Roda Berputar

Januari 2012 aku keluar dari penjara, tidak ada penyambutan dari keluarga ataupun kerabat dekat membuatku sedih karena kini aku hidup sebatang kara.

Disaat keluarga angkat ku meningalkan aku, teman-temanku juga menjauhiku. Teman-teman yang dulu selalu ku bangga-banggakan di depan keluargaku malah meninggalkan diriku disaat susah.

Aku menyesal kenapa dulu aku menyia-nyiakan keluarga angkat ku yang begitu menyayangi aku. Bahkan aku ingat Papah begitu menyayangi aku daripada ka Fitri anak kandungnya, tapi aku malah mengecewakan mereka.

Maafkan aku Pah, Mah, karena sudah mengecewakan kalian, Gilang menyesal karena tidak mendengarkan nasihat kalian.

Bahkan disaat aku cuma meminta menginap dirumahnya untuk semalam saja tidak satupun yang bersedia menampungku walau cuma satu malam saja. Benar-benar tidak tahu balas budi, padahal aku dulu sangat royal pada mereka, jangankan tempat tinggal, makan setiap hari mereka aku yang tanggung, bahkan untuk uang jajan mereka aku juga selalu memberikannya secara cuma-cuma, tapi giliran aku minta tolong tidak ada satupun yang mau membantuku dan semuanya menjauh seperti tidak mengenalku.

Rasanya sesal sudah tidak berguna lagi, karena Mamah dan Kak Fitri sudah pindah dari kota ini hanya untuk menghindari aku, mereka takut denganku karena sering mengamuk di rumah jika keinginanku tidak terpenuhi.

Maafkan Gilang Mah, aku tahu mamah pasti sangat membenci gue karena Papah meninggal karena aku.

Roda berputar begitu cepat, dulu aku yang hidup bergelimang harta kini harus berubah menjadi gelandangan yang tak punya tempat tinggal.

Dulu aku yang suka menghambur-hamburkan uang untuk berfoya-foya dengan teman-teman, kini seperak pun duit aku tidak punya, bahkan untuk makan aja tidak ada.

Sudah dua hari aku tidak makan karena tidak ada yang dimakan, bahkan aku terpaksa harus tidur di emperan toko bersama gelandang dan para tunawisma lainnya.

Sedih memang kalau dikenang semua kenangan hidupku bersama keluarga angkat ku. Saira kekasihku juga tiba-tiba langsung memutuskan hubungan kami membuat aku benar-benar separti peribahasa sudah jatuh tertimpa tangga. Satu-satunya orang yang aku sayang yang harusnya ada didekat ku untuk menyemangati aku dan setidaknya menjadi penghibur ku disaat gundah malah berpaling dengan Lelaki lain yang lebih kaya .

Hidup harus tetap berjalan walaupun aku sedang tertimpa banyak masalah, laku harus tetap survive, life must go on. Hari ini aku bersiap-siap untuk mencari pekerjaan agar aku bisa hidup normal lagi seperti yang lainnya.

Sudah berbagai tempat usaha, dari toko, bengkel, dan tempat usaha lainnya ku datangi namun tidak satupun yang mau menerima ku bekerja di tempatnya.

Mungkin ini karma atau apa aku tidak tahu yang jelas aku butuh uang sekarang, dan itu yang membuatku berpikir untuk menjadi seorang rampok.

Sasaran pertama rumah yang akan ku rampok adalah rumah Saira, iya aku akan merampok rumah mantan kekasihku itu. Karena aku tahu ayahnya adalah orang terpandang di kota ini. Namun mereka adalah orang kaya yang pelit dan itulah yang membuat aku ingin mengambil sebagian hak kaum duafa yang ada di keluarga itu.

Malam hari pukul satu dini hari disaat orang sedang terlelap dengan mimpi indahnya, aku bersiap-siap untuk menjalankan misi ku.

Aku bisa masuk kerumah Saira dengan mudah karena aku sudah hafal semua dengan kondisi keluarga ini. Bagaimana tidak, aku sudah mengenal keluarga ini dengan baik selama tiga tahun ketika aku berpacaran dengan Saira. Setelah berhasil menggasak sebagian harta keluarga Saira, aku langsung bergegas meninggalkan rumah itu. Sayangnya aku lupa mematikan kamera CCTV dirumah itu hingga membuat rekam kejahatanku terendus pihak berwajib.

Maklum saja, hal itu karena aku masih amatiran. Aku membagikan sebagian hasil rampokan ku kepada para gelandangan, tunawisma, dan kaum duafa lainnya.

Aku tidak mau menikmati uang itu sendirian, karena aku tahu ada hak mereka disana.

Hari-hariku kini menjadi rampok dan menjadi buronan polisi. Makanya aku tidak berani keluar siang hari, aku biasanya menyuruh seorang anak gelandangan untuk membelikan makanan untukku.

Mungkin ini adalah hari sialku, ketika rasa lapar menyerangku tidak ada satupun bocah gelandang atau pengemis yang berlalu lalang didepan kosanku. Terpaksa aku harus keluar dari kosanku menuju ke rumah makan.

Ketika aku selesai membeli makanan tiba-tiba seorang polisi berlari kearahku untuk menangkapku.

Aku berlari sekencang-kencangnya untuk menghindari kejaran polisi hingga mereka melesatkan timah panasnya kearahku dan mengenai kakiku.

*Aaarghhh!!

Aku mengerang menahan sakit karena timah panas yang membuat kakiku terasa perih, panas hingga ke otakku. Kurasakan pandanganku mulai berkunang-kunang ketika sebuah timah panas kembali menembus kakiku lagi, dan dalam keadaan setengah sadar seseorang lelaki paruh baya datang menyelamatkan aku dan membawaku pergi hingga tidak tertangkap polisi.

"Papah!!" Aku selalu menyebut nama itu berharap ayahku akan datang menolongku.

"Dia sudah sadar Ayah," samar-samar kudengar suara seorang perempuan disamping ku.

Aku berusaha membuka mataku untuk memastikan bahwa aku masih hidup.

"Bangun!!, jangan cengeng!" seru seorang lelaki di depanku, membuat aku terbangun dan langsung duduk diatas ranjang kayu yang sudah usang

"Siapa namamu cah bagus?" tanya lelaki itu

"Gilang," jawabku lirih

"Hmmm, kalau aku lihat dari auramu kau akan menjadi seorang rampok yang tersohor dan kau bisa menjadi penggantiku, mulai sekarang kau Gilang resmi aku angkat sebagai muridku sekaligus penerus dari Dhanu si Raja rampok di Malang ini," ucap lelaki itu sembari memukul pundakku

Aku hanya terdiam mendengar ucapan lelaki itu. Antara bahagia atau sedih aku tidak tahu apa yang kurasakan saat ini tapi setidaknya aku sekarang aman disini karena ada yang menganggap ku sebagai keluarganya.

Om Dhanu begitu baik dan perhatian padaku, selama aku sakit aku dirawat oleh Uma anak perempuannya. Setelah kakiku sembuh Dhanu mengajakku kesebuah hutan lali jiwo yang terletak di gunung Arjuno di daerah Singosari Malang.

"Sekarang kau akan ku latih untuk menjadi rampok yang sakti mandraguna dan tidak dapat terciduk polisi," ucap Om Dhanu

Dia memberikan sebuah kalung dari taring harimau kepadaku.

"Kalung ini akan membuatmu tidak terlihat oleh makhluk gaib yang akan berbuat jahat padamu, dan untuk menjadi seorang rampok yang sakti dan disegani kamu harus memiliki ilmu Kanuragan yang akan membutmu disegani lawan dan kawan-kawanmu!"

Aku hanya mengangguk setuju dengan semua ucapan Om Dhanu.

"Kau harus melakukan harus berpuasa mutih selama 21 hari atau 40 hari, ditambah patigeni selama 3 atau 7 hari untuk mendapatkan ajian sirep megananda

Yang mana penguasa aji sirep tingkat tinggi ini dengan sempurna kau akan bisa menghilang atau tidak terlihat," ucap Om Dhanu membuatku merinding

"Baik Om," jawabku singkat

"Sekarang panggil aku Ayah, jangan panggil Om, kau akan ku tinggal disini, aku akan kembali setelah tapamu selesai, jangan tergoda oleh apapun yang akan menganggu puasamu, kalau kau tidak ingin gagal!" seru Om Dhanu yang kemudian meninggalkan aku di sana

Terpopuler

Comments

Yuli Eka Puji R

Yuli Eka Puji R

gilang gilang km bersedekah dengan hasil curian sama saja km nyuci baju pke air kencing 🤧🤧

2022-11-03

0

Yuli Eka Puji R

Yuli Eka Puji R

lah iya lah km sindikat narkoba coba klo bukan itu masalahnya pasti ada temen yg mau nolong, mereka kan ga mau ambil resiko

2022-11-03

0

Ayuk Vila Desi

Ayuk Vila Desi

ternyata istrinya Gilang anak dari ayah angkatnya...

2022-09-04

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!