11. Good or Bad Life?

"Saya izin, Kak."

"Oke."

Tanpa basa-basi lagi Agas mengizinkan Erga. Karena laki-laki itu sudah paham dan sangat tahu alasan yang sering Erga lontarkan setiap kali minta izin. Agas jadi tidak tega jika tidak mengizinkannya.

Sebelum pergi, Erga sempat  membungkukkan badan lantas tersenyum singkat. Setelah itu keluar dari kelas. Bola matanya sedari tadi tidak mau lepas dari jam tangan hitam yang bahkan sudah banyak goresan sana-sini. Erga berusaha mengabaikan fakta bahwa jam tangan ini adalah satu-satunya  pemberian dari orang yang sangat ia sayangi dan orang itu sekarang sudah tiada. Mungkin sudah bahagia di alam sana. Semoga saja, Erga berharap dan berdoa selalu tentang kebahagiaannya.

Kepala Erga sempat tertunduk menatap sekilas sepatu hitam yang beruntungnya tidak lusuh bahkan rusak. Senyumnya terbit sekilas, sebelum akhirnya memudar saat kakinya melangkah mendekati koridor di belokan menuju perpustakaan.

"Gue capek," lirih seorang cewek bersurai hitam lurus melewati bahu di balik tembok dengan suara tercekat.

Erga menghentikan langkahnya sebelum benar-benar berbelok. Entah mengapa ia hanya ingin tahu apa yang akan diucapkan selanjutnya oleh seorang perempuan di balik tembok.

"Gue gak butuh perhatian lebih! Gue gak butuh! Gue muak dengan segala perhatian yang setiap harinya gue dapatkan. Apa semua orang gak mengerti kalau gue sama sekali gak nyaman jadi pusat perhatian," oceh seorang perempuan di balik tembok itu dengan nada yang amat rendah, ia tetap berusaha menahan isak tangis yang nyaris melesak keluar.

Mendadak ada getar yang menghantam kuat relung hati Erga. Tanpa sadar kedua kelopak matanya memejam sesaat, kemudian menyender ke tembok. Entah mengapa hatinya mendadak terasa  diremas kuat. Namun, sedetik kemudian mendadak Erga menatap lurus lingkungan sekolah, disertai dengan senyum kecut. Merasa bahwa perempuan yang ada di balik tembok itu terlalu banyak mengeluh. Memang apa gunanya mengeluh?

Tak hanya Erga, perempuan di balik tembok pun ikutan tersentak saat mendengar suara alarm HP. Erga buru-buru mematikan alarm. Lantas bergegas berbelok ke koridor perpustakaan.

Disaat bersamaan perempuan di balik tembok itu penasaran siapa orang yang berani-beraninya menguping? Sebelum melangkahkan kakinya ia menyusut sekilas air mata yang menggenang di sisi kelopak matanya. Setelah itu ia lantas berbelok ke arah koridor kelas X MIPA.

Erga dan perempuan itu mengerem kaki masing-masing secara mendadak. Untunglah mereka berdua sempat mengerem, jika tidak kemungkinan yang terjadi adalah keduanya tabrakan.

"Erga."

Erga tak peduli dengan panggilan dengan mimik terkejut perempuan itu, yang ternyata Ameeza. Baginya tidak ada cukup waktu untuk menanggapi, ia sudah telat masuk kerja gara-gara tadi tidak langsung bergegas ke perpustakaan untuk mengembalikan buku.

Belum sampai satu langkah Erga melewati Ameeza. Sebelah tangan Erga sudah lebih dulu dicekal oleh perempuan itu. Tak mau memperburuk keadaan Erga memilih untuk menurut saja.

Sebelum berbicara, Ameeza sempat mengalihkan tatapannya ke lantai. Setelah itu kembali menatap Erga dengan wajah datar. "Lo nguping? Apa aja yang udah lo denger?!" tanya Ameeza mendadak ngegas. Padahal di awal bertanya ia tenang. Tapi, entah kenapa diakhir kata emosinya tiba-tiba memuncak.

Wajah Erga tak kalah datar. "Ya, semua."

Tanpa menunggu respon dari Ameeza Erga buru-buru pergi memasuki perpustakaan yang tinggal beberapa langkah lagi dari tempat Erga dan Ameeza berdiri tadi.

"Sial!" umpat Ameeza begitu pandangannya beralih pada tubuh Erga yang sudah hilang di balik pintu perpustakaan.

...-oOo-...

"Tumben lo telat?" tanya Nando setelah selesai meracik kopi expresso. Lantas diberikan kepada salah satu pelayan.

Erga menyender ke tembok dengan posisi kedua tangannya yang memegang nampan. Setelahnya melirik Nando yang tengah menunggu jawaban. "Ada gangguan dikit."

"Ouh iya, untung  Pak Bahar gak lagi ngontrol cafe," ujar Nando.

Erga tak berniat menjawab ujaran Nando. Ia hanya diam sejenak, lantas berniat pergi ke tempatnya di belakang. Namun, ia sedikit tersentak begitu mendengar suara petikan gitar dan nyanyian yang merdu.

Skies are crying, I am watching

Catching teardrops in my hands

Only silence, as it's ending

Like we never had a chance

Do you have to make me feel like

There's nothing left of me?

You can take everything I have

You can break everything I am

Like I'm made of glass

Like I'm made of paper

Go on and try to tear me down

I will be rising from the ground

Like a skyscraper, like a skyscraper

Suara merdu perempuan bersurai sebahu di atas panggung mini cafe dengan gitar dipangkuannya mengalihkan dunia Erga. Saat mendengar lagu tersebut membuat Erga tersentuh. Ia seakan termotivasi dan sedikit menyadarkannya tentang masalah hidup yang tengah Erga alami.

Siapa dia?

As the smoke clears, I awaken 

And untangle you from me 

Would it make you, feel better 

To watch me while I bleed? 

All my windows still are broken 

But I'm standing on my feet

You can take everything I have 

You can break everything I am 

Like I'm made of glass 

Like I'm made of paper 

Go on and try to tear me down 

I will be rising from the ground 

Like a skyscraper, like a skyscraper

Alunan lembut itu seakan meracuni telinga Erga. Tanpa sadar matanya memejam menikmati. Bahkan panggilan dari Nando seolah hanya angin lalu.

Nando menepuk bahu Erga. Membuat Erga tersadar, lantas membuka matanya. Lalu menoleh.

"Btw, itu ada pesenan. Lo ngapain masih di sini?"

Meski tak begitu jelas, jika diperhatikan lebih teliti Nando tahu apa penyebab Erga terdiam di sini. Nando berdehem. "Namanya Molla, yang gue tahu dia baru kerja pekan ini. Kalau gak salah dia sekolah di SMA Antares, deh."

Padahal Nando sempat berharap melihat ekspresi malu-malu kucing dari Erga. Namun, yang Nando lihat justru wajah yang sama. Wajah keseharian Erga. Sepertinya perkiraannya salah, karena sempat berpikir Erga tertarik pada Molla.

...-oOo- ...

"Ga."

Merasa terpanggil, Erga berbalik meski tak ada jawaban. Erga hanya sekedar menaikkan sebelah alisnya.

"Lo suka sama Molla?"

Erga mengulum beberapa detik bibirnya. Lalu menatap Nando yang berdiri tak jauh darinya sedang menunggu jawaban. "Lagunya enak."

Pupus sudah dugaan Nando. Sepertinya dugaannya memang salah. Bagaimana pun juga seseorang jika tertarik pasti terlihat baik jelas maupun tidak. Tapi, hal itu tidak berlaku untuk Erga.

Erga pergi ke ruang belakang untuk mengambil pesanan. Sampai ship-nya selesai.

Erga menyandang tasnya. Setelah pamit kepada beberapa teman-teman kerjanya. Sebelum kakinya melewati pintu kaca cafe, ia sempat melihat aktivitas Molla dari sudut matanya. Walau Erga berusaha tidak peduli, namun kakinya tidak sejalan dengan hati.

Erga menghampiri Molla yang sibuk berbenah alat musiknya. Terlihat jelas Molla kesulitan saat meresleting tempat untuk gitar. Erga memang tidak tahu bagaimana caranya menawarkan bantuan. Bibirnya selalu terasa kelu. Jadi, Erga lebih memilih dengan tindakan secara langsung. Meski hal itu membuat orangnya terkejut.

Erga berjongkok. Menurunkan tangan Molla yang masih sibuk meresleting. Tindakan Erga yang tiba-tiba itu membuat Molla terkejut. Meski tetap terasa sulit meresletingnya, Erga tetap bersabar. Setelah beberapa menit kemudian akhirnya bisa juga.

Erga berdiri. Tanpa ucap kata basa-basi ia pergi.

"Hei!"

Molla sedikit tergesa-gesa saat mengejar Erga. Padahal ia ingin berterimakasih karena telah membantunya. Tapi, Erga justru tidak memberikan jeda sesaat untuk Molla mengatakannya.

"Terimakasih."

Kedua mata Erga menutup beberapa detik bersamaan dengan kepalanya mengangguk sekali.

Molla hendak mempertanyakan siapa namanya. Namun, lagi-lagi Erga tak memberikan kesempatan kepada Molla untuk berbicara.

...-oOo-...

Episodes
1 1. SMA Antares
2 2. Pusat Perhatian
3 3. Hari Menyebalkan
4 4. Eskul or Club
5 5. Club Buku
6 6. Nugas Bareng
7 7. Merepotkan!
8 8. Sikap Dingin Erga
9 9. Kesedihan Erga
10 10. Penolakan
11 11. Good or Bad Life?
12 12. Tentang Erga
13 13. Luka Terpendam
14 14. Siapa?
15 15. Berbeda
16 16. Alasan
17 17. Erga dan Ayahnya
18 18. Muak
19 19. Pembuat Onar
20 20. Pelampiasan Emosi
21 21. Surat
22 22. Ambisi
23 23. Titik Lelah
24 24. Evil or Good
25 25. I'm Fine
26 26. Dugaan
27 27. Bujukan yang Memaksa
28 28. Kamu Butuh Seseorang
29 29. Melepas Topeng
30 30. Kerjasama dengan Arian
31 31. Teman?
32 32. Ameeza Cemburu?
33 33. Lebih Baik
34 34. Mengejar atau Mundur?
35 35. Menyerah
36 36. Rencana Move On
37 37. Tempat Bersandar
38 38. Menghibur
39 39. Sebuah Rasa
40 40. Momen Bersama Arian
41 41. Nyatakan atau Sembunyikan?
42 42. Jujur
43 43. Good Bye?
44 44. Pengganggu
45 45. Perasaan Ameeza
46 46. Semakin Dekat
47 47. Semakin Dekat-2
48 48. Kabar Arian
49 49. Kebimbangan Ameeza
50 50. Terluka Lagi
51 51. Akhir Kisah Kita
52 52. Lembaran Baru (S2)
53 53. Kisah Yang Belum Selesai? (S2)
54 54. Calon Suami Ameeza? (S2)
55 55. Arian dan Tekadnya (S2)
56 56. Pilihan Ameeza (S2)
57 57. Memilih Pergi? (S2)
58 58. Arian dan Usahanya (S2)
59 59. Arian, Ameeza dan Keputusan (S2)
60 60. Garis Takdir (S2)
Episodes

Updated 60 Episodes

1
1. SMA Antares
2
2. Pusat Perhatian
3
3. Hari Menyebalkan
4
4. Eskul or Club
5
5. Club Buku
6
6. Nugas Bareng
7
7. Merepotkan!
8
8. Sikap Dingin Erga
9
9. Kesedihan Erga
10
10. Penolakan
11
11. Good or Bad Life?
12
12. Tentang Erga
13
13. Luka Terpendam
14
14. Siapa?
15
15. Berbeda
16
16. Alasan
17
17. Erga dan Ayahnya
18
18. Muak
19
19. Pembuat Onar
20
20. Pelampiasan Emosi
21
21. Surat
22
22. Ambisi
23
23. Titik Lelah
24
24. Evil or Good
25
25. I'm Fine
26
26. Dugaan
27
27. Bujukan yang Memaksa
28
28. Kamu Butuh Seseorang
29
29. Melepas Topeng
30
30. Kerjasama dengan Arian
31
31. Teman?
32
32. Ameeza Cemburu?
33
33. Lebih Baik
34
34. Mengejar atau Mundur?
35
35. Menyerah
36
36. Rencana Move On
37
37. Tempat Bersandar
38
38. Menghibur
39
39. Sebuah Rasa
40
40. Momen Bersama Arian
41
41. Nyatakan atau Sembunyikan?
42
42. Jujur
43
43. Good Bye?
44
44. Pengganggu
45
45. Perasaan Ameeza
46
46. Semakin Dekat
47
47. Semakin Dekat-2
48
48. Kabar Arian
49
49. Kebimbangan Ameeza
50
50. Terluka Lagi
51
51. Akhir Kisah Kita
52
52. Lembaran Baru (S2)
53
53. Kisah Yang Belum Selesai? (S2)
54
54. Calon Suami Ameeza? (S2)
55
55. Arian dan Tekadnya (S2)
56
56. Pilihan Ameeza (S2)
57
57. Memilih Pergi? (S2)
58
58. Arian dan Usahanya (S2)
59
59. Arian, Ameeza dan Keputusan (S2)
60
60. Garis Takdir (S2)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!