Sudah berjalan sepekan semenjak kejadian dikejar-kejar segerombol cowok. Ameeza masih merasakan kesal di hatinya. Kejadian itu membuat ia jengkel setengah hidup.
Ameeza sempat mengajukan kepada Bahar untuk pindah ke SMA Antariksa yang lokasinya tak jauh dari SMA Antares. Namun, ayahnya justru menolak dengan tegas. Bahkan keputusan ayahnya itu didukung sekali oleh seluruh anggota keluarganya. Apalagi kedua kakaknya.
Helaan napas lelah terdengar pelan. Bahkan mungkin sangat pelan dan Ameeza yakin tidak ada yang mendengarnya. Namun, praduganya seketika patah saat seseorang mencolek bahunya.
Malas menanggapi, Ameeza hanya diam saja. Berikutnya bukannya ia merasakan ketenangan karena tidak menanggapi colekan di bahunya. Tapi, justru karena itulah Ameeza mendapat tepukan keras di bahunya.
"Ih, Amy ... gue mau ngomong," ucap Melva dengan mengerucutkan bibirnya.
"Lo lagi banyak pikiran, yah?"
"Gak."
"Eh, iya, lo mau ikut eskul apa?"
"Gak tahu," balas Ameeza acuh.
Gebrakan di meja Ameeza sontak membuatnya dan beberapa anak sekelas tersentak kaget. Bukannya Ameeza yang marah, justru Melva yang maju lebih dulu memasang wajah garang.
"Ah, sorry. Gue kelepasan," ujar Tomi-KM X MIPA 2 seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Baru saja Melva membuka mulutnya. Telunjuk Tomi lebih dulu menghentikan. "Sttt ... jangan ngomong dulu. Gue cuma mau nagih ke Ameeza bukan ke lo," terang Tomi.
"Emangnya Ameeza punya hutang apa sama lo?" tanya Melva heran. Matanya melirik bergantian antara Tomi dan Ameeza.
"Hari ini hari terakhir ngumpul buat mutusin lo mau ikut eskul atau club apa."
Pernyataan dari Tomi sukses membuat kepala Ameeza berputar selama beberapa saat. Padahal jauh-jauh hari Ameeza sudah memikirkan matang-matang untuk ikut eskul karate. Sayang pilihannya itu harus pupus ketika tahu yang menjadi ketua karate adalah Aludra-sepupunya.
Lama Ameeza berpikir. Sampai akhirnya Tomi kembali menegur. "Hoi! Ditanya malah bengong."
"Kasih gue waktu." Kata itulah yang terlontar dari bibir Ameeza karena kebingungan yang melandanya.
"Ah, lo kebiasaan banget. Ngundur-ngundur waktu. Cepetan kek gue sampe capek nagih lo. Dikira gue gak ada kerjaan lain apa," balas Tomi dengan wajah menahan kesal.
"Pulang sekolah."
"Oke, awas aja kalau lo ingkar." Akhirnya Tomi menyetujui permintaan pengunduran pengumpulan kertas berisi minat eskul. Meski disertai dengan ancaman.
Tak berselang lama setelah Tomi pergi dari bangkuan Ameeza, salah seorang teman sekelasnya berteriak. "Hoi! Pak Adam gak masuk!"
"Serius?"
"Hooh, serius. Tadi pas gue nyusul ke kantor guru. Kata Bu Mila, Pak Adam izin mau jenguk ibunya yang kecelakaan."
Merasa ada waktu luang untuk memikirkan minat eskulnya, Ameeza mengeluarkan selembar kertas minat eskul yang masih kosong. Hanya ada bekas ceklis di kotak eskul karate. Namun, sudah ia hapus lagi.
Bola matanya menelusuri tiap baris minat eskul yang tertera. Kebanyakan Ameeza minat untuk ikut tapi selalu terhalang karena ketua eskulnya itu pasti sepupunya. Ameeza merasa penat setelah menelusuri baris minat yang ada di kertas, sebab tak kunjung menemukan pilihan yang pas untuk hatinya.
Masa iya gue ngasal milih.
Menit demi menit berlalu. Tak terasa Ameeza ketiduran dengan posisi kedua tangan melipat sebagai penutup wajah tidurnya. Matanya mengerjap beberapa kali. Menetralkan rasa pusing yang menyerangnya tiba-tiba. Setelah agak mendingan, Ameeza mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kelas. Ternyata sudah sepi. Bahkan Melva sudah tak ada dibangkuannya.
Tumben banget dia gak bangunin gue.
Tak acuh dengan keadaan kelasnya yang sepi. Kedua tangannya sibuk membenahi alat tulis dan buku-buku yang berserakan di atas mejanya. Pergerakan Ameeza terhenti saat tangannya memegang selembar kertas minat eskul.
"Akhirnya bangun juga lo!" Teriakan itu sukses membuat Ameeza mendengus malas.
"Bentar," sahut Ameeza. Tangannya merogoh isi tas mencari pena untuk menceklis di salah satu kotak minat eskul. Namun, sial entah kenapa kinerja otaknya mendadak melambat.
"Gue hitung, nih. Cepetan!" gertak Tomi tak sabaran. Cowok itu memasang wajah serius sembari kedua tangannya bersedekap. Dengan tubuh menyender ke kusen pintu.
