Angel menatapnya, memang ya jika saja Theo menerima hadiah dari pasien pasti dia akan cepat kaya, namun Theo tak pernah menerima hadiah tersebut.
"Sayang sekali ya, tadi nya aku ada hadiah untukmu karena kamu telah menyelamatkan hidupku. Karena kamu tidak dapat menerima nya jadi aku akan menyimpan nya kembali."
Theo terdiam tak bisa berbuat apa apa, namun ia merasa kehilangan barang berharga. Akhirnya ia pun berkata "Aku akan menerima hadiahmu."
"Mengapa ada perlakuan khusus?" padahal dirinya hanya berkata kata saja tidak ada hadiah untuk di berikan.
Tanpa rasa malu Theo berkata "Kamu itu dari keluarga kaya jika kamu memberiku hadiah aku bisa membantu orang miskin. Sama saja seperti merampok orang kaya untuk orang miskin."
Angel tercengang, ia hanya istri diatas kertas tidak pernah menikmati kekayaan Amar, setiap ia menginginkan sesuatu maka harus menabung dari hasil kerja nya. Namun kali ini tak ada pilihan lagi lalu membuka laci dan menyerahkan satu set perhiasan yang baru dikasih Amar "Ini untukmu."
"Kau memberiku perhiasan?"
"Barang ini agak norak tapi ada harganya, jadi kami jual saja kita bagi tujuh puluh tiga puluh."
Theo menatap Angel dengan menggoda "Menurutmu, apakah perhiasan pemberian suamimu itu pantas diberikan kepada pria lain?”
Wajah Angel memerah, awalnya dia tidak terlalu memikirkannya, tetapi pikiran Theo penuh dengan omong kosong.
Theo tersenyum lebar dan memasukkan perhiasan nya ke dalam saku.
Angel memperhatikan gerakannya yang terlatih dan berpikir, “Dengan wajah seperti ini, dia pasti telah menerima banyak angpao.”
Theo mengganti topik pembicaraan. “Ngomong-ngomong, aku lupa meminta pendapatmu. Rumah sakit kami memiliki layanan konsultasi psikologis khusus untuk pasien yang bunuh diri. Apakah kamu membutuhkannya?”
Angel tertegun mendengar kata "bunuh diri" seolah Theo sedang mengejek dan menghina nya.
Kepalanya buru buru menggeleng “Aku tidak membutuhkannya.”
Theo menghampirinya dan bertanya dengan cemas, “Lalu mengapa kamu melompat dari gedung? Angel, ceritakan padaku apa yang terjadi hari itu.”
Mulut Qiao An terbuka, dan untuk beberapa saat dia berhasil mengeluarkan sesuatu yang tidak berarti. “Aku tidak ingin memikirkan hari itu.”
Theo menghela napas "Sepertinya kamu masih membutuhkan psikiater."
Angel memprotes dengan keras “Saya sehat secara mental. Lompatan hari itu hanya kecelakaan.”
Theo berkata, “Saya ingin tahu mengapa Alin, yang juga diculik oleh para penculik, bisa keluar tanpa cedera. Mengapa sesuatu terjadi padamu?”
Kemarahan tampak terpancar dari matanya. Theo tiba tiba memegang tangan nya, terasa dingin namun kemarahan itu berangsur kembali reda.
“Dokter, para pencuri itu banyak mengancam saya hari itu. Saya terlalu takut, jadi saya kehilangan akal dan melompat dari gedung."
"Angel gelar masterku adalah psikologi. Aku bisa menjadi psikiater mu.” ucap Theo dengan lembut.
Angel tiba-tiba tersenyum cerah. “Dokter, saya ingin hidup dengan baik dan bekerja dengan baik. Saya ingin melakukan perbuatan baik setiap hari dan membantu nenek-nenek tua di seberang jalan. Saya juga bisa menyelamatkan pria tampan seperti Anda yang kehilangan pijakan dan membantu Anda melakukan transformasi. Lihat, saya sangat cerdas dan bersemangat. Apakah ada masalah dengan pikiranku?”
Theo menyentuh wajahnya "Apakah aku terlihat tampan?"
Theo berdiri dan berkata, “Baiklah, karena kamu lumpuh dan sudah bertekad, aku tidak perlu khawatir. Aku akan pulang dan beristirahat dulu. Panggil perawat jika kamu membutuhkan sesuatu.”
"Ya."
Theo keluar dari ruangan dan bertemu dengan keponakannya Amar yang membawa buket bunga mawar, Theo berpikir mungkin karena inilah Angel tidak membutuhkan konseling psikologis.
