat bekerja. Ketika sarapan sudah tersaji, aku menunggu Arka di ruang makan, berharap ia menyadari usahaku untuk memulai sesuatu yang baru di antara kami.

Beberapa saat kemudian, Arka muncul dari tangga dengan setelan jasnya yang rapi, siap untuk berangkat. Tatapannya terkejut saat melihatku menunggunya di meja makan. “Kamu sudah bangun?” tanyanya singkat, terlihat sedikit canggung.

Aku tersenyum, mencoba mencairkan suasana. “Iya, aku pikir kita bisa sarapan bersama hari ini.”

Arka tampak ragu sejenak, tetapi akhirnya dia duduk di hadapanku. Kami mulai makan dalam keheningan, hanya terdengar suara sendok dan garpu. Aku berusaha mencari topik pembicaraan untuk mengisi kesunyian yang tidak nyaman ini.

“Bagaimana pekerjaanmu?” tanyaku, mencoba membuka percakapan.

Arka mengangguk pelan, tanpa menatapku. “Baik. Banyak proyek baru yang sedang dikerjakan.”

Jawabannya singkat, tetapi aku tidak menyerah. “Aku ingin tahu lebih banyak tentang apa yang kamu kerjakan. Apa kamu bisa menceritakannya?”

Arka terlihat sedikit terkejut dengan ketertarikanku, tetapi dia akhirnya berbicara lebih banyak tentang pekerjaannya, meskipun masih dengan nada formal. Aku mendengarkan dengan saksama, mencoba menunjukkan bahwa aku benar-benar peduli.

Percakapan kami berakhir ketika Arka selesai sarapan. Sebelum pergi, dia berkata pelan, “Terima kasih sudah menyiapkan sarapan.”

Kalimat singkat itu mungkin tak berarti apa-apa bagi orang lain, tetapi bagiku, itu adalah awal. Ini adalah pertama kalinya aku merasa usahaku diakui, walaupun hanya melalui sepatah kata terima kasih. Aku tersenyum lega, merasakan secercah harapan di tengah kekosongan yang melingkupiku.

Setelah Arka pergi, aku memutuskan untuk keluar rumah. Aku merasa perlu menghirup udara segar dan melarikan diri sejenak dari suasana yang menyesakkan. Aku berjalan-jalan sendirian di taman sekitar kompleks rumah, menikmati pemandangan pohon-pohon yang rindang dan mendengar kicauan burung yang menenangkan.

Di taman, aku duduk di bangku yang menghadap ke kolam kecil, membiarkan pikiranku mengembara. Aku merasakan campuran emosi yang sulit dijelaskan ketidakpuasan, ketidakpastian, dan sedikit harapan yang perlahan muncul. Aku sadar bahwa aku tak bisa mengharapkan perubahan besar terjadi secepat ini. Mungkin, aku perlu bersabar dan terus berusaha sedikit demi sedikit.

Selama beberapa hari berikutnya, aku melanjutkan usahaku untuk lebih dekat dengan Arka. Aku mencoba menyiapkan makan malam, menunggunya di ruang keluarga saat dia pulang, dan bahkan mencoba memulai percakapan kecil meskipun hasilnya masih sama penuh dengan jarak dan kecanggungan.

Suatu malam, ketika Arka pulang terlambat, aku melihat kelelahan terpancar di wajahnya. Tanpa banyak bicara, aku menyiapkan segelas teh hangat untuknya. Dia menerima teh itu tanpa banyak kata, tetapi kali ini, aku melihat ada rasa terima kasih dalam tatapannya. Saat dia menyesap teh, aku duduk di sofa berseberangan dengannya, menatapnya dalam diam.

“Alyssa...” Dia memanggil namaku dengan pelan, membuatku terkejut. Ini adalah pertama kalinya dia menyebut namaku dengan nada yang terdengar lebih tulus.

Aku mengangguk pelan, memberi isyarat bahwa aku mendengarkan. Namun, dia hanya terdiam, seolah-olah ada sesuatu yang ingin dia katakan, tetapi dia tidak tahu bagaimana mengungkapkannya. Aku menunggu beberapa saat, tetapi akhirnya dia hanya menghela napas dan bangkit untuk pergi ke kamar.

