Adik kecil

"Berapa mahar yang akan Nak Firman berikan untuk anak kami?" tanya Pak Imron, Ayah kandung Lia.

"Saya akan memberikan mahar sebesar lima ratus ribu, Pak."

"Lima ratus ribu?" Wajah Pak Imron seketika berubah masam. "Kenapa sedikit sekali? Kamu pikir, anak saya semurah itu?"

"Maaf, Pak. Cuma segitu nominal yang dibawa oleh Ibu saya. Tidak ada lagi."

"Memangnya, kamu tidak punya uang sendiri? Biasanya kan, kamu selalu bawa uang banyak."

"Dompet sama handphone saya hilang, Pak. Nggak tahu ada di mana."

"Kok bisa?"

Firman menggeleng pelan.Ia pun tak tahu kenapa dompet dan ponselnya bisa hilang di tempat itu.

"Saya juga nggak tahu, Pak. Padahal, tadi masih ada."

"Pasti dimaling warga, Man,"celetuk Bu Midah dengan suara lantangnya.

Para warga yang masih ada di sana pun langsung menoleh dengan ekspresi tak suka.

"Kami bukan maling ya, Bu! Sembarangan aja kalau nuduh!" sungut Bu Tuti mewakili yang lain.

"Nggak mungkin Hp sama dompet anak saya hilang begitu saja kalau bukan karena ulah salah satu diantara kalian!"

Bu Tuti berdiri. Perempuan berbadan bongsor itu langsung menghampiri Bu Midah kemudian menarik kerah bajunya.

"Kamu mau saya seret ke penjara, hah? Seenaknya saja menuduh kami yang tidak-tidak."

"A-ampun... Jangan!" ucap Bu Midah ketakutan.

Bu Tuti pun melepaskan kerah baju Bu Midah kemudian kembali duduk ditempatnya.

"Awas kalau mulut comberan kamu berani berulah lagi!"

Bu Midah langsung kicep. Baru kali ini, dia menemukan lawan yang sepadan.

"Baik, kita akan mulai akad nikahnya!" ucap penghulu yang ditunjuk untuk menikahkan Firman dan Lia.

"Saudara Firman, silakan jabat tangan saya!" pinta sang penghulu.

Ayah kandung Lia menolak untuk menikahkan putrinya dengan alasan gampang gugup. Makanya, tugas tersebut ia serahkan kepada Pak Penghulu saja.

"Bismillahirrahmanirrahim! Saudara Firmansyah bin Ferdiawan, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan seorang perempuan yang bernama Lia Aprilia binti Imron yang mana walinya sudah diserahkan kepada saya dengan mas kawin uang tunai sebesar lima ratus ribu rupiah dibayar tunai!"

"Saya terima nikah dan kawinnya, Lia Aprilia binti Imron dengan mas kawin tersebut tunai!"

"Bagaimana saksi?"

"Sah!"

Firman tersenyum bahagia. Walau caranya salah, namun dia tetap sangat senang karena akhirnya bisa bersatu dengan Lia, sang pujaan hati.

"Kamu senang kan, Sayang?" tanya Firman pada sang istri.

"Nggak," jawab Lia dengan jutek.

"Loh, kenapa?"

"Karena maharnya cuma lima ratus ribu. Aku nggak mau."

"Nanti uangnya aku tambah, Sayang! Untuk sekarang, kamu terima dulu yang lima ratus ribu ini, ya."

"Lima ratus ribu dapat apaan, Mas?" ketus Lia.

"Nanti Mas kasih seratus juta, gimana?"

Dan, Lia masih saja cemberut. Pun, dengan sang Ayah yang bernama Imron.

"Mas beliin perhiasan juga, mau?"

Lia tetap saja terdiam.

"Nggak usah ngambek gitulah, Lia! Firman tidak bisa memberikan kamu mahar yang besar untuk sekarang karena kondisinya memang sangat mendesak." Bu Midah berusaha memberi pengertian kepada sang menantu.

"Tapi, Bu..."

"Suami kamu itu orang kaya! Dia punya empat toko meubel yang sangat besar.Jangankan seratus juta, satu milyar pun sanggup dia kasih. Tapi, dengan catatan kamu harus jadi istri yang pandai menyenangkan hati suami dan mertua."

Sang pelakor perlahan mulai luluh. Apa yang dikatakan Bu Midah perlahan semakin menyilaukan matanya. padahal, Bu Midah hanya sesumbar saja. Mana mungkin Firman sanggup memberi uang satu milyar pada Lia?

