BAB 14 - Pacar Semata Wayang

Satu kecupan mendarat tepat di wajah tampan Faaz, jelas hal itu membuatnya panas dingin. Bagaimana tidak? Sedikit pun Faaz tidak menduga bahwa Ganeeta akan memberikan kecupan pada awalnya.

Pun dia juga tidak meminta, maksud Faaz kata-kata yang Ganeeta lontarkan. Akan lebih baik jika disertai embel-embel Mas karena secara pribadi dia suka mendengarnya.

Namun, di luar dugaan Ganeeta justru memberikan sesuatu yang lebih dari sekadar embel-embel Mas di ucapan terima kasih, melainkan aksi nyata dan terkesan berani untuk gadis seusianya.

Selesai mendaratkan kecupan, Ganeeta tampak santai dan mulai menutup mata karena berakhir ngantuk sungguhan. Tak dia pedulikan bagaimana Faaz yang sedang kebingungan dalam kesendirian dan terus menatapnya penuh tanya.

"Dia mengecup pipiku barusan?" tanya Faaz bermonolog, wajahnya sampai memerah tatkala menyentuh bagian yang menjadi landasan tempat bibir ranum Ganeeta mendarat.

Sekian tahun tak pernah merasakan jantungnya berdebar hebat lagi, Faaz justru berakhir salah tingkah hanya karena seorang gadis pembuat onar yang masih masuk kategori bocah.

Bocah bira-hi kalau kata Ervano, entah atas dasar apa dia dijuluki separah itu, kebetulan mereka memang menutup aib Ganeeta hingga Faaz tidak tahu jelasnya.

Akan tetapi, jika melihat dari gelagat dan tingkahnya selama beberapa saat terakhir, Faaz mulai bisa menarik kesimpulan kenapa Ganeeta dijuluki bocah bira-hi.

Sedikit menyebalkan, Faaz agak tersinggung dengan julukan yang diberikan karena tak ubahnya bak hewan. Hanya saja, mengingat dia orang baru dan belum begitu berkuasa jelas tidak bisa marah.

"Ada-ada saja, dari mana dia belajar sampai punya inisiatif mencium pipiku," gumam Faaz perlahan beranjak dari atas tempat tidur dan berlalu keluar kamar.

Sudah tentu niatnya ingin keluar karena hari masih siang, agak aneh untuknya mengurung diri di dalam kamar sekalipun orang-orang bisa memaklumi lantaran statusnya masih pengantin baru.

Tanpa Faaz tahu, bahwa yang dia tinggalkan di dalam kamar kini tengah mengutuk diri sendiri lantaran baru menyadari bahwa baru saja salah mengambil tindakan.

"Jadi dia bukan minta cium?" tanya Ganeeta menepuk jidatnya.

Lama dia berpikir, wajah Ganeeta kembali bersemu merah lantaran malu untuk kesekian kalinya. "Aduh, bukannya sudah benar? Kalau bukan cium dia minta apa?"

"Zion selalu begitu, Om Pras juga dulu," ucap Ganeeta lagi kembali mengingat pengalaman yang sudah-sudah.

Kebiasaan mencium pipi Prasetya sewaktu kecil setiap kali diberikan hadiah atau semacamnya membuat Ganeeta berpikir semua pria itu sama.

Dulu, Pras tidak lagi bersedia dicium sewaktu Ganeeta beranjak remaja dengan alasan ciuman itu untuk pasangan saja.

Hingga, sewaktu menjalin hubungan bersama Zion, cowok itu kerap kali menunjuk pipi sebagai imbalan atas apa yang telah dia berikan.

Tak ayal, sewaktu Faaz meminta lebih dari sekadar ucapan terima kasih, tanpa pikir panjang Ganeeta justru mencium pipinya.

Ternyata, dugaan Ganeeta salah, Faaz tidaklah sama seperti Zion atau pria pada umumnya.