Amar tiba tiba berkata dengan sinis "Paman seperti nya kamu begitu perhatian kepada Angel."
“Ini adalah profesionalisme paling dasar dari seorang dokter.” jawab Theo
"Terima kasih paman."
"Sama sama." jawab Theo acuh tak acuh.
“Paman, kita harus mengerti batasannya. Karena Angel sudah keluar dari bahaya, masalah perawatan harus diserahkan kepada pengasuh.”
Theo mengerutkan kening "Amar jika kamu tidak percaya pada Angel, maka lepaskan lah."
"Bukan kah itu yang kamu inginkan?"
Theo mengerutkan kening tampak terlihat kebingungan di matanya "Bagaimana kamu tahu aku menyukai Angel?"
Akhirnya Amar berkata pelan, “Pada malam pernikahan kita, kamu mencoba menculik istriku. Apakah kamu sudah melupakannya begitu cepat, Paman?”
Theo diam-diam menghela napas lega “Itu karena aku mabuk.” Theo membalikkan keadaan. “Namun, itu bukan alasan bagimu untuk memfitnahku di depan Angel kan? Kamu mengatakan bahwa aku seorang pemain dan gayaku tidak bermoral. Amar apa yang kamu pikirkan?”
Amar teringat cara cara tercela yang ia ucapkan kepada Angel, sedikit rasa malu itu terpancar di matanya. Untuk menyembunyikan hal itu lalu Amar berkata lagi.
“Paman, sejak kecil setiap hari ada saja bunga mawar yang dikirim oleh gadis-gadis ke rumahmu. Apakah kamu masih bisa tetap suci dengan semua perhatian itu?” Setelah itu Amar segera masuk ke ruangan.
Angel melihat Amar masuk dan membawa buket mawar, terlihat dari tampilannya pasti lumayan mahal.
"Berapa banyak?"
"Dua puluh satu tangkai, artinya aku sayang kamu."
"Aku mau sebelas."
"Semua itu hanya angka."
"Sebelas bunga artinya keteguhan hati, itulah cinta yang ku inginkan."
"Baiklah." lalu Amar memindahkan sebelah bunga mawar itu ke vas bunga "Apakah ini cukup?"
Angel menjawab dengan senyuman penuh arti. Kemudian ia mengambil ponsel dan memotret nya lalu mengunggah foto tersebut dengan judul “Bunga mawar dari suamiku. Sebelas. Tahu apa artinya?”
Bibir Amar tersenyum melihatnya, Angel yang dikenal nya dulu telah kembali. Namun ia tidak tahu Angel sudah mengatur agar postingan itu dilihat Alin.
“Angel aku tahu aku tidak memberimu rasa aman yang cukup. Jangan khawatir, aku akan lebih sering bersamamu di masa depan. Jangan biarkan imajinasimu menjadi liar.”
Angel berpura-pura mengangguk patuh. Melihat Angel sudah kembali jinak, Amar merasa bahwa gadis sederhana seperti Angel memang mudah dibujuk ia pun merasa lega.
Angel kembali mengejutkan Amar "Suamiku aku ingin membeli rumah."
Kepanikan tampak terlintas di matanya, karena dia sudah membeli dua properti atas namanya, dan yang satu properti itu di tinggali Alin. Bagaimana bisa dia menutupi hal ini?
“Mengapa kamu tiba-tiba berpikir untuk membeli rumah?” Akhirnya, setelah berpikir sejenak, dia memutuskan untuk menjelaskan gagasan Angel untuk membeli rumah.
"Agensi merekomendasi kan apartemen kepada ku, dan aku menyukai apartemen tersebut." Angel menunduk kemudian mempermainkan kuku nya, dia sangat senang situasi saat ini. Tanpa melihatnya pun Amar pasti kebingungan alasan apa yang akan di katakan.
Amar tampak gelisah "Angel maafkan aku, aku sedikit kekurangan uang."
Jelas terlihat dia bisa memberikan Alin rumah dan kartu tapi untuknya dia sangat pelit, dia jelas sangat berkecukupan hanya saja dia tidak ingin memberinya uang. Kebencian Angel dan tekadnya semakin kuat untuk balas dendam.
“Suamiku, jika kamu kekurangan uang, mari kita pinjam uang untuk membeli rumah. Kita bayar uang muka dulu, sisanya akan kita lunasi saat kita punya uang.” Angel menatap Amar dan mencibir diam-diam saat melihat emosi yang penuh warna di matanya.
"Kalau begitu aku akan memikirkan sesuatu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments