BAB 17 - Mumpung LDR

"Mas kenapa? Pusing?"

Faaz menggeleng, sekalipun memang pusing, tapi pria itu memilih untuk tidak berkata jujur lantaran khawatir jadi petaka.

Akan tetapi, dia masih ingin memastikan sesuatu yang tadi sempat mengejutkannya. "Jadi ... enam bulan kamu mengaji cuma lihat dari teras masjidnya?"

Tak menjawab dengan lisan, Ganeeta hanya mengangguk pelan sebelum kemudian memperlihatkan gigi rapihnya.

"Kok gitu? Kan mubazir waktunya."

"Pak ustadz-nya galak, tiap ngajar bawa tongkat aku, 'kan jadi takut dipukul, Mas," cerocosnya mengada-ada, padahal alasan guru ngajinya menggunakan tongkat karena sudah tua, bukan untuk memukul para muridnya.

"Ah begitu," ucap Faaz mencoba memaklumi alasan super klise yang kerap digunakan anak kecil dari masa ke masa sedari dahulu, takut.

"He'em, anak Pak Bondan pernah dipukul loh, Mas."

"Sama ustadz-nya?"

"Bukan, sama bapaknya sendiri karena nyolong tongkat guru ngaji itu," ungkap Ganeeta yang membuat Faaz semakin yakin untuk mengakhiri kegiatan ini.

Hari pertama mengaji, Faaz sebagai guru menyerah dan mengakhirinya lebih cepat dibanding jadwal yang sudah disepakati. Mendapati suaminya menyerah, Ganeeta berseru yes dalam hati karena memang ini yang dia inginkan.

Tak hanya itu, pasca Faaz mengizinkannya untuk melepas mukena, Ganeeta bahagia luar biasa dan kembali naik ke atas tempat tidur demi melanjutkan game-nya.

Beberapa saat Faaz pandangi, hingga dering ponselnya terpaksa membuat perhatian Faaz teralihkan.

"Hallo, assalamualaikum, Umi ...." Sapa Faaz dan berhasil meraih atensi Ganeeta yang baru saja hendak memulai keseruannya.

Hal itu terjadi karena Faaz duduk di tepian tempat tidur, sementara Ganeeta berada tak jauh darinya.

"Kapan, Umi?"

"Aku bisa-bisa saja sih ... berapa hari, Umi?" tanya Faaz sembari berbaring hingga dia bisa menangkap Ganeeta yang super kepo dan berusaha mencuri dengar pembicaraannya.

Sadar akan hal itu, Faaz berlagak tidak peduli demi membuat Ganeeta semakin penasaran lagi.

"Aku izin papi dulu kalau begitu, dua hari, 'kan ya?"

"Aroma-aromanya mau pulang kampung nih," gumam Ganeeta menerka-nerka inti dari pembicaraan Faaz bersama Umi Fatimah, mertuanya.

Andai memang benar, maka ini adalah angin segar bagi Ganeeta karena jujur saja, satu minggu bersama Faaz membuat Ganeeta merasa tak ubahnya seperti penghuni lapas.

Beberapa saat Faaz menghabiskan waktu untuk berbincang bersama uminya. Hingga, setelah tuntas baru dia mengakhiri panggilan dan Ganeeta berlagak tidak penasaran dan kembali fokus dengan game favoritnya itu.

"Mas harus ke Yogya," ucap Faaz memulai pembicaraan.

"Oh iya? Mau ngapain?" tanya Ganeeta berlagak penasaran, padahal sebenarnya tidak begitu peduli juga Faaz mau apa di sana.

"Salah-satu pembina asrama santri menikah lusa, jadi Mas diharapkan bisa datang."

"Hem, datang saja ... masih lusa, besok berangkat, 'kan bisa," ucap Ganeeta sama sekali tidak terlihat keberatan tatkala harus Faaz tinggal, aura ingin ikut juga tidak ada sama sekali di wajahnya.

Faaz berusaha memahami, memang Ganeeta sedang sibuk-sibuknya, tapi reaksinya terlalu biasa saja hingga membuat Faaz agak curiga.

