Memergoki

Pagi ini, Kalila bangun seperti biasa. Ia masih mengerjakan pekerjaan rumah dan memasak untuk mertua serta suaminya.

Perihal masalah telfonan sang suami dengan perempuan lain tadi malam, Kalila memutuskan untuk berpura-pura tidak tahu apa-apa. Walaupun bodoh karena mencintai terlalu buta, namun Kalila tetap perempuan yang menolak keras untuk diduakan.

Apalagi, jika membayangkan nasibnya di rumah ini hanya dijadikan babu sementara wanita itu justru menjadi ratu, membuat Kalila benar-benar meradang. Tidak. Ia tak ikhlas sama sekali.

"Kalila, sarapannya kok cuma segini? Mana cukup buat makan kami berlima," tegur Bu Midah saat tiba di meja makan.

Hanya selang beberapa saat, Firman juga ikut bergabung di meja makan.

"Maaf, Bu. Beras sudah habis," jawab Kalila seadanya.

Bu Midah seketika berdecak.

"Ya, kamu belilah! Masa' gitu aja mesti dikasih tahu?" ketusnya marah.

"Uangnya mana, Bu?" tanya Kalila lagi.

Mata wanita paruh baya itu mendelik. "Kamu berani minta uang sama saya? Uang belanja yang Minggu kemarin saya kasih kemana? Kamu tilep, ya?"

"Minggu kemarin, Ibu cuma kasih uang dua ratus ribu aja untuk Kalila belanja semua kebutuhan dapur. Jelas, sudah habis, Bu!"

"Jangan bohong, Kalila! Uang dua ratus ribu itu banyak! Mana mungkin sudah habis tanggal segini."

"Banyak?" Kalila tertawa sinis. "Kalau begitu, kenapa nggak Ibu saja yang belanja? Kalila mau lihat, bagaimana Ibu bisa mengatur uang dua ratus ribu itu agar cukup untuk makan seminggu."

"Kamu nantangin Ibu? Wah! Nggak benar, ini! Firman, lihat kelakuan istrimu! Dia sudah mulai melawan sama Ibu. Nasib, nasib! Punya mantu perempuan kok begini amat, ya? Sudahlah yatim piatu, miskin lagi. Makanya, nggak punya tata Krama plus nggak bisa lihat duit banyak! Serakah!"

"Dua ratus ribu, banyak?" Lagi-lagi, Kalila tertawa sinis.

"Kalila! Sudah!" tegur Firman. "Jangan melawan sama Ibu!"

Kalila tak menjawab. Dengan sorot matanya yang tajam, ia melengos pergi meninggalkan meja makan.

"Kalila, mau kemana, kamu?" teriak Bu Midah dengan suara menggelegar. "Ini gimana? Kasihan kalau Fika ke sini dan dia nggak dapat makanan sedikit pun! Sana, masak dulu untuk Fika dan keluarganya! Hei! Budeg ya, kamu!?"

Sayangnya, Kalila sama sekali enggan untuk menggubris. Dia terlalu lelah. Jika Firman sendiri sudah mendua, maka tak ada alasan lagi untuk dia terus bertahan.

"Kalila mungkin masih sakit, Bu! Lagian, Ibu juga yang salah. Kenapa sih, pake jorokin Kalila segala? Dia sampai luka begitu, kan? Kalau dia gegar otak, gimana?"

"Ya, salah dia sendiri, Firman! Siapa suruh dia memuntahkan makanan yang sudah susah payah Ibu siapkan untuk dia."

Firman menggelengkan kepalanya. Ia malas melanjutkan perdebatan. Lebih baik dia lekas sarapan lalu berangkat ke rumah sang selingkuhan yang sudah menunggu

"Ibu nggak mau tahu! Kamu harus paksa si Kalila untuk masak lagi. Kasihan, kalau keluarga kakakmu kemari dan mereka tidak makan apa-apa," desak Bu Midah pada putranya.

"Kalau begitu, berikan uang untuk Kalila belanja, Bu!" sahut Firman dengan entengnya.

"Nggak. Ibu nggak mau," geleng Bu Midah.

"Ya sudah, kalau begitu. Terserah Ibu saja! Firman nggak tanggung jawab kalau Kalila terus membangkang. Mau diapakan lagi? Kalila kan memang tidak pernah dikasih pegangan pribadi. Jadi, dia dapat uang darimana untuk belanja kalau bukan dari Ibu?"

Bu Midah mendengkus kasar mendengar ucapan putranya. Wanita paruh baya dengan gaya paripurna itu hanya memalingkan wajah ke arah lain.

