6. Tujuan baru

Nyala api unggun menari-nari, memberikan kehangatan dan cahaya di tengah kegelapan malam. Suara gemericik air sungai yang deras menambah suasana tenang dan damai.

Bjorn, Neil, dan putri duyung yang mereka temukan duduk melingkar di samping api unggun, menikmati makan malam mereka. duyung itu tampak anggun meski dalam keadaan basah kuyup, ekor biru kehijauannya berkilau ditimpa cahaya api.

"Pada akhirnya, kita memakan rusa tangkapan Paman Bjorn" ucap Neil, menggigit sepotong daging rusa bakar yang diambilnya dari tusukan kayu di atas api unggun. "Padahal aku sangat ingin makan ikan"

"Kalau kau ingin beberapa ikan kecil, aku bisa memuntahkannya" tawar si duyung dengan polos, membuat Bjorn dan Neil terbatuk bersamaan.

Bjorn menatap Anya dengan tajam. "Hentikan! Membayangkannya saja sudah membuatku mual."

Neil menutup mulutnya dengan tangan, menahan tawa. "Kau ni ada-ada saja" ucapnya sambil terkikik.

"Lagi pula" Bjorn menatap duyung itu dengan curiga, "kau ini siapa? Bagaimana bisa kau tersangkut di pancing Neil?"

Si duyung tersenyum, memperlihatkan deretan gigi putih yang mungil. "Namaku Efamoria," jawabnya. "Tapi sebenarnya... lebih dikenal dengan nama Amoria" Neil, yang sedang asyik mengunyah daging rusa, tiba-tiba tersedak. Ia menoleh ke arah Amoria dengan mata terbelalak.

"Maksudmu... Ratu duyung Amoria?" tanyanya dengan suara terbata-bata, mulutnya berhenti mengunyah.

Amoria mengangguk dengan bangga "Ya, betul sekali!"

"Memangnya siapa itu?" tanya Bjorn, mengerutkan keningnya. Ia tidak terlalu peduli dengan siapa putri duyung itu.

"Di desa kami dulu" jawab Neil, matanya masih terbelalak tak percaya, "Julukan Ratu Amoria adalah nama dari Ratu lautan selatan!"

Amoria mengangguk pelan. "Yah, itu memang benar"

"Tapi sekarang istana-ku sudah dihancurkan oleh naga air. Saat aku melarikan diri dari istana-ku, aku tersesat di sungai ini dan tak tahu harus kemana"

"Naga air adalah penguasa lautan" sambungnya dengan nada jengkel, "sedangkan aku, hanyalah seorang ratu dari lautan selatan. Sangat tidak mungkin untuk bisa mengalahkan naga keparat itu"

"Oh, iya" Amoria, sang Ratu duyung, tiba-tiba teringat sesuatu. "Kalau nama kalian berdua siapa?" tanyanya dengan ramah, menatap Bjorn dan Neil bergantian.

"Namaku Bjorn Erez" jawab Bjorn singkat.

"Aku Neil Erez" sahut Neil dengan riang, mengikuti gaya Bjorn.

Amoria tersenyum hangat mendengar jawaban mereka. "Erez?" ulangnya perlahan, menatap keduanya dengan tatapan haru. Ia mengira Bjorn dan Neil adalah keluarga kandung yang sedang berkelana. Warna rambut mereka yang sama.

"Hmm... Satu hal lagi yang ingin kutanyakan," ucap Bjorn, menatap Amoria dengan ekspresi serius.

"Apa itu?" tanya Amoria, mengerjapkan matanya yang besar dengan polos.

"Di mana bajumu?!" seru Bjorn, menunjuk ke arah dada Anya yang tertutup hanya dengan dua bintang laut kecil.

Amoria menunduk, melihat ke arah dadanya sendiri. "Memangnya ada yang salah?" tanyanya dengan bingung. "Bukankah ini pakaian biasa bagi para duyung?"

Bjorn menghela napas panjang, mencoba menahan rasa kesalnya. "Kita sedang berada di darat. Di sini, orang-orang mengenakan pakaian yang... lebih tertutup."

Amoria mengangkat bahu, masih tidak mengerti. "Tapi aku tidak punya pakaian lain," keluhnya. "Aku hanya membawa beberapa bintang laut untuk menutupi bagian-bagian tertentu"

Bjorn menggelengkan kepalanya, lalu dengan cepat melepas bajunya. Ia kemudian melepas kaus dalamnya yang berwarna hitam dan menyerahkannya kepada Amoria. "Pakai ini" perintahnya. "Dan jangan tanya alasannya"

Amoria menerima kaus dalam itu dengan wajah penuh tanya. Ia membolak-balik kaus itu, mencoba memahami cara memakainya. "Seperti ini?" tanyanya sambil mengenakan kaus dalam itu dengan cara yang salah.

"Bukan, bukan seperti itu" ucapnya sambil membantu Amoria mengenakan kaus dalam dengan benar. "Nah, seperti ini"

Amoria melihat dirinya sendiri, lalu tersenyum lebar. "Wah, ternyata pakaian manusia cukup nyaman juga" serunya dengan riang.

"Ya, setidaknya itu lebih baik" jawabnya.

Tiba-tiba, sebuah cahaya biru menyilaukan memancar dari tubuh Amoria. Neil dan Bjorn menutup mata mereka sejenak, terkejut dengan cahaya yang tiba-tiba muncul. Saat mereka membuka mata kembali, mereka tercengang. Ekor ikan Amoria telah berubah menjadi sepasang kaki jenjang yang indah.

Amoria terlihat sama terkejutnya dengan mereka. Ia menatap kaki barunya dengan takjub, lalu mencoba menggerak-gerakkannya.

"Wah! Aku punya kaki!" serunya dengan riang, melompat kegirangan. Ia berputar-putar, mencoba menyesuaikan diri dengan tubuh barunya.

Namun, kegirangan Amoria seketika berubah menjadi kekagetan saat ia menyadari bahwa ia tidak mengenakan apapun di bagian bawahnya. "Eh?" serunya dengan wajah memerah. "Aku belum memakaikan bintang laut?"

Bjorn, yang sudah menyadari hal itu, langsung berteriak dengan wajah merah padam. "HEI, DUYUNG SIALAN! DI MANA CELANAMU?!" tanyanya dengan nada tinggi, menunjuk ke arah kaki Amoria yang polos.

"Setidaknya, pakai rasa malumu sedikit!" Tanpa menunggu jawaban Amoria, Bjorn langsung berbalik dan bersembunyi di balik pohon besar, menutupi wajahnya yang masih merah padam karena malu.

"Apa maksud pamanmu?" tanya Amoria kepada Neil dengan bingung.

Neil, yang masih sibuk mengunyah daging rusa, hanya mengangkat bahu. "Entahlah" jawabnya dengan mulut penuh.

Di balik pohon, Bjorn dengan cepat melepas celananya. Ia kemudian melepas celana boxer pendek yang ia kenakan di dalam celana jeans-nya dan menggenggamnya erat.

"Sialan" gerutunya dengan kesal "Dia pikir aku umur berapa?" Wajahnya semakin merah saat ia membayangkan harus memberikan celana dalamnya kepada Amoria. "Tapi mau bagaimana lagi?"

Bjorn kembali menghampiri Amoria dan Neil. "Ini" ucapnya dengan nada datar, menyerahkan celana boxernya kepada Amoria. "Pakai ini."

Amoria menerima celana boxer itu dengan wajah penuh tanya. "Apa ini?"

"Celana" jawab Bjorn singkat. "Pakailah"

"Kain apa ini?" Amoria mengamati celana boxer yang baru saja ia kenakan dengan ekspresi heran. "Di kain ini ada bunga berwarna-warni!"

Bjorn, yang memberikan celana itu, merasa malu bukan main. Ia benar-benar lupa bahwa celana pendeknya bermotif bunga-bunga yang lucu. "Diamlah!" serunya dengan wajah merah padam. "Dan jangan banyak bertanya!"

.....

"Sebenarnya, kalian ingin pergi kemana?" tanya Amoria, menatap Bjorn dan Neil dengan rasa ingin tahu.

"Aku juga tidak tahu" jawab Bjorn jujur, mengangkat bahu.

"Aku juga" timpal Neil, menganggukkan kepalanya.

Amoria terdiam sejenak, memikirkan sesuatu. "Apa kalian tidak berpikir untuk pergi ke pusat kota?" tanyanya kemudian.

"Memangnya ada hal menarik apa di situ?" tanya Bjorn, mengerutkan keningnya. Ia tidak tertarik dengan keramaian kota.

