Tiba-Tiba Dicerai
"Ayo kita bercerai!"
Hana meremas ujung rok yang dia kenakan saat mendengar kalimat menyakitkan dari suaminya itu. Dia menggigit bibir bawahnya dengan kuat untuk menahan tangis.
"Aku rasa bercerai adalah pilihan terbaik," tambah Heston tanpa rasa bersalah.
"Kenapa jadi seperti ini?" tanya Hana pilu.
Heston melihat gadis yang terlihat begitu terluka itu, mau mencoba berapa kali pun dia tidak mengingat sosok Hana.
Untuk meyakinkan Heston, Hana memberikan dokumen pernikahan mereka.
"Kita sudah menikah tiga bulan yang lalu," ucap Hana seraya memberikan dokumen pernikahan itu.
Memang terdapat nama Heston dan Hana di sana.
"Bukankah kita masih kuliah? Kenapa terburu-buru menikah?" tanya Heston yang tidak mengingat apapun.
"Kau yang memaksaku, Heston!" ungkap Hana, bibirnya bergetar. Dia hanya ingin jujur dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Hana dan Heston bertemu di kampus yang sama, mereka satu kelas yang membuat mereka sering bertemu.
Dari awal bertemu Heston yang notabene keturunan keluarga kaya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Hana yang seorang mahasiswi beasiswa.
Setiap hari dengan tengil, Heston selalu mengganggu Hana sampai akhirnya mereka resmi menjalin hubungan.
Namun, hubungan mereka tentu saja ditentang oleh keluarga Heston karena latar belakang keluarga Hana yang miskin.
Tak mau kehilangan Hana, Heston rela meninggalkan keluarganya dan memaksa Hana untuk menikah.
"Kau akan kehilangan semuanya, Heston. Jadi, kembalilah pada keluargamu," Hana berusaha menolak permintaan sang kekasih.
Heston menggelengkan kepalanya dengan kuat saat itu. "Jika bersamamu semua akan baik-baik saja, Hana! Aku akan belajar jadi rakyat jelata mulai sekarang!"
"Kau percaya padaku, bukan?"
Dengan naif Hana percaya pada Heston, mereka pun akhirnya menikah secara hukum tanpa adanya resepsi.
Heston menjual barang-barang mahalnya lalu menyewa sebuah rumah sederhana untuk ditinggali bersama sang istri.
Laki-laki itu belajar hidup sederhana dan meninggalkan kehidupan mewahnya sebagai anak konglomerat.
Walaupun begitu Heston merasa bahagia, dia menghabiskan waktunya bersama dengan Hana sebagai sepasang suami istri muda.
"Aku akan mulai bekerja part time sepulang kuliah," ucap Heston yang ingin bertanggung jawab sebagai suami.
"Tapi, kau tidak pernah kerja sebelumnya," balas Hana cemas.
"Kalau tidak mencobanya aku tidak akan bisa, buktinya aku bisa memakai toilet jongkok sekarang," Heston berusaha meyakinkan sang istri.
Hana tertawa ketika Heston begitu kebingungan menjadi rakyat jelata. "Kalau begitu, aku akan mengantarmu!"
Karena Heston tidak bisa naik motor, Hana akan mengantar suaminya ke tempat kerja.
"Lain kali ajari aku naik motor!" pinta Heston saat dalam perjalanan.
"Apa kau yakin, Heston?" tanya Hana khawatir.
"Aku sangat yakin," balas Heston percaya diri.
Dari situlah awal mula permasalahan baru yang mengubah kehidupan pasangan suami istri muda itu.
Heston baru belajar menaiki motor dan memaksakan mengendarai kendaraan roda dua itu. Alhasil, laki-laki itu mengalami kecelakaan parah yang membuat Heston amnesia.
Ingatan Heston berhenti saat masuk kuliah yang membuat laki-laki itu melupakan pertemuan pertamanya bersama Hana.
Saat baru membuka mata di rumah sakit, orang yang pertama kali dilihat oleh Heston adalah orang tuanya.
Hana tidak diizinkan masuk tapi gadis itu terus berusaha supaya bisa melihat suaminya.
"Tolong izinkan saya bertemu dengan Heston!" Hana sampai bersimpuh di depan orang tua Heston.
"Baiklah," mama Riana memberikan izin. Toh, putranya tidak mengingat gadis itu.
"Aku hanya memberimu waktu selama lima belas menit!"
Tidak mau menyia-nyiakan waktu, Hana segera menemui Heston yang selama beberapa hari berbaring di rumah sakit.
"Heston..." panggil Hana.
Heston menoleh ke arah seorang gadis yang baru masuk ke ruangannya. Dia mengerutkan keningnya dalam karena merasa asing dengan gadis itu.
"Kau siapa?" tanya Heston kebingungan.
"Di mana mama dan papaku?"
Bagai tersambar petir, Hana sangat terkejut dengan respon suaminya.
"Heston, aku Hana istrimu," ucap Hana mencoba mengenalkan diri.
"Istri? Apa kau sudah gila?" Heston tidak percaya kalau dirinya sudah menikah. Dia baru saja masuk kuliah dan orang tuanya tidak mungkin menikahkan dirinya dengan cepat.
"Kau sedang bercanda, bukan?" Hana masih berusaha menyangkal. Dia sangat tahu kalau bersamanya, Heston akan berubah menjadi sosok laki-laki yang tengil.
"Ini tidak lucu, Heston!"
Heston menaikkan satu tangannya yang terdapat selang infus. "Apa aku bisa bercanda dengan keadaan seperti ini?"
"Apa kau juga tidak melihat perban di kepalaku?"
Sekarang Heston tampak gusar. Kalau memang Hana masih menganggapnya suami lebih baik dia menceraikan gadis itu sekarang.
"Ayo kita bercerai!"
*
*
Hana keluar dari ruang rawat Heston dengan perasaan hancur luar biasa. Dia tidak menyangka jika Heston akan tiba-tiba menceraikannya seperti ini.
"Sudah puas sekarang?"
Mama Riana menyambut Hana dengan kesal, dari awal dia tidak suka dengan gadis itu karena dia sudah memiliki calon menantu pilihannya.
"Biarkan Heston kembali pada kami dan tunggu surat cerai yang akan aku kirimkan padamu!" seru Mama Riana.
"Bisakah saya menunggu sampai ingatan Heston kembali?" tanya Hana yang masih ingin berjuang.
"Kau memang gadis tidak tahu malu!" maki mama Riana. Dia ingin menampar pipi gadis itu tapi dihentikan oleh suaminya.
"Sudah, Ma!" Papa Erlan menangkap tangan istrinya yang sudah naik ke atas.
"Masuklah temui Heston!"
Beruntung mama Riana menuruti permintaan suaminya itu.
Sekarang tertinggal Hana dan papa Erlan di ruang tunggu rumah sakit.
"Cidera yang dialami Heston cukup parah, dia benar-benar melupakan ingatannya beberapa bulan terakhir, ini mungkin menyakitkan bagimu tapi kau harus menerimanya," ucap papa Erlan seraya mengeluarkan beberapa gepok uang.
"Aku akan membawa Heston pindah ke luar negeri jadi mulailah hidup barumu!"
Hana tidak bisa mengeluarkan suara untuk membalas ayah kandung Heston itu, lehernya terasa tercekat.
Kalau Heston dibawa ke luar negeri sangat kecil kemungkinan untuk bertemu dengan lelaki itu lagi.
"Apa pernikahan kami akan berakhir seperti ini?" Hana masih tidak bisa menerimanya.
Namun, keadaan seolah memaksanya berpisah dengan Heston karena keesokan harinya, surat cerai yang dibicarakan sebelumnya datang ke tempat Hana.
Surat cerai yang sudah terdapat tanda tangan Heston.
Dengan derai air mata Hana akhirnya menandatangani surat perceraian itu. Sekarang Heston bukan suaminya lagi seperti yang diharapkan.
Hana memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya.
PLAK!
Hana mendapat satu tamparan dari ibunya ketika sampai di rumah.
"Kau anak tidak tahu diuntung! Aku dan ayahmu bekerja mati-matian karena ingin melihatmu sukses dan hidup lebih baik tapi kau justru memutuskan menikah! Lalu sekarang apa yang kau dapatkan?" ibu Maya merasa marah luar biasa. Dia sebelumnya juga menentang pernikahan putrinya itu.
"Kau harus sadar diri, kau hanya anak buruh pabrik jadi tidak mungkin bisa mendapatkan laki-laki kaya kecuali kau sederajat dengan mereka!"
Hana bersimpuh di depan ibunya itu karena merasa menyesal. "Maafkan aku, ibu!"
"Berdirilah, Nak!" ayah Heri tidak tega melihat putrinya yang sedari tadi dimarahi oleh istrinya.
"Istirahatlah ke kamarmu, kau pasti sudah melewati hari yang berat!"
Hana hanya bisa memeluk sang ayah, dia merasa beruntung masih mempunyai orang tua yang menyayanginya walaupun sudah membuat kesalahan besar.
"Aku berjanji akan kuliah dengan bersungguh-sungguh, ayah!"
Lagi-lagi nasib baik tidak berpihak pada Hana karena seminggu kemudian gadis itu pingsan saat berada di kampus.
Hana dibawa ke klinik kampus dan orang tuanya yang masih bekerja harus mendatangi putri mereka.
"Apa kalian orang tua dari Oh Hana?" tanya dokter yang berjaga di klinik itu.
"Iya, kami orang tua Hana," jawab Ibu Maya mewakili.
"Jadi begini, dugaan sementara Hana mengalami gejala kehamilan, untuk lebih pasti lebih baik diperiksakan ke dokter obgyn," ucap sang dokter.
Ibu Maya dan ayah Heri sangat terkejut mendengar hal itu, begitu juga dengan Hana.
Sebelumnya saat siuman, Hana hanya menjawab dengan jujur semua pertanyaan dari dokter itu. Dia tidak menyangka kalau dia mengalami gejala kehamilan.
Kalau dipikir-pikir Hana memang sudah telat datang bulan.
"Tidak, tidak, tidak," Hana menggelengkan kepalanya karena tidak mau hamil setelah diceraikan seperti ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Ajusani Dei Yanti
Aku mampir lagi nih thorrrr kuh mana sambutan nya Thorrrrr kuh 🥰🥰🥰🥰
2024-11-02
0
Andriani
wih ada yg baru aku baru tau. maaf ya thor
2025-01-11
0
Eka suci
baru baca Thor, langsung jatuh cinta dgn cerita ny
2024-12-12
0