Bab 33. Persiapan pernikahan

Sementara itu, Alvian yang tidak tahu apa-apa tentang konflik antara Ciara dan Vino, mulai merencanakan pernikahannya dengan Ciara. Ia memperkenalkan Ciara kepada keluarganya sebagai calon istri, dan keluarga Dharmawan menyambutnya dengan hangat, termasuk Vino yang terpaksa menyembunyikan kemarahannya.

Setiap kali mereka berkumpul sebagai keluarga, Ciara sengaja menunjukkan kemesraan dengan Alvian di depan Vino. Ia menggenggam tangan Alvian dengan erat, tertawa lepas pada leluconnya, dan bahkan bersandar di bahunya. Vino hanya bisa diam, tapi wajahnya tidak bisa menyembunyikan rasa sakit yang ia rasakan.

Di lain waktu, Ciara berbicara kepada Vino dengan nada lembut tapi menusuk. "Kau tahu, Vino, Alvian jauh lebih baik darimu. Dia memperlakukanku dengan cara yang tidak pernah kau lakukan."

Ucapan itu seperti pisau yang menancap di hati Vino. Tapi ia hanya bisa menggertakkan giginya, menyadari bahwa ini adalah akibat dari kesalahannya sendiri.

"Hari pernikahan "

Hari pernikahan akhirnya tiba. Ciara berdiri di depan cermin, mengenakan gaun pengantin yang indah. Di balik wajahnya yang tersenyum, ada rasa puas yang tak terkira. Ia tahu bahwa hari ini adalah puncak dari rencananya.

Saat ia berjalan menyusuri altar dengan Alvian, ia melirik Vino yang duduk di antara tamu. Wajahnya penuh penyesalan dan rasa sakit. Ciara tersenyum tipis, merasa bahwa dendamnya akhirnya terbalaskan.

Setelah acara selesai, Vino mendekati Ciara saat Alvian sedang sibuk menerima ucapan selamat dari para tamu.

"Selamat, Ciara," kata Vino dengan suara pelan. "Kau menang. Kau berhasil menghancurkan ku."

Ciara memandangnya dengan tajam. "Aku hanya memberikanmu pelajaran, Vino. Jangan pernah bermain-main dengan hati seseorang."

Ciara yang melihat vino sakit/menyesal pun senang karena rencana balas dendam nya berhasil.

"Awal Baru yang Pahit"

Beberapa minggu setelah pernikahan, Ciara mulai merasakan kehampaan yang aneh. Meski ia berhasil membalas dendam, ia merasa ada sesuatu yang hilang. Ia menyadari bahwa kebahagiaan yang ia rasakan hanyalah sementara.

Alvian, yang tidak tahu apa-apa, tetap menunjukkan cinta dan kasih sayangnya. Namun, semakin hari, Ciara merasa bersalah. Ia mulai bertanya-tanya apakah ia bisa menjalani hubungan ini dengan tulus, atau apakah ia akan terus terjebak dalam bayangan dendam masa lalu.

Ciara yang melihat vino pun langsung teringat akan perselingkuhan yang dilakukan oleh vino dan itu membangkitkan semangat niat untuk balas dendam kepada vino semakin besar.

Ciara berkata kepada Alvian Dharmawan, sayang aku boleh berbicara dengan adikmu vino , Alvian Dharmawan pun menjawab boleh baby , Ciara pun mendekati vino dan berbisik permainan baru saja di mulai vino, kamu harus merasakan apa yang aku Rasakan bahkan setiap hari kamu akan melihat aku bermesraan dengan Alvian Dharmawan kakak mu selamat untuk adik ipar ku, vino kamu yang memulai aku hanya mengikuti permainan mu dan semua belum berakhir

"permainan Baru Dimulai"

Saat Ciara mendekati Vino, tubuhnya dipenuhi dengan perasaan puas sekaligus dendam yang membara. Ia menatap pria yang dulu pernah ia cintai itu dengan senyum dingin. Vino, yang sedang berdiri di pojok ruangan resepsi, terlihat gelisah melihat Ciara mendekat. Ia tahu, percakapan ini tidak akan menyenangkan.

Ciara berhenti tepat di hadapan Vino, lalu membungkukkan tubuhnya sedikit untuk berbisik di telinganya.

"Permainan baru saja dimulai, Vino," ucapnya dengan suara pelan tapi tajam, seperti belati yang menembus hati Vino. "Kamu harus merasakan apa yang aku rasakan. Setiap hari, kamu akan melihat aku bermesraan dengan Alvian, kakakmu sendiri. Selamat, adik ipar. Kamu yang memulai permainan ini, dan aku hanya mengikutinya. Tapi ingat, Vino, semua ini belum berakhir."