Setelah dia pergi, aku duduk sendirian, merasakan kehangatan teh yang tersisa di tempatnya. Meski percakapan kami belum berarti apa-apa, aku merasakan ada harapan kecil yang mulai tumbuh. Mungkin, ada sesuatu di dalam dirinya yang perlahan-lahan terbuka untukku, walaupun dengan cara yang sangat lambat.

Di tengah-tengah kesepian ini, aku mulai menyadari bahwa perjuanganku bukan hanya tentang memahami Arka, tetapi juga tentang menemukan diriku sendiri. Aku harus belajar untuk menemukan kebahagiaan kecil dalam kehidupan ini, meskipun itu terasa sulit. Jika aku bisa mengatasi kekosongan ini, mungkin aku bisa menemukan cara untuk bahagia.

Malam itu, aku menulis di buku harianku, mencurahkan semua perasaan yang kusimpan. Aku menulis tentang harapanku, ketakutanku, dan usahaku untuk menemukan arti dalam pernikahan ini. Kata-kata itu adalah caraku untuk tetap waras, untuk mengingatkan diriku bahwa aku masih memiliki kendali atas hidupku.

Dengan semua kebingungan dan ketidakpastian, aku bertekad untuk terus melangkah. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari, tetapi satu hal yang pasti, aku akan tetap mencoba.