Sementara, Firman sendiri sudah pamit untuk segera berangkat. Tak lupa, ia mampir ke kamar pribadinya untuk berpamitan juga kepada istrinya.

"Mas berangkat ke toko dulu ya, Sayang! Kamu baik-baik di rumah! Doakan semoga toko hari ini rame dan banyak pembeli, ya!" pamit Firman pada sang istri.

"Iya, Mas!" angguk Kalila sambil mencium punggung tangan sang suami seperti biasa.

"Halah! Mana mempan doa orang miskin seperti dia, Firman!" celetuk Bu Midah sinis. Rupanya, wanita paruh baya itu mengekori langkah putranya dari belakang. "Kamu bisa sukses dan banyak uang seperti sekarang, itu karena doa dan perjuangan Ibu. Bukan karena doa dan perjuangan perempuan miskin yatim piatu seperti dia!"

Kalila mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia merasa miris didalam hati. Padahal, modal dari toko meubel yang dikelola oleh sang suami adalah hasil dari Kalila menjual seluruh perhiasannya.

Sama sekali tak ada campur tangan sang Ibu mertua dalam usaha tersebut. Ditambah lagi, beberapa pelanggan tetap toko meubel sang suami adalah orang-orang yang memang mengenal Kalila.

Kalila yang melobi sebagian besar pelanggan itu hingga bersedia menjadi pelanggan tetap di toko meubel milik Firman.

"Sudahlah, Bu! Jangan seperti itu! Walau bagaimanapun, Kalila tetap menantu Ibu!"

"Huh! Terus saja kamu bela perempuan itu biar dia semakin besar kepala!" ujar Bu Midah sambil menghentakkan kakinya.

"Jangan diambil hati ya, omongan Ibu!" ucap Firman pada sang istri.

"Iya, Mas!"

"Jangan lupa beri Ibu suntik insulin, ya! Nanti, sakitnya kambuh kalau beliau lupa."

"Iya, Mas!"

Untuk yang ke sekian kalinya, Kalila hanya mengangguk patuh. Ia tetap bersikap seperti Kalila yang biasa dihadapan sang suami.

Kalila ingin melihat, sampai sejauh mana Firman ingin membodohinya.

Saat sang suami berangkat, diam-diam Kalila mengikuti pria itu dari belakang. Dengan motor matic milik tetangga, Kalila terus mengikuti sang suami yang rupanya tidak berbelok menuju ke toko melainkan terus melaju menuju ke sebuah perumahan baru.

Sampai di sana, Firman membelokkan mobil yang ia pakai memasuki halaman sebuah rumah bercat biru. Tak berselang lama, pria itu turun kemudian disambut mesra oleh seorang wanita dengan penampilan seksi yang luar biasa.

"Jadi, di sini tempat kamu menyembunyikan gundikmu, Mas?" gumam Kalila menahan geram.

Ia lekas turun dari motor. Berjalan mengendap-endap mendekat pada pintu rumah yang tidak ditutup dengan rapat.

"Astaghfirullah! Mas Firman?" lirih Kalila saat melihat sang suami tengah melakukan adegan dewasa bersama perempuan seksi tadi.

"Kamu benar-benar selingkuh?" gumam Kalila dengan suara bergetar.

Ponsel lekas dia nyalakan. Adegan itu ia rekam meski hatinya remuk redam.

"Jangan di sini, Mas!" tukas si perempuan seksi saat Firman hendak meloloskan benda terakhir yang menutupi tubuh bagian bawahnya.

"Di sini saja! Biar lebih menantang!" kata Firman tak sabaran.

"Kalau ada yang lihat, gimana?"

"Biarin aja! Biar jadi tontonan gratis buat mereka." Firman tersenyum nakal.

Perempuan itu pun tertawa manja.

"Tapi, Mas harus kasih aku uang lagi, ya!"

"Berapa, hm?"

"Dua juta. Aku mau beli tas baru, Mas!" pinta wanita itu dengan suara yang dibuat seimut mungkin.

"Oke. Nanti selesai 'main' langsung Mas kasih. Uang segitu, bukan masalah untuk Mas!"

Keduanya kembali melanjutkan aktivitas mereka. Sementara, Kalila yang terus merekam perbuatan mesum keduanya hanya bisa menangis sambil menertawai kebodohan dirinya.

"Aku minta dua ratus ribu, dia menolak. Sementara, perempuan itu minta dua juta, langsung dikasih. Ternyata, kamu setega itu ya, Mas!"

Pluk!

Seseorang tiba-tiba menepuk pundak Kalila dari belakang.

"Ngapain, kamu?"

Degh!

Kalila langsung mematikan ponselnya. Dia berbalik dengan wajah yang benar-benar terlihat tegang.

"Kamu mau maling, ya? Ayo, ngaku!"

Terpopuler

Comments

ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢

ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢

dua ratus itu buat seminggu itu udah murce marsidah bgt sih, apalagi buat lauk pauk makan sekeluarga, kalo buat sebulan dengan manusia lebih dr 1 itu sih nasi putih sm garem aja buk 😩

2025-03-18

0

ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢

ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢

kalo doa ibu emang mempan kenapa firman ga sukses dr sebelum nikah? kenapa masih harus pake uang hasil penjualan perhiasan isteri? 🤪

2025-03-18

0

Anna Wamey

Anna Wamey

nyesek baca nya,,,,,
siapkan dirimu kalila,,,,sadarlah,,suamimu tak sebaik dugaanmu,,

2025-01-06

2

lihat semua
Episodes
1 Awal
2 Memergoki
3 Pelajaran pertama
4 Rancangan balas dendam
5 Adik kecil
6 Kuras isi ATM ini !
7 Dulu dan sekarang
8 Amarah Kalandra
9 Tuduhan
10 Kalila mengamuk
11 Kelakuan si miskin
12 Surat perjanjian
13 Rasa kehilangan
14 Firman pusing
15 Pasti bisa!
16 Cemburu si pelakor
17 Dimana uangku?
18 Shopping
19 Jendral
20 Fitnah teman kantor
21 Rencana Firman dan Fika
22 Gagal
23 Salah satunya?
24 Menginginkan Kalila
25 Masuk jebakan
26 Jendral yang mana?
27 Siapa Kalandra Hardian?
28 Perubahan rencana Kalila
29 Meminta perhiasan kembali
30 Harapan Firman
31 Menantang cerai
32 Alasan mempertahankan Kalila
33 Senjata baru
34 Ada rahasia?
35 Kebakaran
36 Meminjam kembali
37 Berusaha menghasut
38 Zonk
39 Ancaman Firman
40 Bukan Kakak kandung Kalila?
41 Talak aku!
42 Rencana selanjutnya
43 Vivi si manipulatif
44 Dugaan perselingkuhan
45 Rekaman video
46 Tuntutan di persidangan nanti
47 Pembalasan untuk Sindi bag. 1
48 Pembalasan untuk Sindi bag. 2
49 Percaya diri
50 Tak mau membantu
51 Tanah harapan terakhir
52 Ditagih hutang
53 Permintaan Firman
54 Main keroyokan
55 Masukan sesat
56 Selingkuh yang sebenarnya
57 Talak untuk istri kedua
58 Siapa!?
59 Tamu
60 Toko milikku
61 Keadaan Bu Midah
62 Fika dan misinya
63 Jadi makmum saya, mau?
64 Kehadiran Fika
65 Firman pasrah
66 Mendatangi Firman
67 Video yang hilang
68 Dadakan
69 Aku... kangen
70 Modus
71 Penyelamat
72 Selingkuhan yang lain
73 Klarifikasi
74 Mendatangi Lia
75 Nasib Firman
76 Lumpuh
77 menghadapi kenyataan
78 Rekomendasi Kalila
79 Diandra menang
80 Siapa yang ganteng?
81 Saat jatuh
82 Dijenguk Kalila
83 Pertengkaran
84 Memangnya, bisa apa?
85 Aksi Riko
86 Fika ikut-ikutan
87 Istri harus patuh!
88 Jebakan Jendral
89 Kebangkitan Diandra
90 Rapat keluarga Jendral
91 Sebuah pilihan
92 Diusir?
93 Hari terburuk Firman
94 Ingin bantuan Kalila
95 Mau jadi menantu Tante?
96 Bertemu mereka lagi
97 Mengerjai mereka
98 Menyiksa mertua
99 Keluar dari rumah
100 Benalu di rumah Vivi
101 Obat
102 Tekad Firman
103 Gagal traktir
104 Dua wanita
105 Kembali teringat mantan
106 Riko ketahuan selingkuh
107 Inikah rasanya?
108 Kedatangan Tamu
109 Izinkan!
110 Ayo, klarifikasi!
111 Ketakutan
112 Jadi pengemis
113 Perlawanan Fika
114 Kehilangan akal sehat
115 Mengusir anak-anak
116 Ancaman untuk pasangan selingkuh
117 Permintaan Kakak
118 Hasil ngemis
119 Menjelang akad
120 Misi menjodohkan Kalandra
121 Ketiban sialnya saja
122 Terpaksa memilih
123 Fika pergi
124 Mencari tumpangan
125 Bukan perkara sepele
126 Ipar
127 Dihina ternyata menyakitkan
128 Firman pergi
129 Mulai dari awal
130 Kehidupan Riko
131 Harus kemana?
132 Babak bahagia
133 Percaya diri Riko
134 Ingin cerai saja
135 Mengusir mereka
136 Tidak diakui
137 Bukan anakku?
138 Hasil test DNA
139 Merebut segalanya
140 Kena tipu
141 Menolak membantu
142 Ending
Episodes

Updated 142 Episodes

1
Awal
2
Memergoki
3
Pelajaran pertama
4
Rancangan balas dendam
5
Adik kecil
6
Kuras isi ATM ini !
7
Dulu dan sekarang
8
Amarah Kalandra
9
Tuduhan
10
Kalila mengamuk
11
Kelakuan si miskin
12
Surat perjanjian
13
Rasa kehilangan
14
Firman pusing
15
Pasti bisa!
16
Cemburu si pelakor
17
Dimana uangku?
18
Shopping
19
Jendral
20
Fitnah teman kantor
21
Rencana Firman dan Fika
22
Gagal
23
Salah satunya?
24
Menginginkan Kalila
25
Masuk jebakan
26
Jendral yang mana?
27
Siapa Kalandra Hardian?
28
Perubahan rencana Kalila
29
Meminta perhiasan kembali
30
Harapan Firman
31
Menantang cerai
32
Alasan mempertahankan Kalila
33
Senjata baru
34
Ada rahasia?
35
Kebakaran
36
Meminjam kembali
37
Berusaha menghasut
38
Zonk
39
Ancaman Firman
40
Bukan Kakak kandung Kalila?
41
Talak aku!
42
Rencana selanjutnya
43
Vivi si manipulatif
44
Dugaan perselingkuhan
45
Rekaman video
46
Tuntutan di persidangan nanti
47
Pembalasan untuk Sindi bag. 1
48
Pembalasan untuk Sindi bag. 2
49
Percaya diri
50
Tak mau membantu
51
Tanah harapan terakhir
52
Ditagih hutang
53
Permintaan Firman
54
Main keroyokan
55
Masukan sesat
56
Selingkuh yang sebenarnya
57
Talak untuk istri kedua
58
Siapa!?
59
Tamu
60
Toko milikku
61
Keadaan Bu Midah
62
Fika dan misinya
63
Jadi makmum saya, mau?
64
Kehadiran Fika
65
Firman pasrah
66
Mendatangi Firman
67
Video yang hilang
68
Dadakan
69
Aku... kangen
70
Modus
71
Penyelamat
72
Selingkuhan yang lain
73
Klarifikasi
74
Mendatangi Lia
75
Nasib Firman
76
Lumpuh
77
menghadapi kenyataan
78
Rekomendasi Kalila
79
Diandra menang
80
Siapa yang ganteng?
81
Saat jatuh
82
Dijenguk Kalila
83
Pertengkaran
84
Memangnya, bisa apa?
85
Aksi Riko
86
Fika ikut-ikutan
87
Istri harus patuh!
88
Jebakan Jendral
89
Kebangkitan Diandra
90
Rapat keluarga Jendral
91
Sebuah pilihan
92
Diusir?
93
Hari terburuk Firman
94
Ingin bantuan Kalila
95
Mau jadi menantu Tante?
96
Bertemu mereka lagi
97
Mengerjai mereka
98
Menyiksa mertua
99
Keluar dari rumah
100
Benalu di rumah Vivi
101
Obat
102
Tekad Firman
103
Gagal traktir
104
Dua wanita
105
Kembali teringat mantan
106
Riko ketahuan selingkuh
107
Inikah rasanya?
108
Kedatangan Tamu
109
Izinkan!
110
Ayo, klarifikasi!
111
Ketakutan
112
Jadi pengemis
113
Perlawanan Fika
114
Kehilangan akal sehat
115
Mengusir anak-anak
116
Ancaman untuk pasangan selingkuh
117
Permintaan Kakak
118
Hasil ngemis
119
Menjelang akad
120
Misi menjodohkan Kalandra
121
Ketiban sialnya saja
122
Terpaksa memilih
123
Fika pergi
124
Mencari tumpangan
125
Bukan perkara sepele
126
Ipar
127
Dihina ternyata menyakitkan
128
Firman pergi
129
Mulai dari awal
130
Kehidupan Riko
131
Harus kemana?
132
Babak bahagia
133
Percaya diri Riko
134
Ingin cerai saja
135
Mengusir mereka
136
Tidak diakui
137
Bukan anakku?
138
Hasil test DNA
139
Merebut segalanya
140
Kena tipu
141
Menolak membantu
142
Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!