"Kamu tidak mau ikut?"

"Pengen sih, tapi aku kuliah ... lain kali saja ya," ucapnya dengan sedikit harapan bahwa Faaz akan mengerti keadaannya.

Jujur saja, untuk ikut Faaz ke Yogyakarta memang belum ada keinginan sedikit saja di benak Ganeeta.

Sama seperti alasannya enggan menggunakan hijab, Ganeeta trauma dengan lingkungan pesantren ataupun semacamnya, itu saja.

Walau dia tahu tidak bisa memukul rata semua orang, tapi pengalaman yang dia dapat adalah guru terbaik dan Ganeeta belum siap untuk terluka lagi dengan lidah tanpa tulang para manusia yang merasa paling benar hingga tak segan menilai buruk manusia lainnya.

"Bukannya besok tanggal merah?"

"Iya sih, tapi lusa 'kan tidak."

"Lusa makin merah, minggu soalnya," ucap Faaz seketika membuat Ganeeta mengatupkan bibir.

Dia kembali berpikir keras untuk mencari alasan, beruntung saja otaknya yang super lemot itu bisa diajak kerja sama.

"Aku ada tugas kelompok, besok mulai dan kemungkinan lusa kelar ngerjainnya."

"Tugas?"

"Iya, tanya sama Aruni kalau tidak percaya," ucapnya dengan jurus yang biasa digunakan oleh para pembohong dalam melakukan aksinya.

Sengaja berucap demikian, karena Ganeeta berpikir bahwa Faaz akan percaya dan tidak mungkin juga sampai benar-benar dipastikan kepada Aruni.

"Ya sudah kalau begitu, Mas tinggal sendiri tidak apa-apa berarti?"

Ganeeta mengangguk, memang ini yang dia inginkan sejak tadi.

"Benar tidak apa?"

"Iya, tenang saja."

"Siapa tahu, kamu bilangnya sama Papi atau Mami tidak diajak, kan jadi petaka nanti."

Mendengar hal itu, sontak Ganeeta berdecak sebal. "Aku tidak sedramatis itu ya, Mas," ucapnya hingga membuat Faaz tergelak padahal akhirnya.

.

.

Keesokan hari, Ganeeta tak sabar menanti matahari terbenam. Sesekali dia terus melirik ke arah jam digital di atas nakas.

"Lama banget sih, lagian kenapa berangkatnya nanti malam ... tadi pagi, 'kan bisa," gerutu Ganeeta masih terus meratapi keputusan Faaz yang memilih berangkat di malam hari hingga membuat rencana untuk menemui Zion diam-diam terpaksa diundur.

Lebih menyebalkan lagi, sampai detik ini Faaz belum berkemas sebagaimana orang-orang yang hendak pergi keluar kota.

"Ehem!!"

Ganeeta mendongak, perhatiannya seketika tergantikan manakala Faaz masuk.

"Kamu sedang apa?"

"Tidak, duduk-duduk saja."

"Tumben tidak di balkon, kenapa?" tanya Faaz kini duduk di sisinya.

"Dingin," jawabnya asal ceplos dan berakhir dalam dekapan Faaz akibat tanpa dia kehendaki.

"Kalau dingin kenapa bajunya begini?"

"Banyak tanya, kayak wartawan," celetuknya lagi dan lagi membuat Faaz terkekeh pelan.

"Ada-ada saja, pertanyaan Mas bikin risih ya?"

"Bukan begitu," ucapnya kembali seperti bunga layu di musim kemarau. "Mas kapan perginya?" tanya Ganeeta sembari menatap wajah tampan Faaz.

"Selepas Isya," jawab Faaz yang kemudian menciptakan senyum tipis di wajah Ganeeta.

Setelah seharian lelah menunggu kepastian, Faaz akhirnya melontarkan kata-kata yang sedari tadi dia harapkan.

Seketika itu, Ganeeta dengan segala tipu muslihatnya menenggelamkan wajah ke dada bidang Faaz seolah sedih ditinggalkan.