"Huft, terus ini gimana? Pura-pura amnesia saja kali ya?" tanya Ganeeta kembali bingung hendak bersikap bagaimana.

Rasanya, kejadian tadi pagi tak seberapa karena kali ini dia justru terlihat agre-sif di hadapan Faaz.

"Ah terserah ah, lagian salah dia kenapa tidak jelas bilangnya mau apa ... siapapun yang di posisiku pasti mikir begitu, 'kan?"

.

.

Meninggalkan Ganeeta yang kini tengah berseteru dengan isi kepalanya, di sisi lain Faaz tak berhenti tersenyum hanya karena satu kecupan tak terduga dari Ganeeta.

Sampai-sampai, dia tidak sadar bahwa yang duduk di sampingnya adalah sang mertua, bukan tukang parkir.

"Faaz ...."

"Hah? Iya, Pi?" Segera Faaz memperbaiki posisi duduknya dan kembali fokus dengan pembicaraan.

Papi Cakra yang sedari tadi bicara panjang lebar tentang Ganeeta rasanya sia-sia, hendak mengulang juga malas tentu saja.

"Kau dengar tidak?"

"Dengar, Pi," jawab Faaz sedikit berdebar lantaran sampai dites benar-benar dengar atau tidak.

Sebenarnya yang dibahas Papi Cakra masih berputar di situ-situ saja. Tidak lain dan tidak bukan perkara tingkah Ganeeta yang dia harapkan bisa Faaz perbaiki secara pelan-pelan.

Awalnya Faaz memang menyimak dengan seksama, tapi lama kelamaan dia tenggelam dalam lamunan tatkala ingat kecupan yang Ganeeta berikan.

"Kalau dengar apa yang terakhir Papi bahas, bisa kau ulang?"

Gleg

Sesuai dugaan, yang Faaz takutkan benar-benar terjadi. Seketika, lidah Faaz mendadak kelu dan bingung hendak mengatakan apa karena khawatir justru salah bicara.

"Makanya jangan melamun, apa yang kau pikirkan sebenarnya?"

"Maaf, Pi, tadi sedikit tidak konsen."

Helaan napas panjang terdengar sebagai pertanda bahwa pria itu kesal sebenarnya, beruntung saja tidak sampai marah.

"Ini ponsel Ganeeta," ucap Papi Cakra kemudian mengalihkan pembicaraan dan agaknya masalah yang tadi dia lewatkan begitu saja.

Meski sedikit bingung, Faaz tetap menerimanya dengan segera. "Ehm, bukankah ponselnya Papi sita?"

"Benar, tapi sekarang kau saja yang pegang ... mau kau berikan sekarang atau nanti juga terserah," ungkap Papi Cakra secara terang-terangan menyerahkan Ganeeta sebagai tanggung jawab Faaz.

Hal itu juga menunjukkan bahwa Papi Cakra memang lepas tangan dan tidak lagi punya tenaga untuk mengatur hidup Ganeeta.

Hanya saja, memang masih diawasi dengan cara meminta Faaz tetap tinggal di sana agar tidak terlalu kewalahan mengingat Ganeeta bisa saja melakukan tindakan di luar batas nantinya.

"Dengan catatan, awasi dan jangan sampai dia berhubungan dengan pacar dan juga teman-temannya yang tidak jelas itu."

Faaz mengangguk, tugasnya kini bertambah dan bisa dipastikan akan lebih sulit tentu saja.

Usai mendapat amanah seberat itu Faaz tak segera beranjak dari tempatnya, mereka masih lanjut mengobrol tentang banyak hal.

Bahkan mereka sempat menunaikan shalat Ashar berjamaah demi menjalin kedekatan yang lebih mendalam tentu saja.

Baru setelah itu, Faaz kembali naik dan begitu masuk kamar Ganeeta sudah terlihat segar dengan set piyama super pendek yang memperlihatkan kemolekan tubuh mungilnya.

Terlihat tidak was-was atau berusaha melindungi diri karena takut dijamah, Ganeeta bahkan santai saja sewaktu tahu suaminya perlahan mendekat.

"Dari mana? Kok baru muncul," ucapnya basa-basi seraya fokus mengeringkan rambutnya.

"Ngobrol di bawah sama papi," jawab Faaz seadanya yang kemudian ditanggapi dengan anggukan dari Ganeeta.

Tak berselang lama, Faaz kemudian merogoh saku celana dan meletakkan benda pipih yang begitu Ganeeta rindukan di atas meja rias.

"Eh? Kok bisa sama kamu?"

"Papi yang kasih, beliau bilang boleh lanjut disita atau diberikan sekarang."

"Terus ini artinya Mas Faaz milih diberikan sekarang?"

"Iya," ucap Faaz seketika membuat mata Ganeeta berbinar.

Dia yang telanjur senang tanpa basa basi melemparkan hair dryer hingga terjatuh ke lantai, sementara tangannya segera meraih ponsel di sana.

"Ya ampun ... makasih banyak, aku harus menghubungi Zion sek_"

"Eits, tunggu dulu," ucap Faaz secara tiba-tiba merebut kembali ponsel Ganeeta. "Siapa bilang kamu boleh menghubungi laki-laki itu?"

"Kok gitu? Zion itu pacar semata wayangku, dia pasti nungguin kabar dari aku."

"Iya dia memang pacar semata wayangmu, tapi apa kamu yakin kamu adalah pacar semata wayangnya? Hem?"

.

.

- To Be Continued -

Terpopuler

Comments

Zeliii... S

Zeliii... S

ya ampun pacar semata wayang konon...!!! Aneet..Istighfar sadarlah kamu sudah bersuami jagalah perasaannya...

2024-11-06

5

Ani Suwarni

Ani Suwarni

nah loh.mau jawab apa kamu ?
agaknya Faaz tahu sesuatu tentang Zion nih.

astaghfirullah Neet,,,,bisa"nya kamu mau nelpon Zion didepan suami kamu dan dengan santainya kau bilang Zion pacar semata wayang kamu
wis Gus ponselnya Aneet kamu yang pegang wae.😆😆

2024-11-06

26

Widi

Widi

Bini nya malu sendiri karena langsung nyosor dan ternyata salah salah mengira 🤣🤭 laki nya malu karena tidak mendengarkan mertua nya bicara karena sibuk senyam senyum kayak orang kesambet 🤣🤣🤣🤭🤭

Udah punya suami kamu Net, jangan harap bisa hubungan sama pacar semata wayang mu Net, benar kata Faaz, mungkin kamu bukan pacar semata wayang nya, dan bisa jadi kamu pacar ke seribu nya Zion, Net.

2024-11-06

6

lihat semua
Episodes
1 BAB 01 - Awal
2 BAB 02 - Perintah, Bukan Penawaran.
3 BAB 03 - Waspada Mode On
4 BAB 04 - Amunisi Pengantin Baru
5 BAB 05 - Mas Faaz ~
6 BAB 06 - Mulai Pagi dengan Istighfar
7 BAB 07 - Malu Semalu-Malunya.
8 BAB 08 - Tanggung Jawab Suamimu
9 BAB 09 - Di Balik Sarung Gus Faaz
10 BAB 10 - Besok Aku Pakai Hijab
11 BAB 11 - Migrain
12 BAB 12 - Menyenangkan Hati Suami
13 BAB 13 - Makasih Saja?
14 BAB 14 - Pacar Semata Wayang
15 BAB 15 - Putuskan Pacarmu!!
16 BAB 16 - Babak Baru, Ujian Lama.
17 BAB 17 - Mumpung LDR
18 BAB 18 - Kita Impas!! - Ganeeta
19 BAB 19 - Bukan Hukuman Biasa
20 BAB 20 - Fitnah Kesekian Kalinya
21 BAB 21 - Cari Uang Ala Ganeeta
22 BAB 22 - Morning Kiss
23 BAB 23 - Aku Sudah Bersuami
24 BAB 24 - Bulan Madu, Yuk
25 BAB 25 - Lagi-Lagi Papi
26 BAB 26 - Tak Ternilai
27 BAB 27 - Mahkota Seorang Wanita
28 BAB 28 - Sambutan Adik Ipar
29 BAB 29 - Kamu Mencintainya? - Faaz
30 BAB 30 - Bukan Salah Takdir
31 BAB 31 - Tidak Seburuk Dugaanmu!!
32 BAB 32 - Kamu Itu Aneh - Faaz
33 BAB 33 - Meresahkan
34 BAB 34 - Orang Sabar Disayang Mertua
35 BAB 35 - Menikahinya Adalah Ibadah - Faaz
36 BAB 36 - Terasa Berbeda
37 BAB 37 - Bukan Salah Jodoh.
38 BAB 38 - Tidak Bisa Ditebak
39 BAB 39 - Haruskah Kurebut?
40 BAB 40 - Seperti Simpanan
41 BAB 41 - Tidak Ada Yang Sempurna
42 BAB 42 - Belum Siap Jadi Oma
43 BAB 43 - Sang Pendusta
44 BAB 44 - Bukan Khayalan
45 BAB 45 - Mendadak Konsultasi
46 BAB 46 - Setua Itu?
47 BAB 47 - Tidak Harus Dia
48 BAB 48 - Janji Ganeeta
49 BAB 49 - Kita Bisa Romantis
50 BAB 50 - Tekad Ganeeta
51 BAB 51 - Di Bawah Selimut
52 BAB 52 - Like A Fireworks
53 BAB 53 - Perang Dunia Ke-3
54 BAB 54 - Sambutan Duka
55 BAB 55 - Terlambat ~
56 BAB 56 - Hanya Rabun
57 BAB 57 - Tidak Sesuci Itu
58 BAB 58 - Bukan Teh Manis Biasa
59 BAB 59 - Seperti Papi
60 BAB 60 - Matanya Jelalatan
61 BAB 61 - Peringatan Faaz
62 BAB 62 - Sangat Peka
63 BAB 63 - Salah Minum Obat?
64 BAB 64 - Menolak Keras LDR
65 BAB 65 - Berakhir di Hotel Bintang Lima
66 BAB 66 - Bukan Sekadar Partner Ranjang
67 BAB 67 - Sad/Happy Ending
68 BAB 68 - Tidak Sebaik Perkiraanmu ~ Faaz
69 BAB 69 - Apa Aku Centil?
70 BAB 70 - Tidak Akan Tinggal Diam
71 BAB 71 - Tarian Pemanggil Suami
72 BAB 72 - Pura-Pura Tidur
73 BAB 73 - Sibuk Jadi Istri
74 BAB 74 - Insting Seorang Lelaki
75 BAB 75 - Tamu Tak diundang
76 BAB 76 - Pemandangan Tak Terduga
77 BAB 77 - Rahasia Besar
78 BAB 78 - Kurang Berbakat
79 BAB 79 - Awal Kehancuran Fandy