"Aku dengar, gereja penyembah naga air melakukan ritual pemujaan dengan membantai orang yang tak bersalah" jawab Amoria dengan nada serius. "Dan tujuan dari ritual itu masih belum diketahui"

Neil dan Bjorn saling berpandangan, mata mereka berbinar. "Ah, betul!" seru Bjorn, "Sebenarnya tujuan kami ingin ke pusat kota."

Amoria tersenyum "Baguslah kalau begitu" ucapnya "Pusat kota ada di ujung selatan sana. Jika kalian menyebrangi sungai ini, kalian akan melewati hutan hunian Elf" Ia menunjuk ke arah seberang sungai, ke arah hutan lebat yang tampak gelap dan misterius.

Perjalanan mereka masih panjang, membentang jauh di depan, penuh dengan ketidakpastian dan bahaya.

"Karena aku adalah penyihir yang hebat," ucapnya dengan nada bangga, mengibaskan rambutnya yang panjang, "jadi aku akan menemani kalian sampai kesana"

"Kau mau ikut dengan kami?" tanya Bjorn.

Amoria mengangguk mantap. "Tentu saja!"

Bjorn menatap Amoria dengan tajam. Ia tahu Amoria hanya mencari teman perjalanan karena ia juga tidak tahu harus kemana.

"Tidak, terima kasih" tolak Bjorn dengan dingin. "Kembalilah masuk ke sungai"

"Hah?!" Amoria terkejut dengan penolakan Bjorn.

Amoria cemberut, "Tapi... tapi aku bisa membantu kalian" protesnya. "Aku bisa mengobati luka-luka kalian, aku juga pandai memasak"

"Tunggu, paman. Ratu amoria terkenal dengan kekuatan sihirnya, mungkin dia bisa membantu kita" ucap Neil membela Amoria.

Kehadiran Amoria mungkin akan sangat berguna untuk perjalanan mereka yang begitu jauh, meskipun dia tidak memiliki kekuatan fisik di darat, setidaknya dia menguasai sihir penyembuhan dan bisa melubangi pohon besar dengan air disekitarnya, kekuatan sihir Amoria sangat terbatas. Dia hanya bisa mengaplikasikan air untuk media sihir serangan, tetapi untuk sihir penyembuhannya, dia bisa melakukannya tanpa air sedikitpun. Itu karena ditubuh manusia terdapat banyak kandungan air.

"Kalau begitu, segeralah tidur. Karena besok pagi kita akan melanjutkan perjalanan" ucap Bjorn.

"Siap, paman!" jawab Neil.

Bjorn bangkit dari duduknya, menatap Amoria dan Neil bergantian. "Aku akan berjaga malam, jadi kalian bisa tidur dengan nyenyak" Ia kemudian berbalik dan melangkah masuk ke dalam hutan, meninggalkan Amoria dan Neil yang sudah tertidur pulas di samping api unggun.

Bjorn mencari tempat yang nyaman, di mana ia bisa mengawasi sekitar dengan leluasa.

Ia duduk bersandar pada sebatang pohon besar, matanya menatap tajam kegelapan hutan. Telinganya menangkap setiap suara kecil yang timbul, hidungnya mengendus setiap aroma yang terbawa angin.

Tiba-tiba, hidung Bjorn mencium bau asing yang menyengat. Bau itu sangat tajam, Bjorn mengerutkan keningnya, mencoba mencari sumber bau itu. Matanya menyapu sekeliling, namun ia tidak menemukan apapun. Bau itu semakin kuat, membuat Bjorn semakin tidak nyaman.

Ia berdiri, mengambil sebuah batu kecil, dan melemparkannya ke arah seberang sungai, ke tempat di mana bau itu paling kuat. Batu itu mendarat di semak-semak dengan suara lemah, namun cukup untuk mengagetkan apapun yang bersembunyi di sana.

Tak lama kemudian, bau asing itu perlahan menghilang. Ia kembali ke tempatnya dan melanjutkan penjagaannya, matanya tetap waspada mengawasi sekitar. Ia tidak tahu apa makhluk yang mengeluarkan bau itu, tapi ia yakin makhluk itu berbahaya.

Senyum tipis mengembang di bibir Bjorn melihat Neil tertidur pulas dalam pelukan Amoria, menemukan kenyamanan di tengah perjalanan yang tak pasti. "Ia pasti merindukan ibunya" batin Bjorn.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!