"Ya udah, deh. Lia akan terima mahar yang dikasih sama Mas Firman. Tapi, Ibu sama Mas Firman janji ya, harus kasih uang yang lebih besar lagi untuk Lia nantinya?"

"Iya, Sayang! Mas janji!" angguk Firman seraya memeluk Lia mesra.

"Lia juga pengen dinikahin sah secara negara, Mas!" rengek Lia lagi.

"Itu gampang. Nanti, pulang dari sini, Mas akan paksa Kalila untuk untuk tanda tangan surat persetujuan."

"Kenapa perempuan burik itu nggak mas cerai aja, sih? Aku pengen jadi satu-satunya, Mas."

"Tidak boleh, Lia!" sahut Bu Midah cepat. "Kalau Kalila dicerai sama Firman, yang jadi babu gratisan di rumah kita, siapa?"

Seketika, tawa Lia meledak.

"Jadi, Kalila cuma dijadikan babu aja sama Ibu dan Mas Firman?"

Baik Firman maupun Bu Midah kompak menganggukkan kepala.

"Ya, bagi kami dia itu hanya babu gratisan. Nggak lebih," jawab Firman.

"Kalau aku?"

"Tentu saja kamu akan Mas jadikan ratu."

"Tapi, kalau misalnya Kalila menolak pernikahan kita, gimana, Mas?"

"Itu nggak mungkin. Kalila itu bucin akut sama Mas. Jadi, nggak mungkin dia berani menolak."

Sang pelakor kini merasa diatas angin. Dengan memanfaatkan kebucinan Firman, dia berniat untuk menguasai seluruh harta lelaki itu.

"Kalau gitu, Lia boleh ya, tinggal seatap sama Mas Firman dan juga Ibu?"

"Kalau kamu tinggal di sana, terus yang tinggal di rumah ini, siapa?"

"Tenang, ada Bapak," sahut Pak Imron cepat.

Tampak, Firman sedang berpikir keras. Rumah yang ia belikan untuk Lia masih kredit. Firman merasa rugi, jika rumah itu pada akhirnya tidak dihuni juga oleh Lia.

"Kenapa, Mas? Kamu nggak setuju ya, kalau aku tinggal sama kamu dan Ibu? Padahal... aku cuma pengen ngerasain tinggal di rumah mewah aja. Kan, seumur hidup aku belum pernah."

Wanita itu menundukkan kepalanya. Memasang ekspresi sesedih mungkin agar Firman jadi luluh dan merasa kasihan.

"Bukan begitu, Sayang..."

"Atau, kamu nggak ikhlas kalau Bapak aku tinggal di rumah yang dibeli pakai uang kamu?" potong Lia dengan cepat.

Sekali lagi, Firman menggeleng. Lia berhasil meng-skak mat dirinya.

"Oke. Kamu boleh tinggal di rumah aku yang satunya. Dan, Bapak boleh tinggal di sini."

Lia girang mendengar ucapan sang suami. Pun, dengan Pak Imron. Ia puas karena akhirnya bisa memiliki tempat yang jauh lebih layak dibanding rumah reyotnya di kampung halaman.

*

Ditempat lain...

"Bagaimana? Sudah selesai main rumah-rumahannya, Kalila?"

Suara itu menyambut Kalila begitu ia baru saja membuka pintu ruangan tersebut. Disana, seorang pria sedang berdiri membelakanginya sambil menatap ke luar jendela, menikmati pemandangan kota yang semrawut.

"Apakah menyenangkan hidup bersama pria pecundang itu?" Pria dengan setelan jas rapi itu akhirnya berbalik.

Degh!

Bola matanya terlihat sedikit melebar. Ia agak terkejut melihat penampilan wanita yang selama lima tahun ini tidak pernah ia temui lagi.

Namun, sepersekian detik berikutnya ia berusaha menetralkan kembali ekspresi wajahnya.

"Saya kalah, Tuan Kalandra!" ucap Kalila bergetar. "Sesuai perjanjian, silakan ambil lima persen saham milikku!"

Kalila meneguk ludahnya susah payah. Sementara, pria dihadapannya tampak tersenyum sinis.

"Tapi, untuk saat ini... Apa saya boleh meminta sebuah pelukan?" tanya Kalila dengan suara serak. "Saya sedang butuh kekuatan."

Pria itu menatap Kalila lekat. Ia pun merentangkan kedua tangannya.

"Kemari!" ucapnya dengan senyum hangat.

Kalila tak bisa menahan air matanya lagi. Ia menangis seraya berlari masuk ke dalam pelukan pria itu.