80 BAB 80 - Ember
81 BAB 81 - Pantang Dipuji
82 BAB 82 - Takut Ditikung Juga
83 BAB 83 - Akhiri Saja
84 BAB 84 - Dipulangkan Baik-baik
85 BAB 85 - Makan Daging Mauren?
86 Promo Karya Mama Reni - PEMBALASAN ISTRI : AKU YANG DIANGGAP BONEKA
87 BAB 86 - Prahara Apel Bang Mamat
88 BAB 87 - Kejutan Untuk Mami
89 BAB 88 - Misteri Ngidamnya Anet.
90 BAB 89 - Berkah Dari Hongkong!!
91 BAB 90 - Tuhan Maha Tahu
92 BAB 91 - Kalah Saing
93 BAB 92 - Good Job, Mbak Alifah!!
94 BAB 93 - Bukan Santri Biasa
95 BAB 94 - Mendadak Resepsi
96 Promosi Karya Baru - Tawanan Cinta Pria Bayaran (Abimanyu)
97 BAB 95 - Pernikahan Impian
98 BAB 96 - Doa di Ujung Malam
99 BAB 97 - Aku Akan Bertanggung Jawab
100 BAB 98 - Kejutan di Awal Hari
101 BAB 99 - Masih Mau Jadi Istri Mas?
102 BAB 100 - Mas Bukan Pendosa ~ Ganeeta
103 BAB 101 - Aku Percaya ~
104 BAB 102 - Tapi Aku Sakit ~
105 BAB 103 - Mati Rasa?
106 BAB 104 - Dimana Dia?
107 BAB 105 - Deal
108 BAB 106 - Akmal Serius Mode On
109 BAB 107 - Allah Sebaik-baiknya Pelindung
110 BAB 108 - Hidup Segan Mati Tak Mau ~ Ganeeta
111 BAB 109 - Sama Iyanya
112 Visual Cast
113 Promosi Karya Baru
114 BAB 110 - Bukan Pillow Talk Biasa
115 BAB 111 - Kayak Om Faaz
116 BAB 112 - Waktuku Untukmu, Neta.
117 BAB 113 - 99 Persen
118 BAB 114 - Kita, Bukan Mas Saja.
119 BAB 115 - Istri Kecilmu Itu Sudah Dewasa
120 BAB 116 - Tekad Faaz
121 BAB 117 - Tidak Sesabar Itu
122 BAB 118 - Hasil DNA Sebenarnya
123 BAB 119 - Kita Perlu Penjelasan!! ~ Ganeeta
124 BAB 120 - Jangan Gegabah!! ~ Faaz
125 BAB 121 - Dilema Akmal
126 BAB 122 - Mengerti, Tapi Tidak Kumaklumi.
127 BAB 123 - Ada Syaratnya!! ~ Ganeeta
128 BAB 124 - Pulang ke JKT
129 BAB 125 - Tidak Sesederhana Itu
130 BAB 126 - Apapun untuk Anet
131 BAB 127 - Kurang Puas (Sedikit)
132 BAB 128 - I'm Pregnant
133 BAB 129 - Masing-Masing
134 BAB 130 - Pulang ~
135 BAB 131 - Bukan Ngambek Biasa
136 BAB 132 - Hikmah Dibalik Duka
137 BAB 133 - Sentuh Dikit Bereaksi
138 BAB 134 - Astaghfirullah, Istighfar Suamiku.
139 BAB 135 - Tak Terduga
140 BAB 136 - Labil Mode On
141 BAB 137 - TerFaaz-Faaz
142 BAB 138 - Kumat
143 BAB 139 - Tanpa Suami
144 BAB 140 - Takut Karma
145 BAB 141 - Surga yang Kuimpikan (Tamat)
146 BONUS CHAPTER 01
147 Promo Karya Baru - Bukan Pernikahan Biasa (Iqlima)
148 BONUS CHAPTER 02
149 BONUS CHAPTER 03
150 BONUS CHAPTER 04
151 BONUS CHAPTER 05 - Edisi Akmal - Alifah
152 BONUS CHAPTER 06 - Edisi Akmal - Alifah
153 BONUS CHAPTER 07 - Edisi Akmal - Alifah
Episodes

Updated 153 Episodes

1
BAB 01 - Awal
2
BAB 02 - Perintah, Bukan Penawaran.
3
BAB 03 - Waspada Mode On
4
BAB 04 - Amunisi Pengantin Baru
5
BAB 05 - Mas Faaz ~
6
BAB 06 - Mulai Pagi dengan Istighfar
7
BAB 07 - Malu Semalu-Malunya.
8
BAB 08 - Tanggung Jawab Suamimu
9
BAB 09 - Di Balik Sarung Gus Faaz
10
BAB 10 - Besok Aku Pakai Hijab
11
BAB 11 - Migrain
12
BAB 12 - Menyenangkan Hati Suami
13
BAB 13 - Makasih Saja?
14
BAB 14 - Pacar Semata Wayang
15
BAB 15 - Putuskan Pacarmu!!
16
BAB 16 - Babak Baru, Ujian Lama.
17
BAB 17 - Mumpung LDR
18
BAB 18 - Kita Impas!! - Ganeeta
19
BAB 19 - Bukan Hukuman Biasa
20
BAB 20 - Fitnah Kesekian Kalinya
21
BAB 21 - Cari Uang Ala Ganeeta
22
BAB 22 - Morning Kiss
23
BAB 23 - Aku Sudah Bersuami
24
BAB 24 - Bulan Madu, Yuk
25
BAB 25 - Lagi-Lagi Papi
26
BAB 26 - Tak Ternilai
27
BAB 27 - Mahkota Seorang Wanita
28
BAB 28 - Sambutan Adik Ipar
29
BAB 29 - Kamu Mencintainya? - Faaz
30
BAB 30 - Bukan Salah Takdir
31
BAB 31 - Tidak Seburuk Dugaanmu!!
32
BAB 32 - Kamu Itu Aneh - Faaz
33
BAB 33 - Meresahkan
34
BAB 34 - Orang Sabar Disayang Mertua
35
BAB 35 - Menikahinya Adalah Ibadah - Faaz
36
BAB 36 - Terasa Berbeda
37
BAB 37 - Bukan Salah Jodoh.
38
BAB 38 - Tidak Bisa Ditebak
39
BAB 39 - Haruskah Kurebut?
40
BAB 40 - Seperti Simpanan
41
BAB 41 - Tidak Ada Yang Sempurna
42
BAB 42 - Belum Siap Jadi Oma
43
BAB 43 - Sang Pendusta
44
BAB 44 - Bukan Khayalan
45
BAB 45 - Mendadak Konsultasi
46
BAB 46 - Setua Itu?
47
BAB 47 - Tidak Harus Dia
48
BAB 48 - Janji Ganeeta
49
BAB 49 - Kita Bisa Romantis
50
BAB 50 - Tekad Ganeeta
51
BAB 51 - Di Bawah Selimut
52
BAB 52 - Like A Fireworks
53
BAB 53 - Perang Dunia Ke-3
54
BAB 54 - Sambutan Duka
55
BAB 55 - Terlambat ~
56
BAB 56 - Hanya Rabun
57
BAB 57 - Tidak Sesuci Itu
58
BAB 58 - Bukan Teh Manis Biasa
59
BAB 59 - Seperti Papi
60
BAB 60 - Matanya Jelalatan
61
BAB 61 - Peringatan Faaz
62
BAB 62 - Sangat Peka
63
BAB 63 - Salah Minum Obat?
64
BAB 64 - Menolak Keras LDR
65
BAB 65 - Berakhir di Hotel Bintang Lima
66
BAB 66 - Bukan Sekadar Partner Ranjang
67
BAB 67 - Sad/Happy Ending
68
BAB 68 - Tidak Sebaik Perkiraanmu ~ Faaz
69
BAB 69 - Apa Aku Centil?
70
BAB 70 - Tidak Akan Tinggal Diam
71
BAB 71 - Tarian Pemanggil Suami
72
BAB 72 - Pura-Pura Tidur
73
BAB 73 - Sibuk Jadi Istri
74
BAB 74 - Insting Seorang Lelaki
75
BAB 75 - Tamu Tak diundang
76
BAB 76 - Pemandangan Tak Terduga
77
BAB 77 - Rahasia Besar
78
BAB 78 - Kurang Berbakat
79
BAB 79 - Awal Kehancuran Fandy
80
BAB 80 - Ember
81
