Malika yang melihat keberadaan Thomas ingin langsung menemuinya, namun hal tersebut harus ditunda karena Thomas sedang bersama Jonathan. Malika menunggu Thomas sendiri barulah ia akan menghampirinya. dan akhirnya waktu yang dibuang Malika tidak sia-sia, Jonathan terlihat pergi meninggalkan Thomas sendirian yang tengah duduk sambil menikmati kopinya.
Malika datang berdiri dihadapan Thomas dan menyapanya dengan lembut. "Thomas . . . , apakah ini benar kamu Thomas?."
Thomas yang sedang menyeruput kopinya , terlihat terkejut melihat Malika, ia menatap Malika dengan mulut terbuka seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Ma . . . Malika . . . . "
"iya Thomas, ini aku Malika."
Thomas langsung berdiri mengedipkan matanya, seakan masih belum percaya jika Malika berdiri dihadapannya.
"kemana saja kau selama ini, mengapa kau pergi tanpa memberitahuku?." tanya Thomas dengan suara yang menggelegar.s
Dan tanpa basa-basi Malika langsung memeluk Thomas untuk menghilangkan rasa rindunya tanpa memikirkan hal apapun."Thomas . . . akhirnya aku bisa bertemu denganmu."
Tiba-tiba Thomas merasa syok setelah Malika memeluknya secara spontan dan membiarkan Malika memeluknya sejenak, lalu kemudian berusaha mencoba melepaskan pelukan darinya.
"Malika apa yang kau lakukan?, kumohon lepaskan pelukanmu."
Hati Malika terlalu bahagia sampai rasanya tidak mau melepaskan pelukannya, namun ketika ia memikirkan kembali rencananya Malika langsung melepaskan Thomas dari pelukannya.
"maafkan aku Thomas, aku terlalu bahagia melihatmu. dan sebenarnya Thomas ada hal yang harus kubicarakan empat mata denganmu."
"apa maksudmu Lika?, dan bagaimana kau tahu jika aku sedang berada ditempat ini."
Tanpa meminta izin dulu dari Thomas, Malika menarik tangan Thomas kesebuah kamar hotel yang cuma ada mereka berdua.
Thomas merasa terkejut karena Malika begitu berani menarik tangannya setelah bertahun-tahun tidak bertemu. Thomas menghempaskan lengan Malika, merasa malu karena semua mata tertuju kepadanya.
"apa yang kau lakukan Malika?, bukankah kita bisa bicara dikafetaria tadi?, mengapa kau selalu bertindak sesuka hatimu tanpa bertanya lebih dahulu kepadaku?."
Malika menggigit bibirnya mendengar makian Thomas, dan ia juga merasa bingung harus mulai darimana ia bercerita tentang masalahnya.
"ma . . . ma . . . maafkan aku Thomas, aku tidak bermaksud membuatmu malu didepan umum, hanya saja aku ingin berbicara kepadamu tanpa ada orang yang mengganggu."
Seketika itu juga Thomas merasa iba kepada Malika, Thomas menghela nafasnya dan kali ini mengalah kepada Malika.
"baiklah Malika sekarang hanya ada kau dan aku disini, dan saat bini juga kau bisa berbicara denganku sesuka hatimu."
Malika terlihat tersenyum cerah saat hati Thomas luluh dan tidak mengusirnya.
"terimakasih Thomas, sebelum itu aku ingin menunjukkan foto ini kepadamu."
Malika kemudian menyodorkan photo-photo Louis yang ia ambil dari dalam tasnya, dan menunjukkannya kepada Thomas.
Thomas merasa bingung karena ia tidak mengerti maksud Malika menunjukkan foto kepadanya, namun saat Thomas melihat photo tersebut ekspresi wajahnya tercengang karena melihat wajahnya pada saat masa kecil Thomas makin tidak mengerti maksud Malika, ia melihat Malika dengan tatapan tajam dan bertanya kepadanya dengan nada tinggi.
"apa maksudmu memberikan photo masa kecilku?, dan bagaimana kau mempunyai photo-photo ini?.
Malika tersenyum mendengar sederet pertanyaan dari Thomas, ia tak menyangka jika Thomas menganggap photo yang ia berikan adalah photo Thomas kecil.
"Thomas . . . bisakah kau diam sejenak, dan coba kau perhatikan photo itu dengan baik."
Thomas melihat kembali photo tersebut, dan ada sedikit perbedaan didalam photo, yaitu orang yang berdiri disampingnya, dan itu bukankah ibunya Thomas melainkan Malika. Thomas semakin tidak mengerti.
"mmmmm . . . Malika apa kau mengeditnya dan berusaha ingin membodohiku lagi?."
"tentu saja tidak Thomas, mana mungkin aku berani membodohiku."
"jika seperti itu, siapa anak yang berdiri disampingmu ini?, mengapa anak ini memiliki rupa yang sama denganku?."
"apakah kau sangat ingin mengetahuinya?, dan apakah kau siap mendengar cerita yang ingin kubicarakan denganmu?."
"tentu saja aku ingin mengetahuinya, dan kuharap kau tidak mengarang cerita kepadaku."
"baiklah Thomas aku akan memulai ceritanya, apakah kau ingat saat dulu kita pergi kesebuah pulau untuk sebuah pekerjaan?."
Thomas mencoba mengingat kejadian dahulu, namun sepertinya ia lupa dan tak mengingatnya sama sekali.
"Thomas apakah kau lupa?, apa aku perlu menunjukkan sesuatu yang lain kepadamu?."
Malika kemudian mengambil ponsel yang berisikan video, dan memberikannya langsung kepada Thomas.
Thomas yang tidak mengerti maksud Malika mencoba memahami maksud yang ditunjukkan olehnya, Thomas menonton video tersebut, ekspresi wajahnya langsung tercengang saat melihat dirinya dan Malika sedang bercumbu. Thomas seperti tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. kemudian Thomas memelototkan matanya kepada Malika, dan menyerahkan ponsel tersebut kepada Malika kembali.
"apakah bisa kau jelaskan isi video tersebut, karena setelah aku ingat-ingat, sepertinya aku tidak pernah melakukannya denganmu dan apa hubungannya video ini dengan photo anak kecil ini."
"tentu saja kau tidak mengingat kejadian tersebut, karena waktu itu kau dalam keadaan mabuk, kau menganggapku sebagai istrimu dan langsung membawaku ketempat tidur."
"tetapi Malika bukankah kau bisa menolaknya pada saat itu?."
Malika menghela nafasnya, dan menjelaskan kepada Thomas dari awal sampai akhir, dengan cepat dan ringkas agar Thomas cepat memahami. "itu tidak mungkin bisa kulakukan Thomas, karena pada saat itu kejadiannya terlalu cepat bagiku, dan setelah kejadian itu aku merasa malu untuk bertemu denganmu maka dari itu berusaha pergi menjauh dari hidupmu. dan Tanpa kusadari setelah beberapa bulan setelah aku pindah kekota ini, aku hamil anakmu dan aku pun hidup terpencil dikota ini."
Malika merasa lega telah menceritakan semuanya kepada Thomas, kini ia hanya menunggu keputusan Thomas, dan mendengarkan tentang pendapat dari ceritanya.
Thomas duduk diam terpaku, bak sebuah patung, ia tak menyangka jika Malika selama ini mengalami kehidupan yang sulit dikarenakan kecerobohannya. Thomas menggaruk-garuk kepalanya merasa bingung harus berbuat apa, ia melihat kembali photo anak kecil tersebut yang terlihat tersenyum bahagia disamping Malika.
"Malika apakah anak didalam photo ini benar-benar darah dagingmu?, dan siapakah namanya?."
Malika tersenyum bahagia merasa terharu.
"namanya Louis, tentu saja Thomas bukankah kau melihat jika senyuman Louis persis engkau pada saat kecil dulu."
"ucapan Malika memang benar adanya, senyuman anak ini sangat mirip denganku."
ucap Thomas didalam hatinya.
"Malika apakah aku bisa bertemu dengannya."
tanya Thomas yang sangat-sangat ingin bertemu dengan anaknya.
Malika merasa sangat-sangat bahagia, karena Thomas ingin bertemu dengan putranya. ia tidak menyangka jika Thomas percaya dan mau menerima Louis.
"tentu saja Thomas, Louis pasti akan sangat gembira. karena sudah lama ia menanyakan tentang sosok ayahnya."
Thomas merasa bersalah karena membiarkan anaknya tidak merasakan kasih sayang seorang ayah dari bayi, dan Thomas tidak bisa membayangkan bagaimana Malika menjaga putranya seorang diri.
************
Natasha yang sudah merasa baikan mulai mencari keberadaan Thomas, yang katanya ingin mencarikan makanan untuknya. namun sepertinya Natasha sudah menunggu suaminya terlalu lama dan Natasha mulai merasakan firasat yang tidak enak. dan dengan terpaksa Natasha harus mencari keberadaan suaminya pada saat itu juga, agar hatinya merasa tenang dan damai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
Little Peony
🌸🌸🌸
2021-03-02
1