"Nona, apa yang membuatmu begitu berani mendekati orang asing bahkan mengajaknya berbicara di waktu yang sepi dan di malam yang gelap. Lain kali apapun yang menarik rasa kemanusiaanmu itu, abaikan saja jika situasinya tidak aman." Laki-laki itu pun menghujam Anna dengan tatapan heran sekaligus ketertarikan.
Gadis berkulit putih merona itu hanya memberikan tanggapan dengan helaan nafas pelan, sedikit mengabaikan, sambil menatap gemericik air yang menari di atas aspal hitam yang memantulkan bayangan cahaya lampu jalanan yang berpendar dari atas sana.
Jujur saja, tindakannya ini memang terlalu berani mengajak orang asing bicara, tapi bukan berarti ia melakukannya tanpa perhitungan. Meskipun Anna sangat tau resikonya, akan sangat bahaya jika Anna bertemu dengan orang yang jahat, apalagi didukung oleh tempat yang sepi dan malam yang gelap, pasti akan lain ceritanya. Tapi ia yakin, asal niatnya baik, Tuhan yang maha baik akan menjaganya.
"Yah, tapi untungnya aku bukanlah orang yang jahat," ungkap laki-laki itu kemudian. Matanya itu masih tak melepaskan pandangannya pada sosok gadis yang telah melenyapkan sedikit kegundahan hatinya, oleh sebab ucapan-ucapan yang seolah sangat mengerti dengan benar bagaimana kondisinya saat ini. Itu ajaib bukan?
Lalu Anna berkata dengan suara lirih penuh keyakinan, "aku mempercayai Tuhan yang menjagaku dan hanya akan mempertemukan aku dengan orang-orang yang baik seperti anda, Tuan."
Mendengar jawaban yang di berikan Anna, membuat bibir lelaki itu sedikit tergerak untuk tersenyum, tapi di gagalkan. "Sebuah keyakinan yang luar biasa. Oh ya, berbicaralah dengan santai, meskipun asing, mungkin lebih baik."
"Baiklah," sahut Anna.
"Tadi, aku sempat berpikiran yang tidak biasa ketika pertama kali melihatmu." Ungkap laki-laki itu.
"Memangnya apa yang ada dalam pikiranmu?" Anna langsung mengubah gaya bicaranya sesuai keinginan laki-laki itu.
"Coba lihat dirimu," tunjuk laki-laki itu. "Warna rambut yang unik berwarna keemasan, juga lensa mata yang hijau seperti batu permata di dasar lautan, kulit sebening—ahh maaf, aku bukannya lancang melihat dirimu. Hanya saja aku terlanjur mengamati apakah kau benar-benar manusia atau bukan."
Anna terkekeh kecil. "Apa kau juga memastikan, apakah kakiku menapak tanah atau tidak?" guraunya.
Kedua alis laki-laki itu berkedut, matanya menyipit, bibirnya yang mengatup rapat sedikit tertarik ke samping, samar. Ia tidak tau harus memberikan respon seperti apa atas gurauan gadis itu yang tentunya sedang berusaha untuk mencairkan suasana.
"Yah, lupakan saja, aku mungkin sedikit berhalusinasi, Itu saja." Laki-laki itu nampak sedang mencukupkan pembahasan mengenai hal tersebut sampai disini saja.
Walau laki-laki di depannya ini nampak masih tak bersemangat menanggapinya, Anna tidak keberatan, setidaknya pemilik mata biru itu kini mau berbicara dengannya. "Yah, jadi, apa kau sudah merasa sedikit lebih baik, Tuan?"
"Sepertinya iya, cukup membaik berkat dirimu," jawab laki-laki itu pelan. Ia membungkukkan tubuhnya dalam-dalam, menghirup udara dingin dan menghembuskannya perlahan.
"Kalau begitu, mau bertukar cerita denganku?" tawar Anna.
Laki-laki itu menoleh, ia menjawab tawaran Anna dengan menganggukkan kepala beberapa kali. Ia benar-benar menyetujui penawaran gadis asing itu sekarang.
Anna tersenyum tipis. "Baiklah, anggap saja aku ini adalah makhluk asing yang akan membawa pergi semua masalahmu, lalu aku akan menukarnya dengan kebaikan untukmu. Jadi sekarang, kau boleh membuang semua keluh kesahmu padaku tanpa ragu, bagaimana?"
Anna berucap lembut tanpa mengalihkan pandangannya dari laki-laki yang kini juga sedang menatap ke arahnya, tanpa sengaja pandangan mata mereka bertaut. Sorot mata lelaki itu menyala sebiru lautan Antartika, seolah membekukan tubuh Anna sesaat. Buru-buru Anna melempar pandangan ke arah genangan air yang mulai memenuhi garis jalan, karna gugup.