BAB 81 - Pantang Dipuji
82
BAB 82 - Takut Ditikung Juga
83
BAB 83 - Akhiri Saja
84
BAB 84 - Dipulangkan Baik-baik
85
BAB 85 - Makan Daging Mauren?
86
Promo Karya Mama Reni - PEMBALASAN ISTRI : AKU YANG DIANGGAP BONEKA
87
BAB 86 - Prahara Apel Bang Mamat
88
BAB 87 - Kejutan Untuk Mami
89
BAB 88 - Misteri Ngidamnya Anet.
90
BAB 89 - Berkah Dari Hongkong!!
91
BAB 90 - Tuhan Maha Tahu
92
BAB 91 - Kalah Saing
93
BAB 92 - Good Job, Mbak Alifah!!
94
BAB 93 - Bukan Santri Biasa
95
BAB 94 - Mendadak Resepsi
96
Promosi Karya Baru - Tawanan Cinta Pria Bayaran (Abimanyu)
97
BAB 95 - Pernikahan Impian
98
BAB 96 - Doa di Ujung Malam
99
BAB 97 - Aku Akan Bertanggung Jawab
100
BAB 98 - Kejutan di Awal Hari
101
BAB 99 - Masih Mau Jadi Istri Mas?
102
BAB 100 - Mas Bukan Pendosa ~ Ganeeta
103
BAB 101 - Aku Percaya ~
104
BAB 102 - Tapi Aku Sakit ~
105
BAB 103 - Mati Rasa?
106
BAB 104 - Dimana Dia?
107
BAB 105 - Deal
108
BAB 106 - Akmal Serius Mode On
109
BAB 107 - Allah Sebaik-baiknya Pelindung
110
BAB 108 - Hidup Segan Mati Tak Mau ~ Ganeeta
111
BAB 109 - Sama Iyanya
112
Visual Cast
113
Promosi Karya Baru
114
BAB 110 - Bukan Pillow Talk Biasa
115
BAB 111 - Kayak Om Faaz
116
BAB 112 - Waktuku Untukmu, Neta.
117
BAB 113 - 99 Persen
118
BAB 114 - Kita, Bukan Mas Saja.
119
BAB 115 - Istri Kecilmu Itu Sudah Dewasa
120
BAB 116 - Tekad Faaz
121
BAB 117 - Tidak Sesabar Itu
122
BAB 118 - Hasil DNA Sebenarnya
123
BAB 119 - Kita Perlu Penjelasan!! ~ Ganeeta
124
BAB 120 - Jangan Gegabah!! ~ Faaz
125
BAB 121 - Dilema Akmal
126
BAB 122 - Mengerti, Tapi Tidak Kumaklumi.
127
BAB 123 - Ada Syaratnya!! ~ Ganeeta
128
BAB 124 - Pulang ke JKT
129
BAB 125 - Tidak Sesederhana Itu
130
BAB 126 - Apapun untuk Anet
131
BAB 127 - Kurang Puas (Sedikit)
132
BAB 128 - I'm Pregnant
133
BAB 129 - Masing-Masing
134
BAB 130 - Pulang ~
135
BAB 131 - Bukan Ngambek Biasa
136
BAB 132 - Hikmah Dibalik Duka
137
BAB 133 - Sentuh Dikit Bereaksi
138
BAB 134 - Astaghfirullah, Istighfar Suamiku.
139
BAB 135 - Tak Terduga
140
BAB 136 - Labil Mode On
141
BAB 137 - TerFaaz-Faaz
142
BAB 138 - Kumat
143
BAB 139 - Tanpa Suami
144
BAB 140 - Takut Karma
145
BAB 141 - Surga yang Kuimpikan (Tamat)
146
BONUS CHAPTER 01
147
Promo Karya Baru - Bukan Pernikahan Biasa (Iqlima)
148
BONUS CHAPTER 02
149
BONUS CHAPTER 03
150
BONUS CHAPTER 04
151
BONUS CHAPTER 05 - Edisi Akmal - Alifah
152
BONUS CHAPTER 06 - Edisi Akmal - Alifah
153
BONUS CHAPTER 07 - Edisi Akmal - Alifah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!