Kehilangan yang tidak pernah dihitung

Annisa menunduk, suaranya bergetar, nyaris tak terdengar. “Padahal aku juga kehilangan sosok Kakak yang kusayangi…” ucapnya lirih, suaranya penuh kepedihan yang sudah lama ia pendam. "Tapi kenapa seolah-olah di sini perasaanku tidak penting?"

Damian, yang tadinya hendak melangkah pergi, tiba-tiba berhenti. Untuk sesaat, suasana di antara mereka membeku. Damian menolehkan kepalanya perlahan, matanya menatap Annisa dengan ekspresi yang sulit ditebak. Namun, tidak ada empati dalam tatapannya, hanya tatapan yang dingin dan terhalang oleh dinding emosional yang tebal.

“Apa maksudmu dengan itu, Annisa?” tanyanya, suaranya rendah tapi tetap terdengar tegang.

Annisa mendongak, air mata menggenang di sudut matanya, namun ia tetap mencoba menahan agar tidak jatuh. “Aku menikah denganmu karena aku percaya bahwa ini adalah yang terbaik, untuk menjaga Clara, untuk menghormati amanah Mbak Arum. Tapi aku juga kehilangan, Mas. Aku kehilangan Mbak Arum—seseorang yang sudah seperti bagian dari jiwaku sendiri. Aku menjalani hidup ini dengan beban itu juga, tapi seolah-olah, di rumah ini... perasaanku tidak pernah dihitung.”

Damian hanya berdiri di sana, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Jantung Annisa berdegup kencang, rasa sakit yang sudah lama dipendam kini tumpah begitu saja.

“Kamu selalu fokus pada Clara, dan aku mengerti itu. Tapi bagaimana dengan aku, Mas?” lanjut Annisa dengan suara yang semakin pecah. "Aku juga butuh dukungan, butuh seseorang yang bisa mendengarkan aku. Bukan hanya sebagai istri pengganti yang terus-menerus disalahkan, tapi sebagai Annisa—orang yang juga berjuang menghadapi semua ini."

Damian menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskan napas panjang, seolah-olah mempertimbangkan kata-katanya sebelum menjawab. “Kamu tahu sejak awal, Annisa. Tugasmu di sini adalah menjaga Clara, menjaga rumah ini. Aku tidak pernah memintamu untuk menjalani lebih dari itu.”

Annisa tersentak, merasa semakin tersakiti oleh sikap Damian yang tampaknya tak mampu memahami kedalamannya. “Kamu benar. Kamu tidak pernah memintaku lebih, Mas. Tapi kamu juga tidak pernah memberi ruang untuk perasaanku. Aku bukan hanya pengganti Mbak Arum. Aku adalah diriku sendiri, dengan luka, dengan harapan, dan dengan perasaan. Kenapa itu tidak pernah cukup bagimu?”

Damian menatap Annisa dengan dingin, seolah-olah dia tidak tahu bagaimana harus menanggapi perasaan yang begitu mentah dan nyata. "Ini bukan soal cukup atau tidak cukup, Annisa. Ini soal tanggung jawab. Kamu memilih untuk ada di sini, dan tanggung jawabmu adalah Clara dan rumah ini. Perasaanmu penting, tapi mereka tidak bisa selalu menjadi prioritas."

Annisa merasakan dadanya semakin sesak, seolah-olah kata-kata Damian adalah dinding yang menutup dirinya. “Kalau begitu... kapan, Mas? Kapan perasaanku akan dihitung? Atau mungkin, kamu memang tidak pernah melihatku sebagai lebih dari sekadar bayangan Kak Arum?”

Damian terdiam, tidak memberikan jawaban. Ia berbalik, kembali menatap tablet di atas sofa, seolah diskusi ini tidak penting lagi. “Kita akan bicara nanti, Annisa,” ucapnya singkat, sebelum meninggalkan Annisa berdiri sendirian, dengan hatinya yang terluka dan pertanyaan yang tidak terjawab.

Annisa hanya bisa menatap punggung Damian yang menjauh, air mata yang tadi ia tahan akhirnya jatuh perlahan. Rasa kesepian yang begitu dalam memenuhi ruang hatinya. Tepat di rumah yang seharusnya menjadi tempatnya berlindung, ia merasa tidak pernah sepenuhnya diterima—tidak oleh Damian, tidak oleh Clara. Dan yang paling menyakitkan, tidak oleh dirinya sendiri.

Di sudut hatinya, ia tahu bahwa semua ini bukanlah hanya soal Clara atau pekerjaan, tetapi tentang kehilangan dirinya dalam peran yang terus-menerus menuntut tanpa memberi apa pun kembali.

•••

Damian membasuh wajahnya, merasakan air dingin yang mengalir di kulitnya seperti mencoba menenangkan gejolak yang tak terlihat di dalam dirinya. Ia menatap cermin di hadapannya, melihat bayangannya sendiri. Wajah yang selalu tampak tegar dan penuh kendali kini terlihat sedikit berbeda—ada kelelahan dan kebingungan yang samar di balik tatapan matanya.

Kata-kata Annisa tadi terus terngiang di pikirannya. "Padahal aku juga kehilangan sosok Kakak yang kusayangi... Tapi kenapa seolah-olah di sini perasaanku tidak penting?"

Damian mengusap wajahnya sekali lagi, mencoba mengusir pikiran-pikiran itu. Tapi percakapan tadi tidak mudah dilupakan. Jika dipikir-pikir, memang benar. Annisa juga kehilangan Arum. Arum bukan hanya kakaknya, tetapi juga sahabatnya, orang yang paling dekat dengannya sejak kecil. Namun, entah mengapa, setiap kali Damian memikirkan kehilangan Arum, dia tidak pernah bisa memasukkan Annisa ke dalam gambaran itu. Baginya, kehilangan Arum adalah luka yang terlalu dalam, terlalu pribadi—sesuatu yang dia rasakan seolah-olah hanya dia yang menanggungnya.

Kenapa? pikir Damian. Kenapa aku tidak pernah mengakui kalau Annisa juga terluka?

Dia menghela napas panjang, merasa jantungnya berdetak lebih keras saat pikirannya kembali ke masa-masa itu. Arum, dengan senyumannya yang lembut dan penuh kasih, adalah segalanya baginya. Mereka membangun keluarga bersama, mereka memiliki Clara, dan Damian tidak pernah membayangkan hidup tanpa Arum. Kehilangan itu begitu mendadak, menghancurkan setiap rencana dan harapan yang mereka miliki bersama.

Dan kemudian ada Annisa. Dia datang sebagai solusi, sebagai amanah terakhir yang disepakati oleh keluarganya. Damian tidak pernah mencintai Annisa, tapi dia tahu tanggung jawabnya. Dia menerima Annisa sebagai istri pengganti, bukan karena cinta, melainkan karena kewajiban untuk Clara. Namun, dalam proses itu, dia tidak pernah melihat lebih jauh dari tanggung jawab tersebut. Perasaan Annisa? Itu sesuatu yang dia hindari untuk dipikirkan.

Damian menatap cermin lagi, seolah-olah mencari jawaban di balik bayangannya sendiri.

"Kenapa?" gumamnya pelan.

Kenapa dia enggan untuk mengakui perasaan Annisa? Kenapa, di setiap kesempatan, dia menempatkan kesalahan di pundak Annisa—mengenai Clara, mengenai rumah tangga mereka, bahkan mengenai kematian Arum, meskipun jelas itu bukan kesalahan Annisa?