Tak lupa, dia bahkan membalas pelukan Faaz seerat mungkin demi membuat pria itu benar-benar yakin.

"Kenapa? Tiba-tiba banget begini?"

"Lusa selesai acara, Mas langsung pulang, 'kan?" tanya Ganeeta kembali mendongak dan menatap Faaz dengan wajah sedihnya.

"Tentu saja, tujuan ke sana cuma itu, tidak ada yang lain," ucapnya tak lupa memberikan usapan di puncak kepala Ganeeta penuh perasaan.

Berbeda dengan Ganeeta yang tengah bersandiwara seakan telah menerima, Faaz justru sebaliknya. Sedari awal, dia memang sudah sayang, semua yang dia lakukan murni dari hati dan tidak dibuat-buat demi melindungi pondok pesantren Darul Hikmah dari kemarahan Papi Cakra.

.

.

Tepat pukul delapan malam, dimana Faaz sudah siap untuk pergi Ganeeta masih mempertahankan sandiwara seakan tidak ikhlas Faaz pergi meninggalkannya.

"Mas pergi, jangan telat makan ya," ucap Faaz tak lupa mengecup kedua pipinya.

"Shalatnya terutama, jangan diulur-ulur."

"Iya ...."

"Jangan begadang, kalau capek langsung tidur."

"Iya, Mas."

Semua pesan yang Faaz ucapkan sebelum pergi Ganeeta iyakan, demi mempersingkat waktu tentu saja.

Hingga, beberapa saat setelah mobil yang dikendarai Faaz berlalu, Ganeeta juga bersiap untuk memanfaatkan kesempatan emas.

Kebetulan, Papi dan Maminya sedang makan malam, sementara Khalif juga belum pulang. Bergegas Ganeeta menuju garasi dan bersiap meninggalkan rumah mewah itu dengan motor sport yang sudah dua minggu ini tak pernah dia duduki.

Beralasan ada barang Faaz yang ketinggalan, Ganeeta mampu lolos dari security di pos penjagaan. Tak ayal, Ganeeta kian mempercepat laju kendaraannya hingga kini sudah melintas di jalan raya.

"Mumpung lagi LDR sama Mas suami, waktunya nyamperin pacar semata wayangku itu," ucapnya sembari menikmati hembusan angin yang seakan menyambut kebebasannya.

Tak sedikit pun Ganeeta ketahui, bahwa dari kejauhan, ucapannya justru ditertawakan oleh pemilik wajah teduh yang sengaja menepi demi memantau pergerakannya di layar ponsel.

"Kelakuan, dia pikir aku sebodoh itu?"

.

.

- To Be Continued -

Terpopuler

Comments

Zeliii... S

Zeliii... S

hahaha...Aneet kamu ketauan...!!!! 😂😂😂 Udah ajak aja Gus pepet terus jangan sampai lengah... 😅😅😅

2024-11-07

5

diktata

diktata

ni pasutri kelakuan lama" Kya bocil ya.... dua"nya wkwkwk 😅

2024-11-07

9

ieda1195

ieda1195

gpp net main2 sepuas mu sama zion,, sbelum nanti kamu bucin sebucin bucinnya sama mas faaz,, lhat aja ntar,, dibalik penampilan yg katamu orang orangan sawah,, gk ada secuil pun dibandin zion,,

