Menolong Uma

Aku hanya bisa memejamkan mata dan pasrah jika harus mati sekarang, karena aku tidak bisa kabur, tangan dan kakiku sudah diikat oleh lelaki itu. Belum lagi puluhan centeng yang sudah menatapku seolah ingin menelanku hidup-hidup.

Namun ketika keris itu hampir menancap di dadaku seorang wanita cantik melesatkan sebuah kilatan cahaya putih kearah lelaki itu dan membawaku pergi dari sana.

"Siapa kamu, kenapa kau selalu datang menolongku?" tanyaku penasaran

Dia hanya tersenyum simpul tanpa menjawab pertanyaan ku dan meninggalkan aku sendiri.

**Tok ..tok...tok!!

Suara ketukan pintu membangunkan aku dari tidurku, kulihat Uma membukakan pintu dan mempersilahkan masuk beberapa orang polisi kedalam rumah.

Aku terperangah sejenak melihat kedatangan polisi kedalam rumah Om Dhanu, kenapa mereka datang kemari?, apa mereka ingin menangkap kami karena telah merampok rumah Ki Lurah.

Aku Buru-buru keluar dari rumah itu fan berlari sejauh mungkin melalui pintu belakang agar polisi tidak menangkapku.

Aku berlari tanpa arah dan tujuan, hanya mengikuti laju kaki dan kata hati yang membawaku menuju candi Telih.

Nafasku terengah-engah karena sudah berlari sejauh sepuluh kilometer tanpa henti. Aku jadi kepikiran dengan Om Dhanu bagaimana nasibnya kini, apa dia tertangkap atau bisa kabur dari kejaran polisi.

Ingin rasanya menelpon Uma, tapi aku tidak punya nomor telponnya, hal ini membuat aku semakin gelisah memikirkan nasib Om Dhanu.

Hampir-hampir tiga jam aku bersembunyi di dalam candi, namun rasa khawatir membuat aku akhirnya kembali ke rumah Om Dhanu.

Sesampainya dirumah itu aku melihat rumah sudah dalam keadaan sepi, tidak ada seorangpun disana, bahkan kamar Uma sudah kosong, baju-bajunya di lemari juga sudah tidak ada.

Kemana anak itu, apa dia pergi meninggalkan rumah setelah ayahnya ditangkap polisi, aku jadi merasa bersalah karena tidak bisa menjaga anak itu.

Ingin rasanya menayakan apa yang terjadi kepada para tetangga tapi aku tidak punya nyali, aku takut jika mereka melihatku maka mereka akan melaporkan aku ke polisi.

Malam sudah mulai menjelang, aku akan menginap di rumah ini sambil menunggu kabar dari Om Dhanu.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam, tapi mataku tidak dapat terpejam, aku masih memikirkan nasib Om Dhanu dan Uma sehingga susah untuk tidur.

Aku mencoba memejamkan mataku, ketika aku mulai terlelap tiba-tiba ku dengar desah nafas seseorang yang masuk kedalam rumah.

*Hosh, hosh, hosh!!

Bunyinya sangat keras hingga membuatku terjaga. Kucoba membuka pintu kamarku untuk melihat siapa yang datang, ternyata sesosok mahluk raksasa bertubuh besar berwarna hijau dengan mata besar yang hampir keluar dari tempatnya dan bertaring.

Buto Ijo, makhluk itu seperti sedang mencari sesuatu di rumah ini. Aku lihat dia masuk kedalam kamar Uma, dan langsung mengerang keras ketika tidak mendapati dia disana ia juga memasuki kamar Om Dhanu dan kembali berteriak karena tidak mendapatkan apapun disana. Aku langsung bersembunyi dibalik pintu ketik makhluk itu kini memasuki kamarku.

Bau busuknya yang sangat menyengat membuat perutku mendadak mual dan ingin muntah.

*Huek!!

Aku segera menutup mulutku ketika makhluk itu menoleh kearahku seakan mengetahui keberadaan ku, matanya yang besar membuatku ketakutan dan langsung menundukkan pandanganku. Anehnya walaupun makhluk itu sudah berada tepat didepanku tapi dia tidak dapat melihatku, mungkin ini karena kalung pemberian Om Dhanu yang ku pakai.

Om memang pernah bilang jika kalung ini akan membuat kita tidak terlihat oleh makhluk halus yang akan berbuat jahat pada pemiliknya.

Setelah mengacak-acak kamarku dan tidak menemukan apa-apa, makhluk itu kemudian pergi meninggalkan kamarku.

"Huft!!, Alhamdulillah masih selamat juga gue!" aku langsung mengikuti makhluk itu dari kejauhan.

Seoarang lelaki paruh baya menunggu makhluk itu didepan rumah.

"Ki Lurah!!" aku tidak percaya ternyata makhluk itu adalah peliharaan Ki Lurah, rupanya dia sudah tahu kalau aku dan Om Dhanu yang merampok rumahnya kemarin malam

"Apa kau menemukan benda itu!" tanya ki Lurah

Makhluk itu hanya menggelengkan kepalanya membuat lelaki itu murka.

"Kau memang kurang ajar Dhanu, kau akan menerima balasannya karena telah berani mengacak-acak istanaku, aku yakin kalung itu ada pada pemuda yang bersamanya malam itu, aku akan mencarinya!" ucap Ki Lurah

"Dan untuk tumbalmu, aku memberikan putri Dhanu kepadamu carilah gadis itu di rumah adik Dhanu di desa Sumberawan," ucap Ki Lurah membuat aku geram

Bagaimana mungkin dia tega menjadikan Uma yang bukan keluarganya sebagai tumbal pesugihannya.

Rasanya ingin aku menghajar lelaki itu dan membunuhnya, tapi aku sadar kekuatanku belum cukup untuk menghadapi lelaki itu. Aku bisa merasakan kalau dia bukan orang sembarangan, yang jelas sekarang aku harus pergi ke desa Sumberawan untuk menolong Uma.

Aku langsung berlari lewat pintu belakang menuju ke desa Sumberawan, walaupun aku tidak tahu dimana Uma tinggal setidaknya aku bisa bertanya pada warga sekitar siapa keluarga Uma yang ada disana.

Aku berjalan menyusuri gelapnya malam, jalanan kampung yang gelap karena kurangnya penerangan, membuat suasana menjadi menyeramkan. Ditambah bunyi serangga malam dan juga suara burung Cabak Kota yang membuat suasana malam menjadi lebih horor.

Aku mempercepat langkah kakiku agar tidak terlambat menolong Uma.

Tiba-tiba saja saat aku melewati jembatan kampung aku melihat banyak wanita cantik disana dan berlari mendekatiku.

Aku tahu mereka bukan manusia, tapi ketika mereka bisa melihatku, gue yakin mereka bukan hantu jahat.

"Mas, kok sendirian saja, daripada sendirian mending temani kita aja disini," ucap wanita itu bergelayut manja dilengan ku

"Maaf aku tidak bisa, aku sedang mencari rumah seseorang, apa kamu bisa membantuku menunjukkan dimana rumah keluarga Uma?" tanyaku berharap mereka sebagai Danyang (Hantu) penunggu kampung tentu tahu dimana rumah keluarga Uma.

"Yo jelas aku ngerti rumahe mbok Sukiyem, tapi ana syarate Cah Bagus," jawab wanita itu menggodaku

"Apa syaratnya?"

"Aku pengin nyirih, sudah lama tidak ada yang memberi sesaji di rumahku," jawab wanita itu

"Baik, tapi tidak sekarang, aku janji besok akan memberikan kamu sesaji. Dimana tempat tinggalmu?" tanyaku lirih

"Di pohon beringin itu!" jawabnya sambil menunjuk pohon beringin besar yang tidak jauh dari jembatan

"Sekarang katakan dimana rumah mbok Sukiyem itu?" tanyaku memaksa

"Aku ikut kamu saja, biar aku tunjukkan dimana rumahnya," wanita itu menarikku menuju ke sebuah rumah papan yang berada di depan jalan raya.

Saat kami baru saja sampai di rumah itu, aku mendengar suara teriakan minta tolong dan aku yakin itu suara Uma.

Aku langsung berlari masuk kedalam rumah, Namum wanita itu malah menarikku keluar.

"Apalagi!" tanyaku kesal

"Kamu hati-hati ya Cah Bagus, didalam ada Buto Ijo yang akan mengambil tumbalnya," ucap wanita itu melepaskan tanganku

"Iya aku tahu, makannya aku datang kemari untuk menolong Uma," jawabku

"Uunch so sweat banget si kamu, jadi suka deh sama kamu," ucap wanita itu mencubit pipiku

"Jangan genit deh, sudah balik sana ke asalmu!" hardikku untuk mengusir hantu genit itu

"Ok ganteng, sampai ketemu lagi bye!" ucapnya kemudian menghilang dari pandanganku,

Aku segera mencongkel pintu rumah itu dan langsung mencari sumber suara Uma yang menjerit minta tolong.

Aku melihat makhluk itu sedang mencekik Uma yang sudah kehabisan nafas.

Terpopuler

Comments

Aqiyu

Aqiyu

keren Gilang bisa ngerayu demit-demit ganjen

2022-10-06

0

Sumawita

Sumawita

Gilang kamu pasti bisa menolong uma

2022-09-27

0

Mmh Tiara Mmh

Mmh Tiara Mmh

hadeeeehhhhh serem deh thor pas baca malem jumat lagi

2022-01-27

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!