"Selamat datang kembali... Adik kecilku!" lirih pria bernama Kalandra itu. "Welcome home! Rumahmu tak tak pernah berpindah. Selamanya akan selalu di sini, dan menunggu kau untuk datang dan mengetuk perlahan."

Terpopuler

Comments

ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢

ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢

mulutku jahat bgt kalo ngomentarin orang tp gimana sih: lha anak anda aja ngasih jatah *gratisan* kok ya minta mahar nya mahal 😭 #maapin hamba

2025-03-18

0

ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢

ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢

bahahaha menyenangkan hati mertua yg di maksud ibu ini? kayaknya aku tau deh isi otak ibu wkwk

2025-03-18

0

Maria Magdalena

Maria Magdalena

ternyata anak orang kaya sengsara karena mencintai laki2 gemblung.

2025-03-14

1

lihat semua
Episodes
1 Awal
2 Memergoki
3 Pelajaran pertama
4 Rancangan balas dendam
5 Adik kecil
6 Kuras isi ATM ini !
7 Dulu dan sekarang
8 Amarah Kalandra
9 Tuduhan
10 Kalila mengamuk
11 Kelakuan si miskin
12 Surat perjanjian
13 Rasa kehilangan
14 Firman pusing
15 Pasti bisa!
16 Cemburu si pelakor
17 Dimana uangku?
18 Shopping
19 Jendral
20 Fitnah teman kantor
21 Rencana Firman dan Fika
22 Gagal
23 Salah satunya?
24 Menginginkan Kalila
25 Masuk jebakan
26 Jendral yang mana?
27 Siapa Kalandra Hardian?
28 Perubahan rencana Kalila
29 Meminta perhiasan kembali
30 Harapan Firman
31 Menantang cerai
32 Alasan mempertahankan Kalila
33 Senjata baru
34 Ada rahasia?
35 Kebakaran
36 Meminjam kembali
37 Berusaha menghasut
38 Zonk
39 Ancaman Firman
40 Bukan Kakak kandung Kalila?
41 Talak aku!
42 Rencana selanjutnya
43 Vivi si manipulatif
44 Dugaan perselingkuhan
45 Rekaman video
46 Tuntutan di persidangan nanti
47 Pembalasan untuk Sindi bag. 1
48 Pembalasan untuk Sindi bag. 2
49 Percaya diri
50 Tak mau membantu
51 Tanah harapan terakhir
52 Ditagih hutang
53 Permintaan Firman
54 Main keroyokan
55 Masukan sesat
56 Selingkuh yang sebenarnya
57 Talak untuk istri kedua
58 Siapa!?
59 Tamu
60 Toko milikku
61 Keadaan Bu Midah
62 Fika dan misinya
63 Jadi makmum saya, mau?
64 Kehadiran Fika
65 Firman pasrah
66 Mendatangi Firman
67 Video yang hilang
68 Dadakan
69 Aku... kangen
70 Modus
71 Penyelamat
72 Selingkuhan yang lain
73 Klarifikasi
74 Mendatangi Lia
75 Nasib Firman
76 Lumpuh
77 menghadapi kenyataan
78 Rekomendasi Kalila
79 Diandra menang
80 Siapa yang ganteng?
81 Saat jatuh
82 Dijenguk Kalila
83 Pertengkaran
84 Memangnya, bisa apa?
85 Aksi Riko
86 Fika ikut-ikutan
87 Istri harus patuh!
88 Jebakan Jendral
89 Kebangkitan Diandra
90 Rapat keluarga Jendral
91 Sebuah pilihan
92 Diusir?
93 Hari terburuk Firman
94 Ingin bantuan Kalila
95 Mau jadi menantu Tante?
96 Bertemu mereka lagi
97 Mengerjai mereka
98 Menyiksa mertua
99 Keluar dari rumah
100 Benalu di rumah Vivi
101 Obat
102 Tekad Firman
103 Gagal traktir
104 Dua wanita
105 Kembali teringat mantan
106 Riko ketahuan selingkuh
107 Inikah rasanya?
108 Kedatangan Tamu
109 Izinkan!
110 Ayo, klarifikasi!
111 Ketakutan
112 Jadi pengemis
113 Perlawanan Fika
114 Kehilangan akal sehat
115 Mengusir anak-anak
116 Ancaman untuk pasangan selingkuh
117 Permintaan Kakak
118 Hasil ngemis
119 Menjelang akad
120 Misi menjodohkan Kalandra
121 Ketiban sialnya saja
122 Terpaksa memilih
123 Fika pergi
124 Mencari tumpangan
125 Bukan perkara sepele
126 Ipar
127 Dihina ternyata menyakitkan
128 Firman pergi
129 Mulai dari awal
130 Kehidupan Riko
131 Harus kemana?
132 Babak bahagia
133 Percaya diri Riko
134 Ingin cerai saja
135 Mengusir mereka
136 Tidak diakui
137 Bukan anakku?
138 Hasil test DNA
139 Merebut segalanya
140 Kena tipu
141 Menolak membantu
142 Ending
Episodes