2024-11-07

7

lihat semua
Episodes
1 BAB 01 - Awal
2 BAB 02 - Perintah, Bukan Penawaran.
3 BAB 03 - Waspada Mode On
4 BAB 04 - Amunisi Pengantin Baru
5 BAB 05 - Mas Faaz ~
6 BAB 06 - Mulai Pagi dengan Istighfar
7 BAB 07 - Malu Semalu-Malunya.
8 BAB 08 - Tanggung Jawab Suamimu
9 BAB 09 - Di Balik Sarung Gus Faaz
10 BAB 10 - Besok Aku Pakai Hijab
11 BAB 11 - Migrain
12 BAB 12 - Menyenangkan Hati Suami
13 BAB 13 - Makasih Saja?
14 BAB 14 - Pacar Semata Wayang
15 BAB 15 - Putuskan Pacarmu!!
16 BAB 16 - Babak Baru, Ujian Lama.
17 BAB 17 - Mumpung LDR
18 BAB 18 - Kita Impas!! - Ganeeta
19 BAB 19 - Bukan Hukuman Biasa
20 BAB 20 - Fitnah Kesekian Kalinya
21 BAB 21 - Cari Uang Ala Ganeeta
22 BAB 22 - Morning Kiss
23 BAB 23 - Aku Sudah Bersuami
24 BAB 24 - Bulan Madu, Yuk
25 BAB 25 - Lagi-Lagi Papi
26 BAB 26 - Tak Ternilai
27 BAB 27 - Mahkota Seorang Wanita
28 BAB 28 - Sambutan Adik Ipar
29 BAB 29 - Kamu Mencintainya? - Faaz
30 BAB 30 - Bukan Salah Takdir
31 BAB 31 - Tidak Seburuk Dugaanmu!!
32 BAB 32 - Kamu Itu Aneh - Faaz
33 BAB 33 - Meresahkan
34 BAB 34 - Orang Sabar Disayang Mertua
35 BAB 35 - Menikahinya Adalah Ibadah - Faaz
36 BAB 36 - Terasa Berbeda
37 BAB 37 - Bukan Salah Jodoh.
38 BAB 38 - Tidak Bisa Ditebak
39 BAB 39 - Haruskah Kurebut?
40 BAB 40 - Seperti Simpanan
41 BAB 41 - Tidak Ada Yang Sempurna
42 BAB 42 - Belum Siap Jadi Oma
43 BAB 43 - Sang Pendusta
44 BAB 44 - Bukan Khayalan
45 BAB 45 - Mendadak Konsultasi
46 BAB 46 - Setua Itu?
47 BAB 47 - Tidak Harus Dia
48 BAB 48 - Janji Ganeeta
49 BAB 49 - Kita Bisa Romantis
50 BAB 50 - Tekad Ganeeta
51 BAB 51 - Di Bawah Selimut
52 BAB 52 - Like A Fireworks
53 BAB 53 - Perang Dunia Ke-3
54 BAB 54 - Sambutan Duka
55 BAB 55 - Terlambat ~
56 BAB 56 - Hanya Rabun
57 BAB 57 - Tidak Sesuci Itu
58 BAB 58 - Bukan Teh Manis Biasa
59 BAB 59 - Seperti Papi
60 BAB 60 - Matanya Jelalatan
61 BAB 61 - Peringatan Faaz
62 BAB 62 - Sangat Peka
63 BAB 63 - Salah Minum Obat?
64 BAB 64 - Menolak Keras LDR
65 BAB 65 - Berakhir di Hotel Bintang Lima
66 BAB 66 - Bukan Sekadar Partner Ranjang
67 BAB 67 - Sad/Happy Ending
68 BAB 68 - Tidak Sebaik Perkiraanmu ~ Faaz
69 BAB 69 - Apa Aku Centil?
70 BAB 70 - Tidak Akan Tinggal Diam
71 BAB 71 - Tarian Pemanggil Suami
72 BAB 72 - Pura-Pura Tidur
73 BAB 73 - Sibuk Jadi Istri
74 BAB 74 - Insting Seorang Lelaki
75 BAB 75 - Tamu Tak diundang
76 BAB 76 - Pemandangan Tak Terduga
77 BAB 77 - Rahasia Besar
78 BAB 78 - Kurang Berbakat
79 BAB 79 - Awal Kehancuran Fandy
