Bab 4

Angga terbangun dari tidur siangnya, pemuda itu merasa tenggorokannya mulai mengering. ia mengambil sebuah botol air yang berada di atas meja, tepat di samping ranjangnya. Namun, setelah di perhatikan, ternyata isi di dalamnya sudah habis.

Pemuda itu turun dari ranjang, dan bergegas keluar dari kamar. Tangannya menenteng sebuah botol kosong untuk di isi air. Dia juga bermaksud untuk sekalian membuat kopi.

Namun, baru saja langkah kakinya sampai di dekat tangga yang menuju lantai atas, indra pendengarannya menangkap sebuah suara aneh, seperti suara di film-film yang pernah beberapa kali ia tonton di kala sendirian. Dan pemuda itu sangat yakin, jika suara itu berasal dari dalam kamar yang di huni oleh ayahnya.

** Akh..!! Kau sangat sempit sayang. Kau sangat nikmat sekali.. **

** Ahh ! mas. Ampun...!! ehm.. !! Ini sakit sekali. Akh..pelan-pelan Mas. **

** Tahan sayang,, sabar ya..ini sangat nikmat dan menyenangkan.**

** Akhhh..mas..,, ehm.. Pelan-pelan sayang. Itu sakit. Akhhhh...!! **

suara itu terus menggema di pendengaran Angga, membuat Angga shock dan mematung di bawah tangga.

" Shit !!! mereka melakukannya di siang hari begini. " Angga memaki dengan pelan.

Angga mengurungkan niatnya, pemuda itu berbalik badan kemudian pergi dari sana. Dia melangkahkan kakinya untuk kembali ke kamarnya, dengan jantungnya yang berdebar kencang dan menggila.

Terlihat wajah pemuda itu memerah bak tomat masak, hingga mencapai batas telinga. Bahkan rasa haus yang tadi menerpa tenggorokannya, seakan hilang entah kemana.

Angga masuk ke dalam kamar, dan membanting pintu kamar itu dengan kencang.

Brakkk..!!

" Shit..!! "

Angga mengumpat dengan kesal. Seraya menghempaskan badannya pada ranjang king size berwarna hitam miliknya. Memutuskan untuk kembali istirahat dan memejamkan matanya. Namun, tiba-tiba saja, teriakan dan desahan sang ibu tiri, yang ia dengar beberapa saat yang lalu, kini mendayu di otaknya. Seakan suara sexy itu memang sengaja di perdengarkan untuk dirinya.

" Brengsek !! Kenapa aku malah terngiang-ngiang dengan suara perempuan itu. Ah.! Sial.!! " Batin Angga mengumpat dengan kesal.

Hufhhh...!!

Pemuda itu membuang nafas dengan berat, kemudian bangkit dan turun dari ranjangnya. Dia berjalan masuk ke dalam kamar mandi, kemudian mengguyur seluruh tubuhnya menggunakan air dingin, bermaksud untuk menghilangkan suara-suara laknat yang terus menyerang dan mencemari otak polosnya.

Sudah sekitar empat puluh menit Angga mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Bahkan tubuh pemuda itu sudah berubah keriput lantaran terlalu lama terkena air, namun..suara desahan Yulia justru semakin terdengar merdu di otaknya. Membuat pemuda itu berteriak frustasi.

" Arrgggghh...!! Brengsek..!!! "

Angga benar-benar jengkel dan juga kesal. Sewaktu dia masih di New York, pemuda itu sering melihat teman-temannya bercinta dengan para kekasih mereka. Bahkan Angga pernah tak sengaja memergokinya secara langsung. Namun Angga tetap santai, bahkan dia merasa jijik dengan hal tidak senonoh yang sudah di lihatnya. Bahkan dia tak sanggup menelan nasi hingga berhari-hari, karena teringat hal yang menjijikan seperti itu.

Namun berbeda untuk yang kali ini, setelah mendengar pergulatan ayahnya dengan ibu tirinya. Dia justru merasakan perasaan aneh dan rasa asing yang menyerang dirinya. Apa lagi di saat mendengar teriakan dan desahan yang keluar dari mulut sexi Yulia, itu benar-benar membuat Angga gila.

Angga menghentikan aksi penyiraman air dingin pada tubuhnya. Pemuda itu berganti membersihkan tubuhnya, setelah selesai, dia merampas handuk yang ada di dekatnya dan memakainya.

Angga keluar dari dalam kamar mandi, dengan handuk yang ia lilitkan sebatas pinggang. dada bidang serta perut kotak-kotak tampak terlihat indah dan memanjakan mata.

Pemuda itu berjalan ke arah walk in closet, kemudian mengambil pakaian kas anak muda.

Ia mengenakan celana jins hitam warna Favoritnya, dengan kaos oblong berwarna putih yang pres di badannya.

Angga menyambar sebuah jaket kulit serta kunci mobil yang tergeletak di atas nakas. kemudian, pemuda itu berjalan keluar dari kamar dan melangkah keluar menuju mobilnya yang sudah siap di depan rumah.

Angga masuk kedalam mobil dan menghidupkan mesin. Kemudian, dia menjalankan laju mobilnya dengan kencang meninggalkan pekarangan rumah.

****

Di dalam kamar, Rama tengah menatap wajah cantik sang istri, yang tengah tertidur lelap setelah aktifitas kasarnya beberapa jam yang lalu.

" Ma'afkan Mas ya sayang, Mas sangat kasar tadi. Maaf, Mas tidak bisa mengendalikan diri. " Ucap Rama sembari mengendus kembali aroma vanila pada tubuh istrinya.

Melihat Tubuh istrinya yang polos dan hanya tertutup dengan selimut, membuat gairah Rama bangkit kembali. dengan ganas dia mulai menc*umi dan memainkan d*da sang istri, hingga membuat sang istri terbangun dari tidurnya.

" Mas..." Panggil sang istri dengan lembut

" Sayang,,..Mas sudah tidak tahan. Mas menginginkannya lagi. " Ucap Rama sembari melepas celana Boxer yang ia kenakan.

" Tapi ini masih sakit loh sayang ." Ucap Yulia.

" Kamu tidak bisa menolak sayang. Mas sudah tidak tahan. Ingat..menolak suami itu dosa lho" Rama kembali menghujamkan senjata pamungkasnya dengan kasar dan juga penuh gairah.

" Akhhh !! sakit mas,, tolong berhenti dulu. hiks.. hiks ampun mas, berhenti dulu tolong."

Yulia berteriak sembari mencengkeram pundak suaminya menggunakan kuku-kuku tajamnya. Namun.. sang suami tidak menghiraukannya. Seakan rasa sakit akibat kuku dari istrinya bukanlah apa-apa.

" Akh...kau sangat nikmat sayang, ini sangat menyenangkan. " Rama meracau sembari melahap bibir istrinya.

Rama terus melakukan perbuatannya dengan penuh gairah dan kepuasan, sedangkan sang istri mati-matian menahan rasa sakit dan menyiksa di bawah sana.

Bik Ijah yang tengah menyapu di lantai bawah, hanya menggelengkan kepalanya. Wanita itu memilih pura-pura tidak mendengar apa-apa, meskipun ia sempat menggerutu dalam hati.

" Huh. Tuan benar-benar keterlaluan. Sudah tahu nyonya sampai teriak-teriak dan menangis begitu, tapi tetap saja di gas. Dasar laki-laki egois. " Rutuk Bik Ijah dalam hati.

*****

Sore harinya, Yulia berniat untuk bersantai pada sebuah taman yang ada di sebelah rumahnya.

Wanita itu berjalan keluar dengan pelan meninggalkan suaminya yang tengah tertidur pulas di atas ranjang. ia melangkahkan kaki nya secara perlahan menuruni anak tangga, karna jujur saja bagaian intinya masih lumayan sakit dan juga terasa membengkak di bawah sana.

Sedangkan Bik Ijah yang melihat sang nyonyanya kesulitan berjalan, cepat-cepat melangkah dan menghampirinya.

" Ya Allah Nyonya..,, kenapa tidak istirahat saja dulu. Kenapa musti turun ? Kalau butuh apa-apa, nyonya tinggal panggil saya saja dari lantai atas. " Ujar Bik Ijah dengan raut wajah yang terlihat khawatir.

Sedangkan Yulia yang kepergok oleh pembantunya tentang dia yang tak bisa berjalan, seketika malu menyelimuti hatinya. Karna bagaimana pun pembantunya pasti tau apa yang tengah terjadi beberapa jam yang lalu, hingga membuatnya tak bisa berjalan seperti ini.

Sedangkan bik Ijah seakan tau apa yang ada di pikiran sang majikannya saat ini.

" Nya...nyonya tidak perlu malu sama saya, kita sama-sama wanita. Apa lagi Bibik juga sudah pernah menikah. jadi..hal semacam ini wajar bagi seseorang yang sudah berumah tangga." Bik Ijah berucap dengan bijak.

Yulia yang mendengar kata-kata dari bik Ijah, mulai bersikap santai dan tenang. Dia tersenyum ke arah wanita paruh baya itu.

" Terimaksih bik,, Tolong antarkan saya ke bangku taman yang ada di samping rumah ini. Saya ingin bersantai Bik. "

" Baik Nyah.,, Mari saya antar. " Jawab Bik Ijah sembari memapah sang majikan dengan perlahan.

Setelah sampai di taman, Yulia duduk di sebuah ayunan sembari melenggangkan kakinya. Sedangkan sang pembantu sudah kembali masuk ke dalam rumah untuk melakukan pekerjaannya.

Sekitar lima belas menit Yulia bermain ayunan, akhirnya wanita itu mulai merasa bosan. Dia bangkit dan melangkahkan kakinya dengan pelan, menghampiri beberapa tanaman bunga yang terletak tidak jauh dari tempat ayunan itu. dan segera duduk lesehan disana.

Seketika rasa emosi dan jengkel melanda hatinya. tak kala ia mengingat perbuatan kasar sang suami beberapa jam yang lalu. Bukan tentang sakit pada tubuhnya, bukan pula sakit pada barang pribadinya. Namun, tentang jeritan dan tangisannya yang tidak di perdulikan sama sekali oleh sang suami.

Cinta itu bukan hanya sedekar saling memberi. Bukan pula hanya sekedar saling menikmati. Namun cinta itu juga harus saling mengerti dan saling mengasihi.

Lantas mengapa sang suami tak bisa mengerti dan mengasihaninya ?

Orang cinta pasti ada nafsunya, sedangkan orang yang nafsu belum tentu ada cintanya. Selepas apa pun itu alasannya, jika seseorang itu benar-benar mencintai kita, maka dia tidak akan menyakiti kita, dia juga tidak akan mungkin memikirkan dirinya sendiri.

Yulia mengambil sebuah bunga yang memiliki duri tajam pada tangkainya, Wanita itu menggegam tangkai berduri itu dengan erat, hingga mengeluarkan darah yang mengalir deras dari telapak tangannya yang terluka.

" Dengan begini aku akan fokus dengan sakit di tanganku tanpa memikirkan hal yang tidak terlalu penting. " Ucapnya dalam hati.

Tanpa dia sadari, seseorang tengah menatap dirinya, dari balik kaca mobilnya.

Terpopuler

Comments

edmundヾ

edmundヾ

Saya mengikuti cerita ini dengan antusias, author jangan berhenti ya!

2024-10-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!