"IKA! SABRINA!" ucap Ardiona dengan nada tinggi. Beruntung ruangan khusus CEO kedap suara sampai pintu masuk depan lift jadi pegawai lainnya tidak mendengar bagaimana bossnya ngamuk.
"Pak Ardiona... Lihat! Dia memukul saya ... Di perut pak...," rengek Ika.
"Kompres nanti juga sembuh!" balas Sabrina judes. "Itu belum full power lho!"
Ika dan Ihsan yang memegang gadis itu, hanya bisa melongo mendengar ucapan Sabrina yang sudah berdiri.
"Ika! Saya lihat semuanya! Kamu yang menampar Sabrina terlebih dahulu! Wajar jika Sabrina membalas. Sabrina! Ke ruangan saya! Ihsan, bawa Ika ke rumah sakit! Dan ingat Ika, jika kamu masih ribut sama Sabrina, surat peringatan tiga langsung keluar!" hardik Ardiona.
Wajah Ika langsung memucat karena tidak pakai surat peringatan satu dulu. Masa langsung dipecat?
"Ayo, ke rumah sakit, Ka. Harus diperiksa itu perut kamu...," ajak Ihsan sambil memapah Ika yang mengambil tasnya lalu keduanya keluar dari ruang CEO. Sabrina pun berbalik hendak mengambil sepatunya yang dia lepaskan tadi.
"Tidak usah pakai sepatu, Brina! Masuk!" perintah Ardiona membuat Sabrina akhirnya nyeker ke ruang kerja pria itu. Sabrinan pun masuk ke dalam ruang kerja Ardiona dan menutup pintu.
"Maafkan saya Pak Ardiona, saya terpancing...." Mata coklat Sabrina terkejut saat Ardiona menghampirinya dan melihat wajahnya dari dekat.
"Sakit?" tanya Ardiona sambil memegang lembut wajah Sabrina.
"Ng... Tidak pak. Masih lebih sakit kena pukul pak Galuh," jawab Sabrina berusaha untuk tidak gugup karena wajah mereka sangat dekat.
"Galuh memukul kamu?" Intonasi suara Ardiona langsung naik dua oktaf.
"Pas latihan bela diri pak, dan itu tidak sengaja," potong Sabrina cepat-cepat.
"Oh ...."
"Saya tidak apa-apa, pak. Sungguh..." jawab Sabrina dengan wajah berusaha meyakinkan Ardiona namun pria itu membalikkan tubuhnya dan mengambil sesuatu dari dalam kulkas yang ada disana.
"Kompres!" Ardiona memberikan ice pack kompres dingin ke Sabrina.
"Tapi pak...." Sabrina tidak berani membantah karena wajah galak kliennya dan gadis itu menerima pack nya lalu mulai mengompres wajahnya yang kena tampar tadi.
"Kita pulang sekarang Brina. Mobil biar aku yang bawa," ucap Ardiona.
"Tapi pak?"
"Sabrinaaaa... Jangan menguji kesabaran saya!" hardik Ardiona kesal.
"Baik pak," jawab Sabrina patuh. "Saya keluar dulu pak. Terimakasih pack nya."
Gadis itu pun keluar dari ruang kerja Ardiona. Setelah tidak ada siapun di ruangannya, pria itu menyapu barang-barang yang ada di mejanya hingga jatuh ke lantai. Ardiona mengusap wajahnya, dan melepaskan dasinya lalu melepaskan dua kancing atasnya.
"BRENGSEEEKKK!"
***
Sabrina sudah siap saat Ardiona keluar dari ruang kerjanya dan gadis itu menyerahkan kunci Lexus ke kliennya. Mereka masuk ke dalam lift dan tidak ada percakapan di dalam apalagi ini bukan jam yang biasa mereka pulang. Ardiona berjalan di depan Sabrina yang mengikuti dari belakang. Gadis itu tahu Ardiona marah melihat dirinya berantem macam anak SMA rebutan cowok.
Padahal kalau pak Ardiona mau, sudah dari dulu sama Ika tapi kan memang tidak mau. Yassalam mau dipaksa? - batin Sabrina sambil masuk ke dalam kursi penumpang.
"Kamu tidak periksa ke dokter atau rumah sakit?" tawar Ardiona sambil menyalakan mobilnya.
"Tidak pak. Paling besok agak memar tapi saya bisa akalin dengan makeup," jawab Sabrina.
"Ingat! Besok pakai celana panjang!" ucap Ardiona sambil masuk ke jalan raya.
"Baik pak," jawab Sabrina sambil tetap memasang ice pack nya.
Ardiona melirik ke arah asprinya yang merangkap bodyguardnya. Tentu saja dia bilang ini cuma luka kecil karena dia adalah seorang bodyguard, Ar. Sudah pasti terbiasa dengan pukulan dan kegiatan fisik.
"Brina..."
"Ya pak?"
"Seberapa kuat kamu memukul Ika?" tanya Ardiona.
"Bapak mau tahu?" balas Sabrina.
"Ya. Pakai bahu aku biar aku tahu keras atau tidaknya." a
Sabrina memposisikan tubuhnya ke arah Ardiona dan gadis itu memukul bahu pria itu.
"Segini?" tanya Ardiona.
"Iya pak."
"Kamu incar mana?"
"Ulu hati karena itu yang bisa membuat nona Ika ambruk apalagi dia tidak terbiasa kerja fisik. Tenang pak, saya juga tahu diri untuk tidak membahayakan nona Ika ke depannya, hanya memberikan efek jera," jawab Sabrina.
Ardiona mengangguk. "Jangan diulangi lagi Sabrina."
"Baik pak. Saya rasa nona Ika juga tahu bahwa saya tidak mudah diinjak." Sabrina pun kembali bersandar di jok mobil mewah itu.
***
Yuhuuuu up Siang Yaaaaaaaa gaeeesss
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
za_syfa
lha baru juga dibaca udah abis aja apa emang babnya pendek mbak?
2024-11-21
4
🥰Siti Hindun
gimana, gimana? mau lagi gak, Ka? itu belum full power lho Brina mukul kamu, kalo iya ya wassalam🤭
2024-11-21
3
Meeta Baggio
Drama kumbara Ika ga kena ke Ardi. Besok2 cari masalah lg lngsung d PECAT, harap di catet ika peringatan Ardi juga tonjokan Brina.
2024-11-21
2