Sadar Tomi semakin tak sabaran membuat pikiran Ameeza sedikit terpecah belah. Sejenak ia memejamkan mata lalu menceklis asal kotak minat eskul atau club di barisan paling akhir.
Baru selesai menceklis. Tomi langsung menyambar kertas itu. Padahal Ameeza belum tahu apa yang tadi diceklisnya. Ia hanya asal pilih saja. Mau menegur Tomi pun ia enggan. Ia tahu Tomi sedang dalam mode tak santai.
Masa bodo ah!
...-oOo-...
Belum sampai selangkah Ameeza memasuki kelasnya. Tiba-tiba sebelah tangannya sudah disambar oleh Melva. Walau hal itu terjadi tiba-tiba, beruntungnya Ameeza bisa menyeimbangkan irama kaki Melva. Jika tidak bisa-bisa ia jatuh tersungkur.
Melva menghentikan langkahnya, sekaligus melepaskan pegangannya pada tangan Ameeza. Pemandangan pertama yang Ameeza lihat saat pemberhentian mendadak Melva adalah kerumunan anak yang memenuhi mading.
Malas berdesakan. Ameeza memilih berbalik, lalu berjalan pergi. Namun, tangannya ditahan lebih dulu oleh Melva sebelum ia benar-benar pergi.
"Lihat daftar nama kita, yuk."
"Males."
"Eh, ini daftar nama berserta minat eskul atau club," beritahu Melva segera menjelaskan intinya. Jika tidak begitu sudah dipastikan Ameeza akan pergi sekarang juga dari sini.
Ameeza terdiam. Lalu mengangguk. "Jangan sekarang," kata Ameeza memberi kode lewat mata. Bagaimana kerumunan di depan mading itu tidak bisa di bilang sedikit.
Beberapa menit kemudian kerumunan itu berangsur-angsur menghilang. Sampai akhirnya lenggang tak ada siapapun kecuali Ameeza dan Melva. Keduanya segera menghampiri mading. Kemudian meneliti tiap nama yang tertulis di beberapa kertas yang ditempel di mading sesuai dengan minat eskul atau club.
Ameeza melewati beberapa daftar nama eskul yang tidak mungkin ia pilih. Ia beralih ke eskul olahraga. Namun, tak kunjung menemukan namanya dalam eskul olahraga apapun. Ameeza nyaris menyerah mencari namanya. Namun, teriakan heboh Melva mengalihkan seluruh atensinya.
"Ini ada nama lo!"
Ameeza mendorong pelan tubuh Melva yang menghalangi. Ia meneliti namanya di salah satu club yang Melva tunjuk. Dan benar saja disitu ada namanya. Tepatnya didaftar club buku.
Alis Melva menyatu. "Oh, lo suka baca buku, yah?"
Ameeza menggeleng.
"Lha, soalnya dari yang gue tahu club buku itu beranggotakan orang-orang pecinta buku. Kalau gak salah, sih club ini masih baru. Dan baru jalan satu tahun pas kita masih kelas 9 SMP. Terus-"
Dirasa cukup mendengar penjelasan Melva. Ameeza segera berbalik. Melangkahkan kakinya menuju kelas X MIPA 2.
Sempat terlintas dipikirannya untuk membatalkan minatnya itu. Namun, ia urung melakukan. Sebab jika ia berani mengundurkan diri dari pilihan pertamanya, maka ia harus siap dengan pilihan kedua yang akan menjadi keputusan fiksnya nanti.
"Ameeza."
Kesadaran Ameeza kembali sepenuhnya setelah lama pikirannya melanglang buana jauh. Alis kanannya naik memberi tanggapan dari panggilan itu.
"Hari ini kerja kelompok jadi 'kan?" tanya Siska.
Di belakang Siska ada Eza dengan membawa kantong plastik hitam. Eza menambahi. "Tapi, masalahnya gue belum bilang ke orang yang namanya Erga. Tuh anak susah banget ditemuin. Orangnya terlalu pendiem."
"Terus," tanggap Ameeza heran. Ia memang sedikit peka dengan kode yang diberikan Eza lewat ucapan. Cuma ia hanya ingin sekedar memastikan praduganya.
"Lo ajak, yah."
"Kenapa gak lo aja?" Pertanyaan dari Siska mewakili Ameeza.
"Gue buru-buru."
"Lha kita 'kan mau kerja kelompok sekarang masa, sih lo izin. Kalau gini terus gak bakalan selesai-selesai tugasnya. Mana besok terakhir lagi. Kelompok kita sama kelompoknya Melva. Kalau telat bisa rendah nilai kita," cerocos Siska dengan wajah kesal.
"Bukan itu. Lagian kerja kelompoknya juga di rumah gue. Entar gue chat alamat rumah gue," ucap Eza seraya menarik tangan Siska ikut keluar dari kelas.
"Biasanya dia ada di perpus. Lo cari aja," beritahu Eza saat ia berada di ambang pintu.
Kepala Ameeza mengangguk.
"Gue gak peduli sama dia, andai aja gak disuruh mana sudi gue ngerepotin diri sendiri buat orang yang jelas-jelas kayak gak niat kerja kelompok," dumel Ameeza kesal.
...-oOo-...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments