SMA ***
Mia sampai 15 menit sebelum bel berbunyi, dengan perlahan ia menuruni mobil. Besar tubuhnya membuat Mia sulit bergerak, bulir keringat terlihat menghiasi dahinya.
"Makasih ya pak Hasan, nanti aku kasih kabar klo udah pulang."
"Siap Nona Mia."
Mia pun memasuki sekolah dengan riang. Mia menyapa semua guru yang berpapasan dengannya. Selain ramah dan ceria, Mia adalah salah satu murid berprestasi di sekolahnya. Ia tidak pernah sombong meski menyandang nama keluarga besarnya.
"My big girl sudah datang ternyata." Laras berseru.
Mia menoleh dan tersenyum manis, ia tidak pernah tersinggung meski di bilang besar atau sebagainya. Ia selalu beranggapan "Kenapa harus marah jika itu fakta?"
"Iya donk, gendut bukan alasan untuk jadi pemalas!" Celetuk Mia.
"Uhh... Dalam sekali kata-kata lo. Langsung tepat sasaran ke ulu hati gue!"
Mia terkekeh mendengar rajukan sahabatnya ini. Gadis cantik dengan tubuh semampai, yang kadang membuat iri Mia. Mia menatap takjub pada sahabatnya Laras.
"Kenapa ngeliatin gue kaya gitu?"
"Gue pengen punya badan kaya lo, tapi ga bisa... Gue terlalu keji membiarkan coklat-coklat lezat itu nganggur." Mia mendesah pura-pura sedih.
"Hei, Ga sadar lo?. Badan lo tuh enak banget buat di peluk!!! Gue aja pengen peluk lo terus, empuk dan lembut." Laras bergelayut memeluk Mia.
Mia membiarkan Laras memeluknya, sudah kebiasaan Laras melalukan hal itu. Bahkan sempat ramai siswa lain menyebut mereka penyuka sesama jenis.
"Udah ah peluknya, Udah mau masuk kelas!" Mia melepas pelukan Laras yang cemberut.
"Seenak itu meluk Mia?" Haris sang ketua kelas datang saat bel akan berbunyi.
Laras segera membentangkan tangannya "Tidak untuk lo, atau lelaki lain manapun," Laras berdiri di depan Mia seolah menjadi tameng "Kalian para lelaki hanya mau memanfaatkan Mia karena keluarganya yang kaya dan terpandang, gue tau itu."
"Seburuk itu pandangan lo?"
"Kalian sama saja dengan-" Mia membekap mulut Laras dan menggelengkan kepalanya.
"Apa ini karena Farel yang sempat ngedeketin lo? Gue dengar dia taruhan sama teman se gengnya buat jadiin lo pacar, Mia."
"Stsss... Guru udah masuk tuh. Mau berdiri dilapangan lagi? Hem?" Mia menginterupsi, malas membahas yang menurutnya tidak penting.
Mia benar-benar gadis tangguh, tidak pernah mengambil pusing siswa-siswi yang berbicara buruk dibelakangnya. Mengejeknya karena tubuhnya yang gemuk.
"Gue bukan dia dan tidak seperti dia, lo jangan dengarin kata Laras!" Haris masih berbicara sambil berbisik. Laras menatap malas pada Haris.
Mia menganggukkan kepalanya, tentu saja Haris tidak begitu. Mia dan Haris berteman dari Sekolah Dasar, jadi Mia cukup mengenal karakter Haris.
"Hei, boleh kenalan... aku Farel kelas 2A. Kamu yang kemarin menang olimpiade Sains kan?"
"Kamu asik juga ya ternyata, tau gitu kita kenalan dari dulu."
"Aku suka sama kamu... Mau kan jadi pacar aku?!"
"Bercanda kali, mana mau gue sama cewe gendut. Ya ampun, liat dia aja rasanya jadi gerah."
"Pacar asli gue tuh Raisa, liat sendiri kan bodynya sexy banget!. Itu baru namanya cewe cantik!"
Mia memejamkan matanya, saat mengingat semua kenangan buruk yang sebulan lalu dialaminya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, kembali fokus pada pelajaran sambil tersenyum riang.
🌷🌷🌷
Bel istirahat berbunyi, seluruh siswa keluar dari kelasnya masing-masing.
"Mia, mau ke kantin gak?" Laras bangkit dari kursinya, karena ia tidak sarapan perutnya jadi keroncongan.
"Hm... Gimana ya. Lagi mau mulai diet." Kekeh Mia.
"Wah, pasti dikit lagi hujan. Lo mau diet? Ga percaya ah!"
"Betul sekali, gue gak mau nyiksa diri. Yuk, ke kantin!"
Laras bersorak riang, ia jadi ada teman makan. Satu yang perlu diketahui, melihat Mia makan dapat membuat nafsu makan kita naik.
Saat berjalan ke kantin tanpa sengaja Mia berpapasan dengan Farel, Farel bersikap seolah tidak pernah mengenal Mia. Ia bersikap acuh sambil menggandeng pacarnya Raisa mesra.
Mia hanya tersenyum manis, sungguh ia tidak ingin perduli pada orang yang hanya menaruh luka padanya.
"Babe, coba lihat kakinya yang besar. Kira-kira berapa ya ukuran sepatunya?" Raisa mengejek saat berjalan melewati Mia.
Laras yang mendengar itu tersulut emosi "Hei, pecundang!"
Langkah Farel dan Raisa terhenti, mereka menoleh ke arah Laras dan Mia. Mia mengurut pangkal hidungnya, akan terjadi perang setelah ini.
"Siapa yang lo sebut pecundang?" Nada suara Farel dingin.
"Pacar lo itu, tolong mulutnya dijaga. Jangan sukanya nyinyir, hati gak sama dengan wajah. Busuk!"
"Kenapa lo yang ribut, yang disindir diam aja tuh!" Celetuk Raisa.
Mia benar-benar malas, ia sama sekali tidak tersinggung. Mia merangkul Laras "Apa yang ia bilang benar, tidak ada yang salah. Udah ya... kita ke kantin saja, gue udah lapar."
"Yah, makanlah yang banyak biar badan lo makin besar." Farel menyahut Raisa terkikik geli dan pergi, Laras sudah dibatas emosinya, dengan sekuat tenaga Mia menahan sahabatnya itu.
"Mia, apa-apaan seh... Jangan diem aja donk di bully gitu. Jadi kebiasaan!"
"Gue ga merasa di bully koq, nanti juga capek sendiri."
Laras hanya bisa pasrah menuruti keinginan Mia. Haris melihat kejadian itu mengepalkan tangannya, ia geram pada Farel yang bukannya minta maaf malah menambah masalah dengan Mia.
Please rate, vote dan likenya yach!
Sertakan commentnya agar aku lebih baik lagi, Enjoy!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Ney 🐌
ayo harus lindungi mia
2023-09-21
1
noname
sempet pas SMP kek mia gini gendut dibully tp cm bentar beruntung punya temen baik bgt yg selalu belain. dan aku bukti in dgn mnunjukkan prestasi jd yg bully akhirnya pada diem
2021-09-07
2
Efrida
pernah diposisi ini....n aku dendam sm smua yg bulli aku, n kabar baiknya smua sdh terbalas saat reuni smp n smea 😅😅😅.
2021-09-03
2