Wajah Vino memucat. Ia mencoba menjawab, tapi kata-katanya tercekat di tenggorokan. Hatinya dipenuhi rasa bersalah, marah, dan sakit yang bercampur menjadi satu.

"Kau tidak akan bahagia dengan ini, Ciara," bisiknya akhirnya, mencoba mempertahankan sedikit kendali.

Ciara tertawa kecil. "Bahagia? Itu bukan tujuan utamaku, Vino. Aku hanya ingin memastikan kau tahu rasanya kehilangan sesuatu yang kau anggap milikmu."

Setelah pernikahannya dengan Alvian, Ciara semakin menunjukkan kemesraannya dengan sang suami di depan Vino. Ia sengaja memanfaatkan setiap kesempatan untuk membuat Vino merasa tidak nyaman. Mulai dari mengunggah foto-foto romantis di media sosial hingga bersikap mesra di depan keluarga besar Dharmawan.

Setiap kali Ciara memeluk atau mencium pipi Alvian di depan Vino, ia bisa merasakan tatapan penuh rasa sakit dari pria itu. Vino tidak bisa menyembunyikan emosinya. Ia selalu mencari alasan untuk meninggalkan ruangan atau menghindari tatapan Ciara.

Di lain waktu, saat makan malam keluarga, Ciara sengaja menggenggam tangan Alvian dengan erat dan berbicara dengan nada manja.

"Sayang, apa kau ingat tempat bulan madu yang kita bahas tadi? Kurasa itu akan jadi pengalaman yang tak terlupakan untuk kita," ucap Ciara dengan suara lembut yang disengaja.

Alvian tersenyum hangat. "Tentu, baby. Aku akan memastikan kita mendapat pengalaman terbaik."

Vino, yang duduk di seberang meja, hampir menjatuhkan garpunya. Ia tidak tahan mendengar obrolan itu, tapi ia juga tidak bisa mengatakan apa-apa.

Vino mencoba menjaga ekspresi wajahnya tetap tenang meskipun hatinya hancur berkeping-keping. Setiap kata yang keluar dari mulut Ciara terasa seperti belati yang menancap di dadanya. Ia berusaha menyibukkan diri dengan makanan di piringnya, tapi semua itu sia-sia.

Ciara, yang menyadari reaksi Vino, hanya tersenyum puas. Ia menyandarkan kepalanya ke bahu Alvian, mempererat genggaman tangan mereka di atas meja. "Aku tidak sabar, sayang. Rasanya seperti mimpi akan segera menjadi kenyataan," katanya, melirik sekilas ke arah Vino.

Alvian merespons dengan mencium kening Ciara, sikap yang membuat Vino semakin tak nyaman. "Aku juga, baby. Aku ingin memberikan yang terbaik untukmu. Kau pantas mendapatkan semua kebahagiaan di dunia ini."

Vino akhirnya bangkit dari kursinya dengan cepat, menggeser kursi kayu itu hingga berdecit keras. Semua orang di meja, termasuk Alvian dan Ciara, menoleh kaget.

"Maaf, aku harus pergi," ucap Vino singkat, lalu berjalan keluar ruangan tanpa menunggu tanggapan.

Setelah makan malam, Ciara berpura-pura merasa cemas atas sikap Vino. Ia memanfaatkan kesempatan itu untuk berbicara dengan Alvian, memastikan bahwa suaminya tidak curiga terhadap niat sebenarnya.

"Sayang, apa kau pikir Vino baik-baik saja?" tanya Ciara dengan nada penuh perhatian. "Aku merasa dia terlihat tertekan akhir-akhir ini."

Alvian mengangguk, mengelus punggung Ciara dengan lembut. "Mungkin dia hanya lelah dengan pekerjaannya. Kau tahu, Vino bukan tipe yang suka membicarakan masalahnya."

Ciara mengangguk, menyembunyikan senyumnya. "Kau benar, aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja. Bagaimanapun, dia adikmu, dan aku ingin menjadi bagian dari keluarga ini sepenuhnya."

Alvian memeluk Ciara erat. "Itulah yang membuatku mencintaimu, baby. Kau selalu peduli pada orang lain."

Di balik pelukan itu, Ciara merasa puas. Ia tahu bahwa rencananya berjalan dengan sempurna.

Beberapa minggu kemudian, Vino akhirnya tidak bisa lagi menahan diri. Ia memutuskan untuk menemui Ciara secara diam-diam. Ketika ia menemukan kesempatan di taman belakang rumah keluarga Dharmawan, ia mendekati Ciara yang sedang duduk sendirian menikmati udara malam.

