bab 5

Amar menjadi malu "Kalau kamu tidak suka besok aku akan menukarnya dan memilihkan yang bagus untukmu. Perhiasan apa yang kamu suka?"

"Aku menyukai perhiasan besar dan bagus, lalu ia melirik cincin pernikahan nya. Cincin ini pun sangat kecil bahkan ketika aku berkumpul bersama teman teman merasa seperti ingin memukulmu, kamu sangat pelit."

"Angel apa kamu tidak mencintaiku lagi?" Amar menatap lurus wajah Angel ingin mencari tahu dari ekspresi nya.

"Sayang, aku banyak berpikir pernikahan itu kan banyak rintangan jadi aku akan melalui nya bersama mu, aku tidak akan menceraikan mu."

Amar sedikit gembira mendengar nya, dia kira akan sangat sulit untuk membujuknya ternyata dia masih sama seperti dulu hanya emosi sesaat.

"Angel, jangan biarkan imajinasi mu mengatur hidup mu, aku akan menjadi suami yang baik dimasa depan."

Angel mengangguk "Ya, kamu pergilah ke kantor jangan khawatirkan aku."

"Baiklah aku akan pergi, kau memang istri paling pengertian."

Tiba tiba saja Amar mencium kening Angel, ia sangat kaget merasa jijik juga karena ciuman nya.

Setelah Amar pergi diam diam Angel sudah mengambil keputusan akan segera cerai dari Amar, satu hari terlalu berharga untuk menghabiskan waktu dengan Amar.

Tidak tahu sejak kapan Theo berada di ruangan, entah siapa yang sudah memprovokasi nya wajahnya terlihat sangat dingin.

Theo melemparkan salep ke Angel "Kamu bisa mengoleskan sendiri."

"Dokter siapa yang membuatmu marah?"

Theo menyilangkan tangannya dan menatap mata Angel dengan licik "Pasien tidak punya hak untuk bertanya tentang kehidupan dokter."

Angel mengubah cara bicara nya "Paman siapa yang membuatmu marah?" dengan cara ini harus nya dia tidak bisa menolaknya kan?

Wajah Theo yang tadinya tegang berubah, "Kamu diberi perhiasan sama Amar? Kamu tidak sabar untuk memakainya, lepaskan saja orang sakit tidak di sarankan untuk memakai perhiasan."

Angel melepaskan perhiasan itu dan menimbangnya "Dokter tahu kah kamu perhiasan zamrud?"

Wajah dokter tampan yang tadinya dingin berubah jadi cerah "Kenapa? Apa kamu ingin menjualnya?"

"Perhiasaan itu tidak cocok untukku sepertinya akan aku jual untuk mendapatkan sejumlah uang, mungkin dapat membantu meringankan keuangan Amar."

Senyum Theo membeku "Suami mu orang terkenal, tidak mungkin dia kekurangan uang. Apakah kamu menabung uang untuk di berikan padanya?"

Theo kembali berbisik "Jika itu istriku, selama dia menginginkan nya aku akan membelinya apapun yang di inginkan nya akan ku penuhi.."

Kata kata yang di lontarkan Theo begitu menyentuh hatinya, dulu dia pernah mencintai Amar seperti itu apapun akan dilakukan nya tapi kali ini berbeda.

Untuk menghilangkan kecurigaan Theo, Angel berkata "Aku tidak perlu menjualnya, hanya saja Amar sudah memberi perhiasan terlalu banyak jadi untuk apa banyak banyak tapi tidak dipakai, aku hanya tidak suka saja dengan perhiasan ini."

"Apakah kamu ingin pamer cintamu pada orang lajang?"

Angel memutar matanya "Kamu bersenang senang setiap malam, bukan kah sudah tidak perlu pacar?"

"Kenapa aku tidak bisa mengubah pandangan mu kalau aku bukan lelaki penggoda?" Ucap Theo sambil mengusap muka nya.

Angel melirik Theo dia teringat dahulu sebelum menikah dengan Amar, dia bercerita kalau Amar punya seorang paman yang tidak pernah melakukan pekerjaan nya dengan baik.

Dia selalu tinggal di bar setiap malam dan pekerjaan nya hanya menggoda wanita.

Bahkan saat dirinya menikah, Theo datang dengan bau alkohol di mulutnya dan mengatakan "Jangan menikah, aku tidak baik baik saja."

Saat itu Angel malah takut dan berlari ke arah Amar, sejak saat itu lah Angel memutuskan kalau Theo itu seorang pemain dan penggoda.

Sekarang setelah di pikir pikir dia tidak pernah melihat secara langsung kalau Theo adalah seorang pemain. Angel tersipu malu "Keponakan mu yang memberitahu ku."

"Ingat apa yang kau lihat lebih kuat dari pada yang kau dengar."

"Ingat meskipun Amar adalah suami mu, bukan berarti dia tidak pernah berbohong padamu. Dia seorang pengusaha kamu tahu kan seorang pengusaha akan lebih memilih banyak keuntungan dari pada kerugian apapun caranya."

Mendengar hal itu Angel merasa muram, mengapa dia baru menyadari nya setelah jatuh cinta terlalu dalam hingga berakhir dengan kekecewaan.

Theo menyentuh kepala Angel "Gadis kecil, kamu terlalu naif, mudah sekali tertipu."

Tepat saat Theo berbicara seperti itu tiba tiba seorang dokter masuk ke ruangan Dokter Theo ada pasien yang kritis.

Tanpa kata apapun Theo langsung berjalan keluar kemudian berbalik "Angel kamu bisa latihan berjalan perlahan ok."

"Jangan khawatirkan aku, cepatlah tangani pasien terlebih dulu."

Theo kembali berjalan setengah berlari. Tanpa ia sadar Angel memperhatikan nya merasa senang saat di perhatikan.

Samar samar Angel mendengar suara seorang ibu menangis sambil berkata "Maaf kan mama nak, telah mengirim mu kembali ke rumah mertua mu."

Tangisan sang ibu menyayat hati, ia teringat pesan ibunya saat akan menikah dengan Amar "Angel, pernikahan mu harusnya menjadi anugerah. Tapi ada beberapa hal yang harus ku ingatkan padamu."

"Keluarga Amar dan kita tidak cocok untuk bersama, dia orang berada sedangkan kita? Kamu tahu sendiri kondisinya seperti apa. Jika suatu saat kamu di sia sia kan datanglah kembali ke rumah, aku akan menerima mu."

Ia baru ingat nasihat ibu nya, betapa konyolnya saat penculikan malah memilih lompat dari gedung, bagaimana reaksi ibu nya kalau tahu yang sebenarnya.

Setelah itu Angel sadar kalau hidupnya sangat berharga, lalu mencoba belajar berdiri walaupun berulang kali terjatuh tapi tak akan menyerah.

Angel mulai merambat memegang dinding terasa sangat bahagia bisa beberapa langkah berjalan, namun semua itu hancur saat melihat televisi. Ia melihat Alin sedang di wawancara.

"Nona Alin, kami baru melihat di tangan mu ada cincin. Apakah kamu sudah punya pacar?"

Alin memamerkan cincinnya, saat Angel melihat itu ia baru menyadari kalau cincin yang di kenakan sama hanya cuma punya Alim lebih besar.

Alin menjawab dengan acuh tak acuh "Aku sangat suka dengan cincin ini edisi terbatas juga, oh iya beli 1 bisa tebus murah 1 lagi hanya saja ukurannya lebih kecil dan barangnya murahan."

Angel merasa kecewa sekaligus emosi mendengar hal itu, Amar benar benar mempermainkan nya sejak awal.

Cincin yang ia banggakan selama ini ternyata hanya hadiah dari pembelian cincin asli. Tega sekali Amar berbuat seperti itu, ia sangat ingin segera bercerai dengan Amar namun tak punya bukti perselingkuhan Amar dan Alin.

Sore hari nya Amar datang ke rumah sakit membawa bunga mawar, "Angel aku sengaja membawa bunga mawar ini spesial untuk mu, dengan begitu kamu akan selalu mengingatku saat aku bekerja."

Dengan wajah sinis Angel menjawab "Terima kasih."

Amar yang tidak biasa mendengar nada bicara Angel mendekat dan mengikuti tatapan matanya, ia sangat malu saat Angel melihat ke arah toko bunga di seberang rumah sakit.

"Angel maafkan aku, aku sangat sibuk tidak sempat membeli di toko lain. Jadi aku membelinya dari sana."

Angel memegang cincin nya lalu menyerahkan pada Amar "Amar kamu memang sangat sibuk sampai cincin pernikahan saja hadiah bahkan orang lain tidak menginginkan ini."

Wajah Amar menjadi pucat, lalu mulai menjelaskan "Angel dengarkan aku. Aku benar-benar memilih cincin kawin dengan hati-hati. Aku hanya tidak sengaja menghilangkan cincin aslinya. Saat itu, pernikahan sudah dekat dan tidak ada waktu untuk menyiapkan cincin kawin kedua. Aku hanya bisa puas dengan hadiah itu. Angel aku tidak bermaksud memberimu hadiah cuma-cuma.”

Terpopuler

Comments

Salsabila Arman

Salsabila Arman

lanjut

2024-11-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!