"Kamu memberi tahu dia kamu ingin bercerai disaat kamu seperti ini? Harus nya kamu itu berpikir kalau dia sudah tahu kamu ingin cerai pasti sekarang sudah mempersiapkan aset di ganti nama atas nama dia dan semua keuntungan dia yang ambil, jadi kamu tidak akan mendapatkan apapun."
Angel baru bisa berpikir benar juga sekarang dia pasti sudah bersiap siap "Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku tak ingin menghabiskan waktu bersama nya."
"Jika kamu ingin bercerai kamu harus bisa membuktikan adanya perselingkuhan, aset di alihkan tapi jiga Amar sudah tahu dia pasti sudah waspada jadi kamu akan sulit mencari kelemahan nya."
"Biarkan aku memikirkan nya." jawab Angel lesu.
Seminggu kemudian Theo datang ke ruangan Angel. Saat dia melihatnya ada sedikit rasa senang dihati nya namun berusaha untuk menutupinya "Pembohong."
Theo mengerutkan kening "Siapa yang bohong? Aku tak pernah bohong padamu."
"Kamu bilang akan memotong masa cuti mu, tapi buktinya kamu cuti selama seminggu."
Theo lalu ingat saat terakhir berbicara padanya menawarkan jiga Angel tak ingin ditinggal dia bisa memotong masa cuti nya, namun saat itu tak ada jawaban jdi Theo memutuskan untuk cuti seminggu.
"Kenapa? Kamu kangen ya?"
Angel memang merindukan nya, perawat lain tidak selembut Theo merawatnya.
"Aku ingin kamu membantuku ke kamar mandi, aku ingin buang air besar. Bukan kah kamu bilang tidak bisa menolak keinginan pasien."
Theo tersenyum "Sepertinya kamu sudah pulih dengan baik, buktinya kamu bisa menggodaku seperti itu."
Lalu Theo menggendongnya ke kamar mandi. "Angel di rumah sakit biasanya kalau mau buang air akan dibantu oleh keluarga. Apa aku keluargamu?"
"Kamu adalah paman nya Amar, jadi masih termasuk keluarga kan?"
Theo terdiam lalu tersenyum kecil "Sepertinya kamu setia sekali dengan Amar, apa kamu suka menjadi keponakan ku?"
Angel teringat kata kata yang di ucapkan Ratna, jadi dia akan bersikap biasa saja tanpa memberi tahu Theo kalau dia ingin bercerai, Angel harus waspada bagaimana pun Theo adalah paman nya Amar.
Theo sudah tidak berminat lagi mengobrol dengan Angel, setelah itu dia Theo memeriksa luka Angel dan menemukan nanah lalu menusukkan jarum antiseptik dengan kasar.
"Theo sakit, apa kamu sengaja?"
"Ingatlah untuk berbuat padaku mulai sekarang, dokter tidak untuk disakiti siapa pun."
"Lihat saja nanti, aku tidak akan menginjakkan kakiku di tanah milikmu."
Theo tersenyum "Kalau begitu jaga dirimu baik baik dan jangan sampai terluka."
"Anda bukan satu satunya dokter bedah di kota."
Theo menatap mata Angel lalu meninggalkan nya di ruangan.
Theo mencari perawat dan bertanya dengan nada emosi "Apa yang kalian lakukan selama seminggu ini? Kenapa luka Angel sampai bernanah?"
Semua perawat hanya terdiam, wajar saja Theo marah karena dia selalu berusaha untuk menjaga Angel bahkan sampai tidur hanya beberapa jam setiap harinya, namun saat dokter theo cuti banyak teman nya berkunjung.
Setelah beberapa saat Ibu mertua Angel datang berkunjung, dia yang selalu berselisih dengannya saat itu mengunjungi Angel, untuk pertama kalinya dia memegang tangan Angel dengan lembut "Angel kakek mu berkata siapapun yang bisa memberinya cucu pertama ia akan memberi saham 5% sampai anak itu besar saham itu dikelola oleh ibu nya. Jadi kalian harus secepatnya punya anak agar bisa mendapatkan saham itu."
Angel merasa sakit hati ternyata mertua nya berkunjung hanya karena membutuhkan bantuan. Tapi saham 5% lumayan juga nantinya bisa melawan Amar.
Angel ingin memberikan harapan sebelum membiarkan nya jatuh. Dia ingin Amar merasakan sakit saat harapan nya telah pupus.
Sama hal nya seperti saat Angel kemarin di culik sangat berharap Amar bisa menyelamatkan nya. Namun apa yang tejadi? Amar malah memilih meyelamatkan Alin.
Karena saat itu lah Angel memiliki ide untuk memberikan harapan untuk memiliki anak kepada Amar, namun saat ini sepertinya sangat sulit dilaksanakan nya.
Apa yang harus aku lakukan?
Ketika Angel sedang kebingungan Theo masuk ke ruangan. Dia seorang lelaki yang tampan dan ada sesuatu yang beda dalam hatinya.
Sekarang dia adalah kandidat terbaik dihatinya, garis keturunan nya pasti tidak akan di curigai. Dia seorang pria yang genit, mungkin dia tidak akan menolak keinginan nya.
Setelah kedatangan Theo ibu mertuanya kembali pulang.
Dokter Theo menatap Angel dan mendekatinya "Ada apa? Apa yang terjadi?"
"Dokter apakah sekarang saya bisa hamil?"
Wajah Theo berubah dan curiga "Kalau kamu menginginkan hal itu aku akan mencoba memberimu obat."
Angel tersipu malu "Tidak, hanya saja ibu mertuaku ingin aku dan Amar punya anak."
Ekspresi Theo berubah menjadi muram.
"Kenapa? Apa aku tidak bisa punya anak?"
"Oh bisa, setelah kamu pulih kamu bisa punya anak yang kau mau."
Theo berubah menjadi pendiam saat itu namun tetap memeriksa luka Angel.
"Theo apa kamu melakukan pemeriksaan fisik rutin?" Angel mendengar bahwa kehidupan pamannya kacau, bisa saja kan dia melakukan pergaulan bebas dengan orang lain.
Theo tidak dapat ditipu, dengan liciknya ia bertanya "Dengan cara apa?"
Angel berusaha untuk menyembunyikan maksudnya "Kamu kan seorang dokter harusnya kamu sudah tahu apa yang pemeriksaan fisik itu seperti apa."
"Setelah kamu keluar dari rumah sakit kamu akan melakukan pemeriksaan setiap bulan selama tiga kali setelah itu enam bulan dan selanjutnya lihat perkembanganmu."
'jadi tes apa yang di inginkan?' pikir Theo
"Pemeriksaan fisik apa itu termasuk HIV?"
Theo yang sedang membersihkan luka nya kaget mendengar pertanyaan nya, jadi ini yang dimaksud Angel.
"Tidak perlu."
"Kalau begitu bukan kah kalian harus melalukan itu setiap tahun?"
"Hanya laki laki yang tak senonoh yang akan melakukan pemeriksaan seperti itu."
Mata Angel berbinar, "Apakah dokter melakukannya setiap tahun?"
Theo tertawa dengan marah "Pemain sepertiku sebulan sekali melakukan pemeriksaan."
Angel menatapnya heran dan sedikit jijik "Dokter tolong bersihkan dirimu."
Pada saat itu Amar datang berkunjung, ekspresi Angel berubah menjadi tegang. Theo yang menyadari itu hanya melihat dan melanjutkan membersihkan lukanya.
"Semakin hari sepertinya berat badanmu semakin naik ya." Amar basa basi
"Bukan naik tapi turun, dulu berat badannya 76 kg sekarang menjadi 58 kg." jawab Theo
Amar menjadi sangat malu mendengarnya, harusnya dia tidak perlu ngomong seperti tadi jadi ketahuan tidak pernah memperhatikan istrinya.
"Paman memang seorang dokter yang hebat bisa memperhatikan pasien nya sampai tahu berat badan nya. Aku benar benar beruntung mempunyai paman."
Angel sangat benci pada Amar yang bermuka dua, di depannya dia selalu mengkritik Theo kalau dia tidak bisa mengerjakan tugasnya dengan baik, dia liar dan banyak lagi. Lalu Angel mengganti topik pembicaraan.
"Suamiku, jepitan dasi mu bagus."
Amar menunduk melihat jepitan nya "Oh ini hadiah ulang tahun dari Alin kemarin."
"Benar kemarin kamu ulang tahun, kamu tidak marah kan aku tidak memberi hadiah ulang tahun?" Di masa lalu aku selalu tunduk padamu tapi tidak untuk sekarang, kita lihat pembalasan apa yang akan ku lakukan.
"Tidak apa apa sayang, kamu kan sedang dalam masa pemulihan."
Angel pura pura ingin istirahat karena kelelahan, tapi Amar bukan orang yang akan menyerah begitu saja.
"Angel, Ibu ingin mempunya cucu kita harus merencanakan nya mempunyai anak bukan?"
Angel sudah menebak kenapa dia datang kesini. "Aku khawatir dengan kondisiku aku tidak bisa mempunyai anak satu tahun ke depan."
"Kenapa? Apa kamu tidak ingin punya anak dariku?"
"Ya" jawab Angel tegas.
"Kenapa?"
"Karena melahirkan itu berbahaya bagi tubuh, dan hanya aku yang bisa melindungi tubuhku sendiri."
Wajah Amar terlihat pucat "Sampai kapan kamu akan dendam terhadapku?"
"Aku tak tahu." jawab Angel acuh tak acuh.
Karna tidak tahu harus berbicara apa lagi akhirnya bertanya pada paman nya "Paman apa Angel akan segera di pulangkan?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments