Mengatakan Sebenarnya Pada Max

"Aku rasa sudah lama Rila tidak pergi menemuimu." ujar Sandy di sela makan siang mereka. Saat ini bersama Max sedang berada di restoran yang letaknya tidak jauh dari kantor.

Sandy sudah hafal kapan jadwal Rila datang menemui mereka, ah tepatnya menemui Max, pujaan hati gadis itu. Namun setelah terakhir pertemuan mereka di ruangan milik Max, gadis itu sudah tidak muncul lagi. Entah apa penyebabnya, yang jelas tidak mungkin seorang Rila menyerah begitu saja karena penolakan Max.

"Biarkan saja, aku senang damai seperti ini. Dia terlalu berisik, mengganggu ketenanganku saja." jawab Max seakan tidak peduli. "Atau kau yang merindukannya?" tanya Max balik bertanya. "Aku tidak masalah jikau menyukai Rila. Asal jangan sampai membuat keributan di kantorku saja."

"Jika boleh jujur, aku sedikit tertarik dengannya. Namun kami tidak akan cocok, latar belakang keluarga kami berbeda. Aku tidak kuat harus mengimbangi gaya hidup anak pengusaha besar." balas Sandy dengan bercanda.

"Uangmu juga melimpah, jangan bersikap layaknya orang tidak punya. Keluargamu juga bukan orang sembarangan, Sandy." ujar Max meladeni candaan pria itu.

Sandy memicingkan mata saat melihat gadis yang cukup familiar itu berjalan mendekati mereka. "Ternyata hari ini kita bertemu dengannya, Max." ungkap Sandy membuat Max ikut melihat arah pandang pria itu.

Kaos oblong, celana panjang, rambut di cepol tinggi dan kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya. Rila tersenyum melambaikan tangan dan duduk di samping Max.

"Halo sayang, lama tidak bertemu. Kau semakin tampan saja." sapa Rila sambil mengedipkan mata pada Max.

"Kau, kenapa muncul lagi? Sudah bagus dalam waktu cukup lama aku tidak bertemu denganmu." ujar Max merasa risih dengan kegenitan gadis ini. Max akui, Rila memang sangat cantik dan pemberani. Sebagai pria normal tentu saja dia bisa dengan mudah tertarik dengan gadis ini. Namun beberapa hal menjadi alasan dia tidak menyukai Rila, mungkin salah satunya karena dia adik dari Rico.

"Padahal aku sangat merindukanmu. Ah baiklah tidak masalah." kata Rila mulai mengganti nada terlihat serius membuat Max dan Sandy merasa aneh.

Rila mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam, di letakkan di meja. "Temui aku pada alamat yang tertera, ini juga kartu akses masuknya. Tentang kematian Maldevi, aku memiliki informasi yang kalian cari."

Belum sempat Max dan Sandy mengatakan apa pu, Rila segera bangkit dan melangkah pergi. Ini menunjukkan gadis itu tidak menerima penolakan.

"Dia tahu tentang Maldevi. Bagaimana bisa? Apa Rico yang memberitahunya?" tanya Max menatap Sandy.

"Entah tapi aku tidak yakin Rico yang memberitahu. Kita sudah sepakat menutup ini rapat dari orang lain." jawab Sandy masih mencoba berpikir positif.

"Apa tujuannya? Dia ikut campur masalahku." Max merasa tidak terima jika Rila mengulik masa lalunya, apalagi tentang Maldevi. Tapi jika Rila benar tahu tentang informasi yang mereka cari, Max akui gadis itu sangat pintar.

**

Rila sudah menyiapkan semua sebaik mungkin. Meskipun masalah ini belum 100% terkumpul informasi, tapi setidaknya dia tahu pihak mana yang terlibat dan mungkin Max juga tahu beberapa informasi lain. Jika di kumpulkan bisa jadi semua akan selesai dalam waktu dekat. Firasatnya mengatakan jika akan ada sesuatu terjadi sehingga dia tidak bisa menunda untuk memberitahu Max.

"Kondisi mereka mulai membaik, dokter sudah memindahkan mereka ke ruangan yang sudah kita siapkan. Aku sudah menempatkan beberapa orang berjaga disana." Lapor Zee lewat sambungan telepon.

"Syukurlah, lalu bagaimana dengan laporan kepada pihak polisi? Apakah sudah di urus?" tanya Rila sembari menyetir mobil.