"Memangnya kau bisa memberikan aku apa?" tanya lelaki yang masih berusaha menormalkan raut wajahnya yang sebenarnya sedikit kacau.
"Umm, kau lihat saja nanti. Pertama-tama apa boleh aku tebak masalahmu?" tanya Anna.
"Silahkan saja," lelaki itu menekuk kepalanya ke samping.
"Pasti di antara dua hal, keluarga atau cinta," todong Anna dengan jari telunjuk yang mengarah kepada target bicaranya.
"Oke, kau benar dua-duanya." Akhirnya laki-laki itu mengalah karna tebakan Anna benar semuanya.
"Yah, biasanya seseorang akan terlihat sangat putus asa jika itu menyangkut soal keretakan hubungan dengan orang-orang terdekatnya, iya kan?" Anna memastikan dengan penuh keyakinan.
"Kau benar," sahut laki-laki itu.
"Mau aku tebak lagi?"
Laki-laki itupun mengangguk mengiyakan. Lalu ia pun membiarkan dirinya ikut hanyut dalam arus cerita yang di ciptakan oleh gadis yang memiliki kharisma kuat ini.
"Bagus!" sambut Anna semangat. Ia senang karna pembicaraan ini berjalan dengan lancar. "Kalau dalam hubungan sepasang kekasih— pasti soal perselingkuhan. Sedangkan dalam hubungan keluarga— mungkin di campakkan."
"Perselingkuhan!" jawab laki-laki itu setengah berseru. "Juga di campakkan," lanjutnya melemah.
"Umm... perselingkuhan ya. Apa kekasih mu berselingkuh dengan saudaramu sendiri? kemudian kau di campakkan oleh keluarga mu dan terbuang." Tebak Anna lagi dengan mendetail.
Mata laki-laki itu membulat sempurna karna terkejut. "Hei, kau peramal ya?"
"Bukan,"
"Atau hantu penunggu taman di belakang sana? disini hanya ada kau dan aku, apa hanya aku saja yang bisa melihat dirimu?" Laki-laki itu malah terlihat panik karna sejak awal semua yang di ucapkan oleh gadis ini benar semua, tanpa terkecuali.
Anna terkekeh pelan. "Anggap saja begitu."
"Hah?!" Laki-laki itu lalu menghembuskan nafas perlahan sambil memejamkan mata. Entah apa yang di benaknya.
"Kau sungguh mempercayai hal-hal yang seperti itu, tuan?" Anna sungguh ingin tertawa terbahak menertawakan raut polos dari wajah pria yang memiliki tubuh tegap maskulin.
"Tidak. Tapi berkat dirimu, apakah aku harus mempercayainya?"
Anna tersenyum geli namun tetap meladeni gurauan laki-laki rupawan di dekatnya ini. "Kau sungguh tak terduga."
"Apa pendapatmu tentang perselingkuhan?" tanya laki-laki itu ingin tau.
"Mengenai perselingkuhan, walau aku tidak pernah mengalaminya, tapi menurutku ia selalu menjadi Iblis yang paling kuat dalam merusak hubungan manusia, dan tidak ada yang lebih buruk daripada itu. Apalagi jika kita tidak mampu memutuskan ikatan hubungan busuk itu hanya karena merasa tidak berdaya oleh sebab-sebab tertentu. Itu adalah hal yang paling menyedihkan—terjebak di dalam lumpur hitam dan bahkan masih sempat terpikirkan untuk bertahan. Apakah itu yang membuat seorang laki-laki seperti dirimu menjadi sekacau ini, Tuan?"
Lelaki itu malah semakin syok mendengar jawaban Anna yang telah mampu menggambarkan secara jelas dimana posisinya sekarang. Laki-laki itu hanya mampu menanggapi Anna dengan hembusan nafas berat sekali lagi sambil memperbaiki posisi duduknya menjadi lebih condong kepada Anna. "Kau manusia bukan?" tanyanya kembali keluar dari topik.
"Bukan!"
"Eh?!" bibir laki-laki itu tergerak untuk tersenyum mendengar jawaban Anna yang spontan.
"Bagiamana? kau percaya padaku?" tanya Anna sekali lagi untuk memancing kesanggupan laki-laki ini agar bersedia membuka diri padanya. Walau terkesan sedikit memaksa, biarkan saja.
"Mungkin tidak ada salahnya jika aku mengandalkan gadis asing ini dan mempercayai nya. Memanfaatkan kesediaannya untuk berbagi cerita denganku. Aku mungkin bisa mendapatkan beberapa kebaikan darinya seperti yang dia janjikan sebelumnya." Laki-laki itu mencoba meyakinkan dirinya. "Baiklah nona. Aku akan menceritakan padamu semuanya," sanggupnya kemudian.
"Aku akan mendengarkannya dengan sepenuh hati." Anna mengangguk-anggukan kepala.
Sebelum berbicara, laki-laki itu menghela nafas dengan sedikit kasar dan begitu berat, terdapat tekanan emosi yang mendalam disana. Setelah merasa siap, barulah ia bersuara.
"Kau benar sekali, ini tentang seorang gadis yang berselingkuh dengan saudaraku sendiri—kakak laki-laki yang sangat aku hormati. Gadis itu adalah tunanganku dari hasil perjodohan keluarga, sangat menyedihkan ketika aku harus menerima kenyataan pahit itu. Berawal ketika seorang gadis datang dengan penuh percaya diri menyatakan cintanya padaku secara terang-terangan, kemudian dalam waktu singkat ikatan pertunangan kami terjalin, dan tak butuh waktu lama bisa-bisanya dia mengkhianati ucapannya sendiri dengan menjajakan diri pada saudara iparnya. Aku tak tau harus bereaksi seperti apa, itu benar-benar membuatku mual dan ingin muntah karena merasa begitu menjijikkannya."
"....."
"Pada awalnya, semua berjalan dengan baik dan sempurna seperti yang di harapkan. Aku bahkan berniat untuk menikah muda dan melamarnya lebih awal, melihat betapa pandainya dia merayuku dan selalu ingin menyertai kemanapun aku melangkah. Namun, sepertinya itu hanyalah hayalan ku belaka, aku tidak menyadari bahwa aku sedang di permainkan dan hanya di manfaatkan demi tujuan tertentu. Yang mana keburukannya mulai terlihat, ketika banyak hal yang tak terduga terjadi dalam keluarga besarku, terutama ketika Ayahku yang mengalami koma secara tiba-tiba karena kecelakaan, dan waktu bersamaan kakak laki-laki ku segera mendeklarasikan dirinya sebagai kepala keluarga menggantikan Ayah, meskipun sudah di tetapkan sebelumnya bahwa akulah yang seharusnya menempati posisi itu."
"....."
"Sejak saat itu, kakak ku memegang kekuasaan penuh di atas bisnis keluarga, yang mana dia dapat mengendalikan apa saja dan siapa saja, bahkan mengatur keluarga sesuai dengan keinginannya. Karena wewenang yang di pegang nya itu, aku dengan sengaja di singkirkan karena di khawatirkan nanti akan memberontak merebut tahta. Lalu aku terbuang pada sebuah negara yang asing selama beberapa tahun, menempa hidup seorang diri, berbekal segala ilmu yang pernah Ayah beri. Lalu aku tumbuh di tanah asing itu dengan menanamkan akar ku kuat-kuat ke dasarnya hingga berbuah manis dalam waktu yang relatif singkat."
"....."
"Tak berapa lama setelah kepergian ku, aku mendapatkan kabar dari orang kepercayaan ku, kalau tunanganku itu telah menjalin hubungan mesra dengan kakak ku, bahkan sejak awal ketika kakiku meninggalkan rumah, itu di rayakan dengan pengkhianatan. Saat mengetahui fakta itu, aku merasa hancur walau masih berusaha untuk tidak mempercayai kabar buruk itu, dengan berpikiran positif bahwa kedekatan mereka mungkin hanya sebatas urusan kerja. Untuk memastikannya, aku memutuskan untuk kembali ke tanah kelahiranku meskipun enggan. Lalu, di saat aku kembali menginjakkan kaki di rumah, si gadis tunangan ku itu datang kepadaku tanpa rasa berdosa seolah-olah tidak ada kejahatan yang dia lakukan di belakangku, dan sialnya dia berpura-pura seakan dia amat sangat merindukanku juga mencintai ku, luar biasa! Aku hampir tertipu dan tidak lagi meragukannya."
"....."
"Tapi suatu waktu, tanpa sengaja aku pernah melihatnya keluar dari kamar kakakku pada tengah malam yang sepi. Karena terlalu syok, aku tidak bisa memotretnya sebagai barang bukti. Yah, jika di mintai bukti aku memang tidak memiliki bukti yang akurat atas perselingkuhan mereka. Tapi aku seringkali mendapatkan laporan kalau mereka kerap pergi berduaan tanpa sepengetahuan ku, menghabiskan waktu bersama-sama meski posisinya ada aku di rumah. Saat aku mencoba menanyakannya, semuanya dia sebut sebatas urusan kerja."
"....."
"Karena marah, akupun menyampaikan berita buruk itu pada Ibuku. Aku rasa ini bukan hal yang bisa aku tangani seorang diri karena dia yang terus mengelak. Aku membutuhkan pendapat orang tua untuk menengahi. Tapi nyatanya, Ibuku menganggap aku terlalu sensitif dan malah terkesan membela gadis itu. Kakakku pun marah besar karena merasa tertuduh sehingga pertengkaran tak terelakkan terjadi. Aku menjadi perang dingin dengan kakakku karena gadis itu. Dan tentu saja tak ada seorangpun yang berada di pihak ku. Aku sempat lupa dimana posisiku dalam keluarga saat ini, aku hanyalah seorang anak yang terbuang karena keserakahan dan ketidakadilan. Aku terpojok kepada situasi dimana akulah korbannya, namun akulah yang harus menyesali tindakanku yang memberontak, kemudian di tuntut untuk meminta maaf pada kakakku dan juga tunangan ku. Lucu sekali."
"....."
"Aku mengatakan akan membatalkan pertunangan itu, tapi tentu saja itu bukanlah yang mudah, karna pertunangan kami berada di atas sebuah perjanjian yang saling menguntungkan dua keluarga. Jika hubungan kami putus maka terputuslah kontrak bisnis itu. Lagi pula Ayahku yang memiliki wewenang penuh untuk mengambil keputusan sedang terbaring lemah tak berdaya. Jadi, tidak ada jalan untuk mundur. Ibuku akhirnya membuat sebuah keputusan sepihak, dengan menghentikan gadis itu bekerja sebagai sekertaris kakakku, lalu mengembalikan dia kepadaku seutuhnya seperti yang seharusnya. Yang sangat-sangat menyakiti ku adalah, Ibuku—yang katanya selama ini telah mengetahui hubungan gelap di antara kedua manusia itu, namun justru membiarkan aktifitas bejad mereka selama aku tidak ada. Aku merasa di permainkan, dan di tumbal kan demi kepentingan mereka semua." Tuturnya.
Anna mendengar dengan seksama setiap kalimat putus asa yang terucap dari mulut lelaki itu, yang matanya kini terlihat berkaca-kaca pada wajahnya yang menampakkan kemurnian yang begitu bening—seperti embun di waktu fajar yang suci. Kelegaan nampak samar tergurat pada pandangan matanya, sebab telah ia tumpahkan semua bisa beracun yang hendak mematikan hatinya.
Sedangkan Anna memasang wajah duka untuk pada setiap kata yang terucap terdengar penuh tekanan. Meskipun ingin sekali mengasihani seperti seorang kerabat dekat, tapi Anna menahannya, karena tidak ada yang lebih di butuhkan oleh laki-laki ini selain sebuah kekuatan, sebentuk kepercayaan diri dan berfikir rasional bahwa dia lebih dari pada mampu melakukan apapun sesuai kehendak jiwanya.
Setelah tidak ada lagi kelanjutan ceritanya, barulah Anna menanggapi nya. "Masalah hidupmu begitu kompleks, tuan. Meskipun aku bisa merasakan keputus-asaan yang kau pancarkan itu. Ada hal paling penting yang harus aku pastikan terlebih dahulu. Apakah kau benar-benar mencintai gadis tunanganmu itu? Jika iya, kau sedang dalam masalah besar. Karena begitu sulitnya menyembuhkan luka karena cinta."
Dan...
Laki-laki yang kulit putihnya nampak memucat itu tak langsung menjawab. Ia menyugar rambutnya yang berpotongan two block cut itu pelan seperti pijatan, terlihat sedang berfikir.
Ia masih mencari tahu jauh ke dalam lubuk hatinya, apakah ia benar-benar mencintai tunangannya itu, sehingga membuatnya menjadi seputus-asa ini setelah mendapatkan pengkhianatan.
Setelah terdiam beberapa jenak, laki-laki itupun akhirnya menemukan jawabannya, dan siap-siap untuk menjawab pertanyaan Anna dengan sejujur-jujurnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
💫0m@~ga0eL🔱
thor, sedikit saran thor, penjelasan yg terlalu panjang bikin sedikit bosan thor 🙏 padahal novel nya bagus lho thor 🙏
2024-11-01
1
anggita
Anna..👍. btw chapter ini agak panjang juga yah🤔.
2024-11-27
1
Mahen
Dialog antar tokoh terasa natural, bikin saya larut dalam cerita. Semangat! Kamu punya potensi besar dalam dunia menulis.
2025-04-09
1