"Ciara," panggil Vino dengan nada tegas.

Ciara menoleh, senyumnya tipis namun penuh arti. "Apa lagi, Vino? Kau ingin mengaku kalah?"

"Apa yang kau lakukan ini salah," kata Vino tajam. "Kau memanfaatkan kakakku hanya untuk menyakitiku. Alvian tidak pantas diperlakukan seperti ini. Dia mencintaimu dengan tulus, Ciara!"

Ciara berdiri, mendekati Vino dengan langkah pelan. "Dan aku? Apakah aku pantas diperlakukan seperti sampah olehmu? Kau menghancurkan hatiku, Vino. Jadi, jangan berbicara tentang siapa yang pantas atau tidak. Aku hanya memberikanmu pelajaran yang layak kau dapatkan."

"Aku sudah meminta maaf," sergah Vino. "Aku tahu aku salah, tapi membalas dendam seperti ini tidak akan membuatmu bahagia!"

Ciara menatap Vino tajam. "Bahagia? Aku sudah kehilangan kebahagiaanku saat melihatmu menggandeng wanita lain. Sekarang, aku hanya ingin memastikan kau tahu rasanya kehilangan. Dan aku tahu, setiap kali kau melihat aku bersama Alvian, kau akan merasakan luka yang sama seperti yang kau berikan padaku."

Vino terdiam. Ia tahu apa yang dikatakan Ciara ada benarnya, tapi ia juga tidak bisa membiarkan kakaknya terus dimanfaatkan.

Episodes
1 Bab 1. Perkenalan
2 Bab 31. pernikahan Tian dan putri
3 Bab 32. Cinta dan dendam
4 Bab 33. Persiapan pernikahan
5 Bab 34. konfrontasi di balkon
6 Bab 35. Ciara Hamil
7 Bab 36. Naira di Culik
8 Bab 37. Naira hamil
9 Bab 38. periksa kehamilan citra
10 Bab 39. Tian dan putri
11 Bab 2. apa kamu masih mengingat ku
12 Bab 3. Saingan Nauval
13 Bab 4. Pergi berdua
14 Bab 5. Geng motor
15 Bab 6. Terlambat
16 Bab 7. arena balap
17 Bab 8. Terluka
18 Bab 9. bertemu Daddy
19 Bab 10. Sayang
20 Bab 11. Berubah status
21 Bab 12. melihat seseorang
22 Bab 13. Nonton bioskop
23 Bab 14. Pantai
24 Bab 15. Pacaran
25 Bab 16. acara keluarga
26 Bab 17. Cemburu buta
27 Bab 18. Pengakuan dan pemaafan
28 Bab 19. Keyla dan Arga pacaran
29 Bab 20. Rahasia Naira
30 Bab 21. melepaskan luka masa lalu
31 Bab 22. Maura dan pencarian cinta sejati
32 Bab 23. Cinta baru
33 Bab 24. Vino dan cia sebuah kisah cinta baru
34 Bab 25. Pertemuan tidak terduga
35 Bab 26. Rahasia terkuak
36 Bab 27. Surat untuk Nauval
37 Bab 28. Untuk mu nauval
38 Bab 29. menatap masa depan
39 Bab 30. persiapan pernikahan
40 Bab 31. Hari bahagia
41 Bab 32. pernikahan Tian dan putri
42 Bab 33. persiapan pernikahan
43 Bab 34. konfrontasi di balkon
44 Bab 35. Ciara hamil
45 Bab 36. Naira di culik
46 Bab 37. Naira hamil
47 Bab 38. periksa kehamilan citra
48 Bab 39. Tuan dan putri
49 Bab 40. kebahagiaan Tian dan putri
50 Bab 41.berkumpul di rumah Naira
51 Bab 42. persalinan Naira
52 bab 43.ciara melahirkan
53 Bab 44. sadarnya putri dari koma
54 Bab 45. Kembali ke rumah
55 Bab 46. Retaknya sebuah ikatan
56 Bab 47.Keputusan yang Mengubah Segalanya
57 bab 48. Ciara dan Tian pulang ke rumah
58 Bab 49. Riko yang menyesal
59 Bab 50. Berkumpul di rumah Riki dan Citra
60 Bab 51. Aldi yang terbangun dari tidurnya
61 Bab 52. Ulang tahun Bagaskara putra
62 Bab 53. Kirana ulang tahun
63 Bab 54. Hari ulang tahun Aldi
64 Bab 55. Riko datang menemui putra nya
65 Bab 56. Taman bermain
66 Bab 57. Aldi yang berkunjung ke rumah putra
67 Bab 58. Perasaan yang tidak terucap
68 Bab 59. Jam istirahat sekolah
69 Bab 60. Bermain bersama
70 Bab 61. Raka yang memendam perasaan suka sama Kirana
71 Bab 62. Raka yang kecewa
72 Bab 63.kirana bicara sama ayahnya tian
73 Bab 64. olimpiade di sekolah TK
74 Bab 65. di sudut aula
75 Bab 66. selesai olimpiade
76 Bab 67. Petualangan Baru di Dunia Penulisan
77 Bab 68.Tantangan Baru, Dunia Baru
78 Bab 69. berkumpul bersama
79 Bab 70. Akhir yang bahagia
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1. Perkenalan
2
Bab 31. pernikahan Tian dan putri
3
Bab 32. Cinta dan dendam
4
Bab 33. Persiapan pernikahan
5
Bab 34. konfrontasi di balkon
6
Bab 35. Ciara Hamil
7
Bab 36. Naira di Culik
8
Bab 37. Naira hamil
9
Bab 38. periksa kehamilan citra
10
Bab 39. Tian dan putri
11
Bab 2. apa kamu masih mengingat ku
12
Bab 3. Saingan Nauval
13
Bab 4. Pergi berdua
14
Bab 5. Geng motor
15
Bab 6. Terlambat
16
Bab 7. arena balap
17
Bab 8. Terluka
18
Bab 9. bertemu Daddy
19
Bab 10. Sayang
20
Bab 11. Berubah status
21
Bab 12. melihat seseorang
22
Bab 13. Nonton bioskop
23
Bab 14. Pantai
24
Bab 15. Pacaran
25
Bab 16. acara keluarga
26
Bab 17. Cemburu buta
27
Bab 18. Pengakuan dan pemaafan
28
Bab 19. Keyla dan Arga pacaran
29
Bab 20. Rahasia Naira
30
Bab 21. melepaskan luka masa lalu
31
Bab 22. Maura dan pencarian cinta sejati
32
Bab 23. Cinta baru
33
Bab 24. Vino dan cia sebuah kisah cinta baru
34
Bab 25. Pertemuan tidak terduga
35
Bab 26. Rahasia terkuak
36
Bab 27. Surat untuk Nauval
37
Bab 28. Untuk mu nauval
38
Bab 29. menatap masa depan
39
Bab 30. persiapan pernikahan
40
Bab 31. Hari bahagia
41
Bab 32. pernikahan Tian dan putri
42
Bab 33. persiapan pernikahan
43
Bab 34. konfrontasi di balkon
44
Bab 35. Ciara hamil
45
Bab 36. Naira di culik
46
Bab 37. Naira hamil
47
Bab 38. periksa kehamilan citra
48
Bab 39. Tuan dan putri
49
Bab 40. kebahagiaan Tian dan putri
50
Bab 41.berkumpul di rumah Naira
51
Bab 42. persalinan Naira
52
bab 43.ciara melahirkan
53
Bab 44. sadarnya putri dari koma
54
Bab 45. Kembali ke rumah
55
Bab 46. Retaknya sebuah ikatan
56
Bab 47.Keputusan yang Mengubah Segalanya
57
bab 48. Ciara dan Tian pulang ke rumah
58
Bab 49. Riko yang menyesal
59
Bab 50. Berkumpul di rumah Riki dan Citra
60
Bab 51. Aldi yang terbangun dari tidurnya
61
Bab 52. Ulang tahun Bagaskara putra
62
Bab 53. Kirana ulang tahun
63
Bab 54. Hari ulang tahun Aldi
64
Bab 55. Riko datang menemui putra nya
65
Bab 56. Taman bermain
66
Bab 57. Aldi yang berkunjung ke rumah putra
67
Bab 58. Perasaan yang tidak terucap
68
Bab 59. Jam istirahat sekolah
69
Bab 60. Bermain bersama
70
Bab 61. Raka yang memendam perasaan suka sama Kirana
71
Bab 62. Raka yang kecewa
72
Bab 63.kirana bicara sama ayahnya tian
73
Bab 64. olimpiade di sekolah TK
74
Bab 65. di sudut aula
75
Bab 66. selesai olimpiade
76
Bab 67. Petualangan Baru di Dunia Penulisan
77
Bab 68.Tantangan Baru, Dunia Baru
78
Bab 69. berkumpul bersama
79
Bab 70. Akhir yang bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!