"Aku sudah menyiapkan berkas untuk membuat laporan namun setelah aku selidiki, pihak kepolisan juga terlibat dengan kasus ini. Mungkin kita harus mencari orang lain yang lebih berpengaruh." jawaban Zee membuat Rila berdecih kesal. Hukum di negeri ini sangat menjijikan.

"Baik untuk sementara tunda dulu laporan. Cukup pastikan jika lokasi masih dalam pengawasan kita, jangan biarkan ini semua tercium oleh orang lain." ujar Rila sembari memikirkan rencana lain.

**

Kembali pada Max yang menatap kartu hitam di tangannya. Hotel A3, lantai 8, ruang mawar.

"Kenapa harus di hotel. Sangat mencurigakan." ucap Max membuat Sandy yang tengah memeriksa berkas menoleh.

"Ikuti saja perintah gadis itu, aku yakin semua yang dia lakukan memiliki alasan kuat. Kau tahu sendiri bagaimana latar belakang keluarganya, juga Rila bukan gadis sembarangan. Otaknya berfungsi dengan baik. Terlepas kau tidak menyukainya tapi selagi apa yang di lakukan tidak merugikanmu ya sudah sambut dia dengan baik. Aku bicara seperti ini bukan berarti memaksamu untuk menerimanya. Cukup hargai apa yang di lakukan." Sandy tidak mau Max terus berprasangka buruk pada Rila. Menurutnya, terlepas dari sikap Rila yang bisa dibilang lancang mencari tahu tentang kehidupan Max, tapi apa yang di lakukan gadis itu bukan sesuatu yang membahayakan.

"Aku paham, hanya saja kenapa dia bertindak sejauh ini?" Max tahu jika jatuh cinta membuat orang bisa melakukan apa pun. Tapi Rila, gadis itu ternyata tahu jika Maldevi meninggal bukan hanya kecelakaan biasa. Berarti secara tidak langsung dia tahu ada yang tidak beras dengan peristiwa itu.

**

Hotel A3 merupakan salah satu hotel milik Anjar, suadara sepupu Alfi, ayah Rila. Sejak sore Rila sudah tiba di hotel ini, memilih istirahat sebentar karena sudah beberapa hari dirinya kurang istirahat.

Tepat pukul 7 malam, baik Rila, Max dan Sandy sudah berada di sebuah ruangan yang sepertinya biasa digunakan untuk pertemuan bisnis.

"Sebelumnya terima kasih sudah mau datang, tandanya kalian bisa mempercayaiku." Rila mengawali obrolan lebih dulu, malam ini dia terlihat lebih dewasa dan tegas. Tidak ada Rila yang manja dan menempel saat bertemu dengan Max. "Aku sengaja memilih tempat pertemuan disini, karena keamanan sudah terjamin. Pertemuan kita tidak akan diketahui oleh pihak lain. Selanjutnya aku minta maaf padamu, Max. Sudah lancang mengorek informasi tentang hidupmu. Awalnya hanya penasaran saja, karena aku sangat tertarik denganmu. Tapi saat tahu apa yang terjadi dengan istrimu, aku turut berduka. Sebagai sesama wanita, aku paham bagaimana kondisinya saat itu, pasti ketakutan luar biasa."

"Maldevi kecelakaan saat kau pergi ke luar kota. Usia kandungannya saat itu belum genap 8 bulan. Dan pihak kepolisian menyatakan jika itu murni kecelakaan. Padahal mobil yang di naiki Maldevi sudah di sabotase oleh seseorang. Eh ralat, beberapa orang." ucapan Rila membuat Max dan Sandy saling melirik.

"Kau tahu itu darimana?" tanya Max seakan tidak percaya.

Rila memutar rekaman suara saat dirinya bertemu dengan Tuan Hegar, saat itu sebelum Tuan Hegar masuk, dia sudah meletakkan alat perekam suara di bawah meja.

Baik Max dan Sandy mendengarkan rekaman tersebut dengan wajah seakan tidak percaya.

"Jadi, dia ayah Maldevi masih hidup? Dan kecelakaan itu juga campur tangan istri pertama ayahnya?" tanya Max tidak menyangka. "Maldevi selama hidupnya mengira ayahnya telah tiada, dan makam yang selalu dia kunjungi berarti itu palsu. Ah kenapa dulu aku bodoh sekali tidak menyelidiki latar belakangnya."

Max terlihat emosi, seakan menyalahkan dirinya sendiri yang tidak pernah mencari tahu sendiri keluarga wanita itu.

"Lalu orang lain yang terlibat siapa?" tanya Sandy ingin tahu.

"Kalian pasti sudah mengantongi nama itu sejak dulu. Namun tidak ada bukti yang bisa kalian dapatkan, bukan?" ujar Rila dengan santai.

"Winata? Mami Jena? Iris?" Sandy menyebutkan nama ketiga orang itu.

"Untuk sementara aku hanya baru memiliki bukti mengarah pada Winata, untuk dua nama lain aku belum tahu. Lalu bagaimana dengan kalian?" tanya Rila membuat wajah Sandy tersenyum melihat Max.

"Selama kami melakukan penyelidikan, semua bukti mengarah pada Mami Jena. Tapi kami yakin, tidak mungkin beliau bergerak sendiri dan akhirnya sekarang kita tahu jelas jika Om Winata lah dalang sebenarnya."

Sandy pria itu membuka tab, dan memperlihatkan rekaman CCTV sebelum kejadian Maldevi kecelakaan. "Ini mobil yang di naiki Maldevi, Mami Jena terlihat membawa seorang pria menuju garasi dan pria itu terlihat melakukan sesuatu pada mobil."

"Aku selalu yakin jika Om Winata terlibat tapi tidak ada satu bukti pun mengarah padanya." Max terlihat lebih tenang saat tahu ibunya tidak sendirian dalam melakukan rencana itu.

Kini Rila menyodorkan beberapa lembar kertas serta foto pada mereka berdua. "Dean, itu sopir yang mengemudikan mobilnya kan?" tanya Rila diangguki oleh Max dan Sandy.

"Dia masih hidup? Kau menemukannya dimana?" tanya Max melihat foto ditangannya. "Saat kecelakaan dia selamat, tapi setelah itu menghilang. Terakhir kali dia sempat meminjam mobil di sebuah usaha sewa namun yang mengembalikan mobil bukan dirinya. Kami kehilangan jejak Dean."

"Dean masih hidup dan saat ini sudah aku amankan. Dia juga pria yang dibawa oleh ibumu untuk menyabotase mobil. Dan memang benar yang kau katakan, Dean meminjam mobil tapi bukan dia yang mengembalikannya. Kalian tahu kenapa?" ujar Rila lalu menunjuk kertas yang di pegang oleh Sandy.

"Dean di culik oleh Winata saat tiba di hutan itu. Dengan dalih memberikan uang yang sudah dijanjikan. Asal kalian tahu, di dalam hutan itu ada usaha ilegal milik Winata. Dan aku menemukan Dean di sekap disana."

Baik Max dan Sandy tidak menyangka jika Wanita tega melakukan hal itu. Pria itu sungguh kejam sekali.

"Lalu ini foto siapa?"  tanya Sandy menunjuk foto paling terakhir, seorang wanita dengan penampilan berantakan.

"Itu foto ibu mertuamu, Max."

Episodes
1 Prolog
2 Kesalahpahaman Masa Lalu
3 Tentang Max
4 Bertemu Kembali
5 Usaha Rila Mencari Kebenaran
6 Pergi ke Hutan
7 Tentang Maldevi
8 Masih perlu Mengumpulkan Bukti
9 Selalu Dicurigai
10 Mengatakan Sebenarnya Pada Max
11 Masalah di Masa Lalu
12 Tuan Hegar & Anita
13 Percakapan Max dan keluarga
14 Rila Bertemu Dengan Iris
15 Rencana Winata
16 Hiro Hilang
17 Pernikahan
18 Mengungkap Kebenaran (1)
19 Mengungkap Kebenaran (2)
20 Mengungkap Kebenaran (3)
21 Mengungkap Kebenaran (4)
22 Dikurung Dalam Satu Ruangan
23 Hubungan Anita dan Hegar (Flashback)
24 Menikah Lagi (Flashback)
25 Hubungan Anita dan Winata (Flashback)
26 Terasingkan (Flashback)
27 Kisah Cinta Jena (Flashback)
28 Jena & Winata (Flashback)
29 Hukuman Jena
30 Hukuman Iris
31 Derita Winata & Anita
32 Akhir Hidup Anita
33 Permintaan Hiro
34 Membuat Janji Temu
35 Datang ke Kantor
36 Makan Siang Bersama
37 Rila Tidak Menyerah
38 Datang ke rumah Max
39 Makan Malam Bersama
40 Menuruti Keinginan Orang Tua
41 Kekasih Saga?
42 Kecurigaan Rila pada Saga
43 Tentang Saga
44 Acara Amal
45 Keracunan
46 Rila & Saga
47 Keluarga Orlano
48 Flashback Kejadian Masa Lalu Orlando
49 Berkunjung ke Rumah Saga
50 Cerita Saga
51 Periksa Kandungan Meila
52 Kembali dan Menemui Max
53 Masalah Saga dan Keluarganya
54 Rila Tahu Semuanya
55 Kemarahan Rila
56 Flasback Maldevi
57 Flashback Maldevi
58 Flashback Maldevi
59 Flasback Maldevi
60 Flashback Maldevi
61 Memutuskan Untuk Memperjuangkan
62 Kekecewaan Rila
63 Saga & Rila
64 Kembali Bertemu Meila
65 Saga & Rila Bertemu Lagi
66 Bertemu Teman Lama
67 Meminta Izin Menikah Dengan Rila
68 Kegelisahan Max
69 Kecurigaan Saga
70 Usaha Awal Max
71 Max Bertemu Rian
72 Rila Tumbang
73 Upaya Mencari Rila
74 Mulai Berhadapan
75 Kemarahan Saga
76 1 VS 2
77 Hilang Dalam Dekapan Laut
78 Menemukan Keberadaan Rila
79 Cerita Rila
80 Sekilas Info
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Prolog
2
Kesalahpahaman Masa Lalu
3
Tentang Max
4
Bertemu Kembali
5
Usaha Rila Mencari Kebenaran
6
Pergi ke Hutan
7
Tentang Maldevi
8
Masih perlu Mengumpulkan Bukti
9
Selalu Dicurigai
10
Mengatakan Sebenarnya Pada Max
11
Masalah di Masa Lalu
12
Tuan Hegar & Anita
13
Percakapan Max dan keluarga
14
Rila Bertemu Dengan Iris
15
Rencana Winata
16
Hiro Hilang
17
Pernikahan
18
Mengungkap Kebenaran (1)
19
Mengungkap Kebenaran (2)
20
Mengungkap Kebenaran (3)
21
Mengungkap Kebenaran (4)
22
Dikurung Dalam Satu Ruangan
23
Hubungan Anita dan Hegar (Flashback)
24
Menikah Lagi (Flashback)
25
Hubungan Anita dan Winata (Flashback)
26
Terasingkan (Flashback)
27
Kisah Cinta Jena (Flashback)
28
Jena & Winata (Flashback)
29
Hukuman Jena
30
Hukuman Iris
31
Derita Winata & Anita
32
Akhir Hidup Anita
33
Permintaan Hiro
34
Membuat Janji Temu
35
Datang ke Kantor
36
Makan Siang Bersama
37
Rila Tidak Menyerah
38
Datang ke rumah Max
39
Makan Malam Bersama
40
Menuruti Keinginan Orang Tua
41
Kekasih Saga?
42
Kecurigaan Rila pada Saga
43
Tentang Saga
44
Acara Amal
45
Keracunan
46
Rila & Saga
47
Keluarga Orlano
48
Flashback Kejadian Masa Lalu Orlando
49
Berkunjung ke Rumah Saga
50
Cerita Saga
51
Periksa Kandungan Meila
52
Kembali dan Menemui Max
53
Masalah Saga dan Keluarganya
54
Rila Tahu Semuanya
55
Kemarahan Rila
56
Flasback Maldevi
57
Flashback Maldevi
58
Flashback Maldevi
59
Flasback Maldevi
60
Flashback Maldevi
61
Memutuskan Untuk Memperjuangkan
62
Kekecewaan Rila
63
Saga & Rila
64
Kembali Bertemu Meila
65
Saga & Rila Bertemu Lagi
66
Bertemu Teman Lama
67
Meminta Izin Menikah Dengan Rila
68
Kegelisahan Max
69
Kecurigaan Saga
70
Usaha Awal Max
71
Max Bertemu Rian
72
Rila Tumbang
73
Upaya Mencari Rila
74
Mulai Berhadapan
75
Kemarahan Saga
76
1 VS 2
77
Hilang Dalam Dekapan Laut
78
Menemukan Keberadaan Rila
79
Cerita Rila
80
Sekilas Info

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!