Updated 142 Episodes

1
Awal
2
Memergoki
3
Pelajaran pertama
4
Rancangan balas dendam
5
Adik kecil
6
Kuras isi ATM ini !
7
Dulu dan sekarang
8
Amarah Kalandra
9
Tuduhan
10
Kalila mengamuk
11
Kelakuan si miskin
12
Surat perjanjian
13
Rasa kehilangan
14
Firman pusing
15
Pasti bisa!
16
Cemburu si pelakor
17
Dimana uangku?
18
Shopping
19
Jendral
20
Fitnah teman kantor
21
Rencana Firman dan Fika
22
Gagal
23
Salah satunya?
24
Menginginkan Kalila
25
Masuk jebakan
26
Jendral yang mana?
27
Siapa Kalandra Hardian?
28
Perubahan rencana Kalila
29
Meminta perhiasan kembali
30
Harapan Firman
31
Menantang cerai
32
Alasan mempertahankan Kalila
33
Senjata baru
34
Ada rahasia?
35
Kebakaran
36
Meminjam kembali
37
Berusaha menghasut
38
Zonk
39
Ancaman Firman
40
Bukan Kakak kandung Kalila?
41
Talak aku!
42
Rencana selanjutnya
43
Vivi si manipulatif
44
Dugaan perselingkuhan
45
Rekaman video
46
Tuntutan di persidangan nanti
47
Pembalasan untuk Sindi bag. 1
48
Pembalasan untuk Sindi bag. 2
49
Percaya diri
50
Tak mau membantu
51
Tanah harapan terakhir
52
Ditagih hutang
53
Permintaan Firman
54
Main keroyokan
55
Masukan sesat
56
Selingkuh yang sebenarnya
57
Talak untuk istri kedua
58
Siapa!?
59
Tamu
60
Toko milikku
61
Keadaan Bu Midah
62
Fika dan misinya
63
Jadi makmum saya, mau?
64
Kehadiran Fika
65
Firman pasrah
66
Mendatangi Firman
67
Video yang hilang
68
Dadakan
69
Aku... kangen
70
Modus
71
Penyelamat
72
Selingkuhan yang lain
73
Klarifikasi
74
Mendatangi Lia
75
Nasib Firman
76
Lumpuh
77
menghadapi kenyataan
78
Rekomendasi Kalila
79
Diandra menang
80
Siapa yang ganteng?
81
Saat jatuh
82
Dijenguk Kalila
83
Pertengkaran
84
Memangnya, bisa apa?
85
Aksi Riko
86
Fika ikut-ikutan
87
Istri harus patuh!
88
Jebakan Jendral
89
Kebangkitan Diandra
90
Rapat keluarga Jendral
91
Sebuah pilihan
92
Diusir?
93
Hari terburuk Firman
94
Ingin bantuan Kalila
95
Mau jadi menantu Tante?
96
Bertemu mereka lagi
97
Mengerjai mereka
98
Menyiksa mertua
99
Keluar dari rumah
100
Benalu di rumah Vivi
101
Obat
102
Tekad Firman
103
Gagal traktir
104
Dua wanita
105
Kembali teringat mantan
106
Riko ketahuan selingkuh
107
Inikah rasanya?
108
Kedatangan Tamu
109
Izinkan!
110
Ayo, klarifikasi!
111
Ketakutan
112
Jadi pengemis
113
Perlawanan Fika
114
Kehilangan akal sehat
115
Mengusir anak-anak
116
Ancaman untuk pasangan selingkuh
117
Permintaan Kakak
118
Hasil ngemis
119
Menjelang akad
120
Misi menjodohkan Kalandra
121
Ketiban sialnya saja
122
Terpaksa memilih
123
Fika pergi
124
Mencari tumpangan
125
Bukan perkara sepele
126
Ipar
127
Dihina ternyata menyakitkan
128
Firman pergi
129
Mulai dari awal
130
Kehidupan Riko
131
Harus kemana?
132
Babak bahagia
133
Percaya diri Riko
134
Ingin cerai saja
135
Mengusir mereka
136
Tidak diakui
137
Bukan anakku?
138
Hasil test DNA
139
Merebut segalanya
140
Kena tipu
141
Menolak membantu
142
Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!