80 BAB 80 - Ember
81 BAB 81 - Pantang Dipuji
82 BAB 82 - Takut Ditikung Juga
83 BAB 83 - Akhiri Saja
84 BAB 84 - Dipulangkan Baik-baik
85 BAB 85 - Makan Daging Mauren?
86 Promo Karya Mama Reni - PEMBALASAN ISTRI : AKU YANG DIANGGAP BONEKA
87 BAB 86 - Prahara Apel Bang Mamat
88 BAB 87 - Kejutan Untuk Mami
89 BAB 88 - Misteri Ngidamnya Anet.
90 BAB 89 - Berkah Dari Hongkong!!
91 BAB 90 - Tuhan Maha Tahu
92 BAB 91 - Kalah Saing
93 BAB 92 - Good Job, Mbak Alifah!!
94 BAB 93 - Bukan Santri Biasa
95 BAB 94 - Mendadak Resepsi
96 Promosi Karya Baru - Tawanan Cinta Pria Bayaran (Abimanyu)
97 BAB 95 - Pernikahan Impian
98 BAB 96 - Doa di Ujung Malam
99 BAB 97 - Aku Akan Bertanggung Jawab
100 BAB 98 - Kejutan di Awal Hari
101 BAB 99 - Masih Mau Jadi Istri Mas?
102 BAB 100 - Mas Bukan Pendosa ~ Ganeeta
103 BAB 101 - Aku Percaya ~
104 BAB 102 - Tapi Aku Sakit ~
105 BAB 103 - Mati Rasa?
106 BAB 104 - Dimana Dia?
107 BAB 105 - Deal
108 BAB 106 - Akmal Serius Mode On
109 BAB 107 - Allah Sebaik-baiknya Pelindung
110 BAB 108 - Hidup Segan Mati Tak Mau ~ Ganeeta
111 BAB 109 - Sama Iyanya
112 Visual Cast
113 Promosi Karya Baru
114 BAB 110 - Bukan Pillow Talk Biasa
115 BAB 111 - Kayak Om Faaz
116 BAB 112 - Waktuku Untukmu, Neta.
117 BAB 113 - 99 Persen
118 BAB 114 - Kita, Bukan Mas Saja.
119 BAB 115 - Istri Kecilmu Itu Sudah Dewasa
120 BAB 116 - Tekad Faaz
121 BAB 117 - Tidak Sesabar Itu
122 BAB 118 - Hasil DNA Sebenarnya
123 BAB 119 - Kita Perlu Penjelasan!! ~ Ganeeta
124 BAB 120 - Jangan Gegabah!! ~ Faaz
125 BAB 121 - Dilema Akmal
126 BAB 122 - Mengerti, Tapi Tidak Kumaklumi.
127 BAB 123 - Ada Syaratnya!! ~ Ganeeta
128 BAB 124 - Pulang ke JKT
129 BAB 125 - Tidak Sesederhana Itu
130 BAB 126 - Apapun untuk Anet
131 BAB 127 - Kurang Puas (Sedikit)
132 BAB 128 - I'm Pregnant
133 BAB 129 - Masing-Masing
134 BAB 130 - Pulang ~
135 BAB 131 - Bukan Ngambek Biasa
136 BAB 132 - Hikmah Dibalik Duka
137 BAB 133 - Sentuh Dikit Bereaksi
138 BAB 134 - Astaghfirullah, Istighfar Suamiku.
139 BAB 135 - Tak Terduga
140 BAB 136 - Labil Mode On
141 BAB 137 - TerFaaz-Faaz
142 BAB 138 - Kumat
143 BAB 139 - Tanpa Suami
144 BAB 140 - Takut Karma
145 BAB 141 - Surga yang Kuimpikan (Tamat)
146 BONUS CHAPTER 01
147 Promo Karya Baru - Bukan Pernikahan Biasa (Iqlima)
148 BONUS CHAPTER 02
149 BONUS CHAPTER 03
150 BONUS CHAPTER 04
151 BONUS CHAPTER 05 - Edisi Akmal - Alifah
152 BONUS CHAPTER 06 - Edisi Akmal - Alifah
153 BONUS CHAPTER 07 - Edisi Akmal - Alifah
Episodes

Updated 153 Episodes

1
BAB 01 - Awal
2
BAB 02 - Perintah, Bukan Penawaran.
3
BAB 03 - Waspada Mode On
4
BAB 04 - Amunisi Pengantin Baru
5
BAB 05 - Mas Faaz ~
6
BAB 06 - Mulai Pagi dengan Istighfar
7
BAB 07 - Malu Semalu-Malunya.
8
BAB 08 - Tanggung Jawab Suamimu
9
BAB 09 - Di Balik Sarung Gus Faaz
10
BAB 10 - Besok Aku Pakai Hijab
11
BAB 11 - Migrain
12
BAB 12 - Menyenangkan Hati Suami
13
BAB 13 - Makasih Saja?
14
BAB 14 - Pacar Semata Wayang
15
BAB 15 - Putuskan Pacarmu!!
16
BAB 16 - Babak Baru, Ujian Lama.
17
BAB 17 - Mumpung LDR
18
BAB 18 - Kita Impas!! - Ganeeta
19
BAB 19 - Bukan Hukuman Biasa
20
BAB 20 - Fitnah Kesekian Kalinya
21
BAB 21 - Cari Uang Ala Ganeeta
22
BAB 22 - Morning Kiss
23
BAB 23 - Aku Sudah Bersuami
24
BAB 24 - Bulan Madu, Yuk
25
BAB 25 - Lagi-Lagi Papi
26
BAB 26 - Tak Ternilai
27
BAB 27 - Mahkota Seorang Wanita
28
BAB 28 - Sambutan Adik Ipar
29
BAB 29 - Kamu Mencintainya? - Faaz
30
BAB 30 - Bukan Salah Takdir
31
BAB 31 - Tidak Seburuk Dugaanmu!!
32
BAB 32 - Kamu Itu Aneh - Faaz
33
BAB 33 - Meresahkan
34
BAB 34 - Orang Sabar Disayang Mertua
35
BAB 35 - Menikahinya Adalah Ibadah - Faaz
36
BAB 36 - Terasa Berbeda
37
BAB 37 - Bukan Salah Jodoh.
38
BAB 38 - Tidak Bisa Ditebak
39
BAB 39 - Haruskah Kurebut?
40
BAB 40 - Seperti Simpanan
41
BAB 41 - Tidak Ada Yang Sempurna
42
BAB 42 - Belum Siap Jadi Oma
43
BAB 43 - Sang Pendusta
44
BAB 44 - Bukan Khayalan
45
BAB 45 - Mendadak Konsultasi
46
BAB 46 - Setua Itu?
47
BAB 47 - Tidak Harus Dia
48
BAB 48 - Janji Ganeeta
49
BAB 49 - Kita Bisa Romantis
50
BAB 50 - Tekad Ganeeta
51
BAB 51 - Di Bawah Selimut
52
BAB 52 - Like A Fireworks
53
BAB 53 - Perang Dunia Ke-3
54
BAB 54 - Sambutan Duka
55
BAB 55 - Terlambat ~
56
BAB 56 - Hanya Rabun
57
BAB 57 - Tidak Sesuci Itu
58
BAB 58 - Bukan Teh Manis Biasa
59
BAB 59 - Seperti Papi
60
BAB 60 - Matanya Jelalatan
61
BAB 61 - Peringatan Faaz
62
BAB 62 - Sangat Peka
63
BAB 63 - Salah Minum Obat?
64
BAB 64 - Menolak Keras LDR
65
BAB 65 - Berakhir di Hotel Bintang Lima
66
BAB 66 - Bukan Sekadar Partner Ranjang
67
BAB 67 - Sad/Happy Ending
68
BAB 68 - Tidak Sebaik Perkiraanmu ~ Faaz
69
BAB 69 - Apa Aku Centil?
70
BAB 70 - Tidak Akan Tinggal Diam
71
BAB 71 - Tarian Pemanggil Suami
72
BAB 72 - Pura-Pura Tidur
73
BAB 73 - Sibuk Jadi Istri
74
BAB 74 - Insting Seorang Lelaki
75
BAB 75 - Tamu Tak diundang
76
BAB 76 - Pemandangan Tak Terduga
77
BAB 77 - Rahasia Besar
78
BAB 78 - Kurang Berbakat
79
BAB 79 - Awal Kehancuran Fandy
80
BAB 80 - Ember
81
BAB 81 - Pantang Dipuji
82
BAB 82 - Takut Ditikung Juga
83
BAB 83 - Akhiri Saja
84
BAB 84 - Dipulangkan Baik-baik
85
BAB 85 - Makan Daging Mauren?
86
Promo Karya Mama Reni - PEMBALASAN ISTRI : AKU YANG DIANGGAP BONEKA
87
BAB 86 - Prahara Apel Bang Mamat
88
BAB 87 - Kejutan Untuk Mami
89
BAB 88 - Misteri Ngidamnya Anet.
90
BAB 89 - Berkah Dari Hongkong!!
91
BAB 90 - Tuhan Maha Tahu
92
BAB 91 - Kalah Saing
93
BAB 92 - Good Job, Mbak Alifah!!
94
BAB 93 - Bukan Santri Biasa
95
BAB 94 - Mendadak Resepsi
96
Promosi Karya Baru - Tawanan Cinta Pria Bayaran (Abimanyu)
97
BAB 95 - Pernikahan Impian
98
BAB 96 - Doa di Ujung Malam
99
BAB 97 - Aku Akan Bertanggung Jawab
100
BAB 98 - Kejutan di Awal Hari
101
BAB 99 - Masih Mau Jadi Istri Mas?
102
BAB 100 - Mas Bukan Pendosa ~ Ganeeta
103
BAB 101 - Aku Percaya ~
104
BAB 102 - Tapi Aku Sakit ~
105
BAB 103 - Mati Rasa?
106
BAB 104 - Dimana Dia?
107
BAB 105 - Deal
108
BAB 106 - Akmal Serius Mode On
109
BAB 107 - Allah Sebaik-baiknya Pelindung
110
BAB 108 - Hidup Segan Mati Tak Mau ~ Ganeeta
111
BAB 109 - Sama Iyanya
112
Visual Cast
113
Promosi Karya Baru
114
BAB 110 - Bukan Pillow Talk Biasa
115
BAB 111 - Kayak Om Faaz
116
BAB 112 - Waktuku Untukmu, Neta.
117
BAB 113 - 99 Persen
118
BAB 114 - Kita, Bukan Mas Saja.
119
BAB 115 - Istri Kecilmu Itu Sudah Dewasa
120
BAB 116 - Tekad Faaz
121
BAB 117 - Tidak Sesabar Itu
122
BAB 118 - Hasil DNA Sebenarnya
123
BAB 119 - Kita Perlu Penjelasan!! ~ Ganeeta
124
BAB 120 - Jangan Gegabah!! ~ Faaz
125
BAB 121 - Dilema Akmal
126
BAB 122 - Mengerti, Tapi Tidak Kumaklumi.
127
BAB 123 - Ada Syaratnya!! ~ Ganeeta
128
BAB 124 - Pulang ke JKT
129
BAB 125 - Tidak Sesederhana Itu
130
BAB 126 - Apapun untuk Anet
131
BAB 127 - Kurang Puas (Sedikit)
132
BAB 128 - I'm Pregnant
133
BAB 129 - Masing-Masing
134
BAB 130 - Pulang ~
135
BAB 131 - Bukan Ngambek Biasa
136
BAB 132 - Hikmah Dibalik Duka
137
BAB 133 - Sentuh Dikit Bereaksi
138
BAB 134 - Astaghfirullah, Istighfar Suamiku.
139
BAB 135 - Tak Terduga
140
BAB 136 - Labil Mode On
141
BAB 137 - TerFaaz-Faaz
142
BAB 138 - Kumat
143
BAB 139 - Tanpa Suami
144
BAB 140 - Takut Karma
145
BAB 141 - Surga yang Kuimpikan (Tamat)
146
BONUS CHAPTER 01
147
Promo Karya Baru - Bukan Pernikahan Biasa (Iqlima)
148
BONUS CHAPTER 02
149
BONUS CHAPTER 03
150
BONUS CHAPTER 04
151
BONUS CHAPTER 05 - Edisi Akmal - Alifah
152
BONUS CHAPTER 06 - Edisi Akmal - Alifah
153
BONUS CHAPTER 07 - Edisi Akmal - Alifah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!