Bayangan di Balik Lamunan

...»»————> Perhatian<————««...

...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apa pun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....

...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...

Elara Grey menahan napas saat dia menyadari bosnya, Aiden Valen, sedang melamun di seberang meja makan yang sangat panjang. Dia sudah berusaha bersikap normal, mencicipi hidangan yang terlihat begitu menggugah selera, namun tidak bisa mengabaikan atmosfer aneh yang menyelimuti ruangan. Tatapan Aiden terpaku di suatu tempat, jauh dari momen ini, dan Elara merasa semakin gelisah.

“Elara, tenang,” bisiknya pada dirinya sendiri sambil mencoba mengatur napas. Ia mengambil sepotong daging, tetapi keheningan yang melingkupi meja itu sangat menekan. Elara mencoba memecah suasana dengan memanggil nama Aiden, "Tuan Valen?" panggilnya pelan. Tapi Aiden tetap diam. Elara merasa tidak ada pilihan lain, dia menjatuhkan sendoknya dengan harapan suara itu akan memecah konsentrasi Aiden.

Tapi, tetap tidak ada reaksi.

Elara mengernyitkan kening, merasa jengkel sekaligus khawatir. Meja makan ini terlalu panjang untuk sekadar menghampiri Aiden tanpa terlihat aneh. Lalu, tiba-tiba ide lain muncul di benaknya. Dia dengan sengaja menjatuhkan gelas minumnya. Gelas itu jatuh ke lantai dengan suara yang keras, pecahan kaca berserakan di lantai marmer.

Aiden tersentak. Dia terlihat kaget, seolah baru sadar kembali ke dunia nyata. Tatapannya langsung berubah menjadi kemarahan. "Elara, apa yang kau lakukan? Kau benar-benar ceroboh!" suaranya dingin, penuh dengan kekecewaan.

"Kau benar-benar tidak berguna!" lanjut Aiden.

Elara menahan napas. Perkataannya menusuk hatinya, lebih dalam dari yang pernah ia rasakan sebelumnya. Hatinya tercekat, tidak tahu harus bagaimana menanggapi. Ini bukan pertama kalinya dia membuat kesalahan, tetapi baru kali ini seseorang mengatakan dia tidak berguna secara langsung.

“Maaf..... Tuan Valen,” kata Elara dengan suara bergetar. Dia bangkit dari kursinya dan berlutut di lantai, berusaha memunguti pecahan gelas dengan tangan telanjangnya. “Saya, saya akan bereskan ini.”

"Jangan!" seru Aiden, suaranya mendadak tajam dan tegang. “Jangan sentuh itu!”

Namun, Elara sudah memungut salah satu pecahan sebelum bisa menghentikan dirinya. Rasa sakit mendadak menyengat di jarinya, dan darah mulai mengalir dari luka di tangannya. Seketika, Aiden terdiam. Wajahnya berubah, dan Elara yang sedang menangis sambil memunguti pecahan kaca tak menyadari perubahan besar yang sedang terjadi di seberang meja.

Aroma darah menguar di udara, mengisi seluruh ruangan dengan aroma manis yang hanya Aiden bisa rasakan sepenuhnya. Instingnya sebagai vampir langsung terpicu. Matanya berubah menjadi merah tua, pupilnya menyempit, dan di balik bibirnya yang tertutup rapat, taringnya mendesak untuk keluar.

Aiden mengencangkan rahangnya, menahan desakan haus yang tiba-tiba bangkit dari dalam dirinya. Sudah berabad-abad sejak terakhir kali dia merasakan keinginan ini keinginan yang dia kubur dalam-dalam dengan segala disiplin yang dimilikinya. Dia meminum darah sapi selama bertahun-tahun, tapi aroma darah Elara memicu sesuatu yang lebih primal, lebih mendasar. Sesuatu yang sulit dilawan.

Dengan cepat, dia memalingkan wajah, berusaha menahan keinginannya. “Kevin!” panggilnya, suaranya serak. Seketika, Kevin muncul di pintu, siap membantu.

"Ya, Tuan?" tanya Kevin, yang melihat kegentingan di mata Aiden.

"Bawa Elara ke ruang tamu dan obati lukanya," kata Aiden dengan nada dingin. "Aku akan ke ruanganku."

Kevin, yang tahu bahwa ada sesuatu yang lebih besar terjadi, tidak mengajukan pertanyaan. Dia membantu Elara berdiri, yang masih menangis dengan luka di jarinya. Sementara itu, Aiden pergi dengan cepat, hampir seperti kabur dari sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri.

✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏

Di ruang tamu, Kevin dengan hati-hati membalut tangan Elara, yang masih terisak pelan. Rasa sakit di jarinya tidak seberapa dibandingkan rasa sakit yang menyesakkan hatinya. Elara merasa seperti gagal bukan hanya sebagai pekerja, tapi juga sebagai pribadi. Perkataan Aiden tadi berulang kali terngiang di kepalanya, membuatnya merasa tak berharga.

Kevin, yang jarang melihat Elara dalam kondisi seperti ini, merasa kasihan. “Elara,” ucapnya lembut. “Apa yang terjadi? Kenapa kau menangis seperti ini?”

Elara hanya menggelengkan kepala, terlalu terluka untuk menjawab. "Aku ingin pulang," ucapnya pelan, nadanya penuh dengan keputusasaan.

Kevin menatapnya prihatin. "Biar aku antar kau pulang," tawarnya, tahu betul bahwa malam sudah larut dan tidak aman bagi seorang wanita untuk pulang sendiri.

Namun, Elara menggeleng keras. “Tidak. Aku bisa sendiri. Aku sudah memesan taksi. Aku tidak apa-apa.”

“Elara, ini sudah larut. Setidaknya biar aku antar sampai taksinya tiba.”

Tapi Elara tetap bersikeras. Dia menolak tawaran Kevin dengan halus namun tegas. Dia merasa, setelah semua yang terjadi malam ini, dia perlu ruang untuk merenung sendirian. “Aku berani. Aku tidak pernah takut. Aku sudah memesan taksi, Kevin. Tolong, biarkan aku pergi sendiri.”

Kevin akhirnya menyerah. “Baiklah, tapi hati-hati,” katanya, meski hatinya masih dipenuhi kekhawatiran.

Elara menghela napas lega saat akhirnya dia bisa meninggalkan rumah besar itu. Namun, saat dia melangkah ke luar, sesuatu yang ganjil terjadi. Tiba-tiba, dia melihat sosok Aiden di depan pintu, berdiri di tengah kegelapan malam. Elara tertegun, matanya membelalak. Bagaimana bisa Aiden yang tadi ada di dalam rumah sekarang berada di luar? Rasanya tidak masuk akal.

Dia mengucek matanya, mencoba memastikan bahwa apa yang dia lihat nyata. Tapi sosok itu tetap di sana, Aiden dengan tatapan dinginnya yang dalam, seolah-olah sedang menatap langsung ke jiwanya.

"Apa... bagaimana kau bisa ada di sini?" tanya Elara pelan, suaranya sedikit bergetar.

Aiden melangkah maju, kali ini dengan gerakan yang lebih halus dan penuh perhitungan. "Elara," ucapnya. "Aku ingin meminta maaf atas sikapku tadi. Aku terlalu banyak pikiran, dan perkataanku kasar. Aku... tidak seharusnya berbicara seperti itu padamu."

Elara diam. Ada sesuatu yang aneh dengan Aiden malam ini. Tidak hanya tatapan dinginnya yang membuat bulu kuduk Elara berdiri, tetapi juga cara dia mendekat, seperti seorang pemangsa yang mendekati mangsanya.

"Sebenarnya, aku akan mengantarmu pulang," lanjut Aiden, suaranya sedikit lebih lembut, meski masih ada ketegangan yang tersembunyi di balik kata-katanya.

Elara menelan ludah, merasa canggung dengan situasi yang tiba-tiba berubah misterius ini. “Aku sudah memesan taksi,” jawabnya, mencoba mempertahankan ketenangannya.

“Taksi bisa menunggu,” Aiden berkata sambil mendekat. "Aku bersikeras, ini tanggung jawabku."

Elara melihat sekeliling rumah besar itu, yang tadi terlihat megah dan indah, namun sekarang terasa mencekam dan dingin. Suasana malam ini seolah berubah, seperti rumah itu sendiri menyembunyikan sesuatu yang gelap. Dan tatapan Aiden, meskipun penuh penyesalan, memiliki sesuatu yang jauh lebih dalam sesuatu yang tidak bisa Elara pahami.

"Baiklah, kalau begitu," ucap Elara akhirnya, setuju dengan Aiden. "Terima kasih, Tuan Valen."

Malam itu, Aiden mengantar Elara pulang, tetapi sepanjang perjalanan, ketegangan tetap ada di udara, membangun misteri yang belum terpecahkan di antara mereka. Elara tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tetapi ada sesuatu yang lebih besar dari yang dia bayangkan. Di dalam mobil, ketika sesekali Elara menoleh ke arah Aiden, dia bisa melihat sorot mata yang dingin dan misterius sorot mata yang mengingatkannya pada predator yang sedang menunggu saat yang tepat untuk memangsa.

Terpopuler

Comments

Maisya

Maisya

lanjut

2024-10-21

0

lihat semua
Episodes
1 Aroma Darah yang Membara
2 Bayangan Masa Lalu dan Penantian
3 Dilema Vampir
4 Bayangan di Balik Lamunan
5 Mengundang Misteri
6 di Balik Teka-Teki
7 Kekhawatiran
8 Kejutan di Malam Purnama
9 Rahasia di Balik Kegelapan
10 Dhampir
11 Terungkap
12 Petunjuk
13 Tidak Terduga
14 Awal Akhir yang Terlupakan
15 Mencekam
16 Penawaran Racun
17 Teka-Teki
18 Mengungkap Tabir
19 Max & Nate
20 Kebenaran Terungkap
21 Jamur Purnama
22 Umpan
23 Pertengkaran Nate
24 Melindungi
25 Menyelamatkan
26 Khawatir
27 Menyerap Energi
28 Mengobati
29 Kehangatan dalam Kegelapan
30 Bayangan di Antara Kita
31 Jejak Masa Lalu dan Masa Depan
32 Keajaiban Malam Itu
33 Cinta yang Tumbuh
34 Waspada!
35 Mimpi
36 Diam di Rasa yang Sama
37 Menegangkan!
38 Misteri yang Muncul
39 Ritual di Kediaman Monvok
40 Kenyataan yang Menyesakkan
41 Pupus dan Harapan
42 Kematian Bibi Lena.
43 Misteri
44 Kekhawatiran Elara!
45 Kecurigaan Kevin
46 Permainan
47 Membingungkan
48 Keraguan dan Rencana
49 Jaring Manipulasi
50 Dibalik Keheningan
51 Malam Pesta yang Berubah Arah
52 Melindungi Elara
53 Perpisahan di Malam yang Syahdu
54 Rencana Queensera & Ethan
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Persembahan Vampir Gelap
75 Ritual
76 Menyelamatkan
77 Pesona Romantis
78 Shelly Pembaca Nasib
79 Pernyataan Cinta
80 Episode 80
81 Perang Downfall
82 Kehadiran Lyra
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Aroma Darah yang Membara
2
Bayangan Masa Lalu dan Penantian
3
Dilema Vampir
4
Bayangan di Balik Lamunan
5
Mengundang Misteri
6
di Balik Teka-Teki
7
Kekhawatiran
8
Kejutan di Malam Purnama
9
Rahasia di Balik Kegelapan
10
Dhampir
11
Terungkap
12
Petunjuk
13
Tidak Terduga
14
Awal Akhir yang Terlupakan
15
Mencekam
16
Penawaran Racun
17
Teka-Teki
18
Mengungkap Tabir
19
Max & Nate
20
Kebenaran Terungkap
21
Jamur Purnama
22
Umpan
23
Pertengkaran Nate
24
Melindungi
25
Menyelamatkan
26
Khawatir
27
Menyerap Energi
28
Mengobati
29
Kehangatan dalam Kegelapan
30
Bayangan di Antara Kita
31
Jejak Masa Lalu dan Masa Depan
32
Keajaiban Malam Itu
33
Cinta yang Tumbuh
34
Waspada!
35
Mimpi
36
Diam di Rasa yang Sama
37
Menegangkan!
38
Misteri yang Muncul
39
Ritual di Kediaman Monvok
40
Kenyataan yang Menyesakkan
41
Pupus dan Harapan
42
Kematian Bibi Lena.
43
Misteri
44
Kekhawatiran Elara!
45
Kecurigaan Kevin
46
Permainan
47
Membingungkan
48
Keraguan dan Rencana
49
Jaring Manipulasi
50
Dibalik Keheningan
51
Malam Pesta yang Berubah Arah
52
Melindungi Elara
53
Perpisahan di Malam yang Syahdu
54
Rencana Queensera & Ethan
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Persembahan Vampir Gelap
75
Ritual
76
Menyelamatkan
77
Pesona Romantis
78
Shelly Pembaca Nasib
79
Pernyataan Cinta
80
Episode 80
81
Perang Downfall
82
Kehadiran Lyra

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!