Episodes
1 Panggilan Tak Terduga
2 Pertemuan dengan Takdir
3 Menyusun Rencana
4 Kehidupan Baru yang Kosong
5 Menemukan Sisi Lain Arka
6 Perhatian yang Mulai Tumbuh
7 Rahasia yang Tersembunyi
8 Menghadapi Kebimbangan
9 Pertengkaran Pertama
10 Kembali pada Masa Lalu
11 menghadapi keluarga arka
12 Cinta yang Tumbuh Perlahan
13 Bayangan Masa Lalu Arka
14 Pergulatan Batinku
15 Perpisahan yang Tergantung
16 Anak yang Terabaikan
17 Pengorbanan untuk Cinta
18 Menghadapi Rintangan Terakhir
19 Perjuangan Membangun Keluarga
20 Awal yang Baru
21 Harapan yang Mulai Tumbuh
22 Ancaman Tak Terduga
23 Terperangkap dalam Masa Lalu
24 Ketakutan yang Menghantui
25 Dilema Keibuan
26 Tanda-tanda Pengkhianatan
27 Rahasia yang Terbongkar
28 Percakapan Tanpa Kepastian
29 Munculnya Mantan Kekasih
30 Terseret dalam Intrik Keluarga
31 Perang Dingin di Rumah
32 Pelarian Sementara
33 Keberanian untuk Menghadapi
34 Arka Berubah
35 Ultimatum Terakhir dari Keluarga
36 Titik Terendah
37 Keajaiban di Saat yang Tepat
38 Langkah untuk Bersatu
39 Resepsi Kecil untuk Kebahagiaan
40 Menerima Masa Lalu, Menyambut Masa Depan
41 Menjalin Kembali Hubungan Keluarga
42 Komitmen Bersama
43 Momen Bersama Dito
44 Ketulusan Mencairkan Hati
45 Masa Depan untuk Dito
46 Surat dari Masa Lalu
47 Ujian Terakhir
48 Keputusan Akhir untuk Keluarga
49 Restu yang Ditunggu-Tunggu
50 Kebahagiaan Sederhana
51 Kehidupan Baru yang Stabil
52 Rencana Masa Depan untuk Dito
53 Kunjungan Teman Lama
54 Membangun Kebersamaan
55 Menemukan Bakat Dito
56 Ujian Pertama Dito di Sekolah
57 Kesulitan Finansial Kecil
58 Bantuan Tak Terduga
59 Menghargai Setiap Momen
60 Rencana Karir Arka
61 Hari Ulang Tahun Dito
62 Kembali ke Kehidupan Sosial
63 Memperkenalkan Dito ke Dunia Seni
64 Perubahan Karakter Dito
65 Perubahan Karakter Dito
66 Diskusi Bersama
67 Memilih Tetap Tinggal
68 Mendukung Sekolah Dito
69 Masalah di Sekolah
70 Menghadiri Pertunjukan Seni
71 Perjalanan Keluarga untuk Liburan
72 Rencana Masa Depan Baru
73 Perayaan Kecil di Rumah
74 Kedekatan dengan Tetangga
75 Peluang Baru untuk Alyssa
76 Harmoni dalam Kesibukan
77 Prestasi Pertama Dito
78 Mimpi-mimpi Kecil untuk Dito
79 Menghargai Setiap Detik
80 Kehidupan yang Damai
81 Refleksi Perjalanan Hidup
82 Akhir yang Bahagia
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Panggilan Tak Terduga
2
Pertemuan dengan Takdir
3
Menyusun Rencana
4
Kehidupan Baru yang Kosong
5
Menemukan Sisi Lain Arka
6
Perhatian yang Mulai Tumbuh
7
Rahasia yang Tersembunyi
8
Menghadapi Kebimbangan
9
Pertengkaran Pertama
10
Kembali pada Masa Lalu
11
menghadapi keluarga arka
12
Cinta yang Tumbuh Perlahan
13
Bayangan Masa Lalu Arka
14
Pergulatan Batinku
15
Perpisahan yang Tergantung
16
Anak yang Terabaikan
17
Pengorbanan untuk Cinta
18
Menghadapi Rintangan Terakhir
19
Perjuangan Membangun Keluarga
20
Awal yang Baru
21
Harapan yang Mulai Tumbuh
22
Ancaman Tak Terduga
23
Terperangkap dalam Masa Lalu
24
Ketakutan yang Menghantui
25
Dilema Keibuan
26
Tanda-tanda Pengkhianatan
27
Rahasia yang Terbongkar
28
Percakapan Tanpa Kepastian
29
Munculnya Mantan Kekasih
30
Terseret dalam Intrik Keluarga
31
Perang Dingin di Rumah
32
Pelarian Sementara
33
Keberanian untuk Menghadapi
34
Arka Berubah
35
Ultimatum Terakhir dari Keluarga
36
Titik Terendah
37
Keajaiban di Saat yang Tepat
38
Langkah untuk Bersatu
39
Resepsi Kecil untuk Kebahagiaan
40
Menerima Masa Lalu, Menyambut Masa Depan
41
Menjalin Kembali Hubungan Keluarga
42
Komitmen Bersama
43
Momen Bersama Dito
44
Ketulusan Mencairkan Hati
45
Masa Depan untuk Dito
46
Surat dari Masa Lalu
47
Ujian Terakhir
48
Keputusan Akhir untuk Keluarga
49
Restu yang Ditunggu-Tunggu
50
Kebahagiaan Sederhana
51
Kehidupan Baru yang Stabil
52
Rencana Masa Depan untuk Dito
53
Kunjungan Teman Lama
54
Membangun Kebersamaan
55
Menemukan Bakat Dito
56
Ujian Pertama Dito di Sekolah
57
Kesulitan Finansial Kecil
58
Bantuan Tak Terduga
59
Menghargai Setiap Momen
60
Rencana Karir Arka
61
Hari Ulang Tahun Dito
62
Kembali ke Kehidupan Sosial
63
Memperkenalkan Dito ke Dunia Seni
64
Perubahan Karakter Dito
65
Perubahan Karakter Dito
66
Diskusi Bersama
67
Memilih Tetap Tinggal
68
Mendukung Sekolah Dito
69
Masalah di Sekolah
70
Menghadiri Pertunjukan Seni
71
Perjalanan Keluarga untuk Liburan
72
Rencana Masa Depan Baru
73
Perayaan Kecil di Rumah
74
Kedekatan dengan Tetangga
75
Peluang Baru untuk Alyssa
76
Harmoni dalam Kesibukan
77
Prestasi Pertama Dito
78
Mimpi-mimpi Kecil untuk Dito
79
Menghargai Setiap Detik
80
Kehidupan yang Damai
81
Refleksi Perjalanan Hidup
82
Akhir yang Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!