Kenyataannya, mungkin Damian belum pernah benar-benar berdamai dengan perasaan kehilangan itu. Setiap hari dia hidup dengan bayangan Arum, berusaha menjalani peran sebagai ayah tunggal untuk Clara, dan entah bagaimana, kehadiran Annisa menjadi pengingat akan apa yang hilang—bukan pengganti, tapi sosok yang membuat luka itu tetap terbuka.

Namun, di balik semua itu, ada kebenaran yang sulit diabaikan. Annisa juga kehilangan. Arum adalah bagian dari hidupnya sebelum menjadi bagian dari Damian. Kematian Arum meninggalkan lubang di hidup mereka berdua, tapi Damian enggan mengakui itu, enggan membiarkan dirinya merasa bahwa mungkin Annisa juga butuh ruang untuk berduka.

Dia menghela napas panjang, menundukkan kepalanya, tangan masih mencengkeram tepi wastafel. Apa aku yang terlalu keras? pikir Damian. Apa aku sudah terlalu lama menutup diri, sampai aku lupa bahwa Annisa juga manusia yang terluka?

Damian menarik napas dalam, lalu mengembuskannya perlahan. Dia tahu, di balik rasa marah dan frustrasi yang ia arahkan kepada Annisa, ada sesuatu yang lebih dalam. Rasa bersalah, rasa takut untuk benar-benar membuka diri, dan mungkin, ketakutan untuk benar-benar merasakan kehilangan Arum tanpa menyalahkan siapa pun.

Namun, mengakui itu semua akan membutuhkan lebih dari sekadar memikirkan perasaannya sendiri. Itu berarti harus membuka mata dan hatinya kepada Annisa, melihatnya sebagai lebih dari sekadar istri pengganti—melainkan sebagai seseorang yang juga tersakiti oleh kehilangan ini.

Seseorang yang, meskipun tidak pernah meminta apa pun, telah menanggung beban yang tidak sepenuhnya miliknya.

Terpopuler

Comments

☠🍁🍾⃝ ͩ ᷞʙͧɪᷡʟͣ𝐀⃝🥀❣️❤️⃟Wᵃf

☠🍁🍾⃝ ͩ ᷞʙͧɪᷡʟͣ𝐀⃝🥀❣️❤️⃟Wᵃf

Damian keras kepala banget yah,, orang itu harus tetap menjalani hidup jauh lebih baik lagi dong walaupun ditinggalkan oleh seseorang yang paling dicintainya. berani memulai rumah tangga yang baru walaupun di dasari dengan amanah sah istri tapi kamu gak berhak mengabaikan Annisa. berdamailah dengan rasa kehilangan itu Damian. jika saja ada sedikit aja kamu membuka hati dan ruang untuk Annisa bisa mengisi kekosongan hatimu, jangan nyesel deh,, kenapa gak dari awal aja kamu membuka hati untuk Annisa jika pada akhirnya nanti pun kau akan bucin terhadap Annisa. melihat Annisa tertawa sama Robert saja kamu marah emosi,, itu tandanya di lubuk hatimu terdalam ada sedikit simpatik dengan kehadiran Annisa sebagai istri pengganti.

2024-12-20

1

☠ᵏᵋᶜᶟ🏘⃝Aⁿᵘ єͬηͦσͬкͧу³º7꙳❂͜͡✯

☠ᵏᵋᶜᶟ🏘⃝Aⁿᵘ єͬηͦσͬкͧу³º7꙳❂͜͡✯

Damian kepala batu,hanya memikirkan kesakitanya sendiri tanpa melihat kalau Anisa juga terluka...yuk berubah Damian,jangan sampai kamu kehilangan Anisa...

2024-12-17

12

Barokah 99ˢ⍣⃟ₛ

Barokah 99ˢ⍣⃟ₛ

perlahan annisa. perasaan tidak bisa dipaksakan. tapi damian disini terlalu memaksakan kehendak sang istri agar fokus mengurus rumah tangga. padahal kebebasan dan hanya tidak terlalu fokus sama pernikahan yang membuat annisa merasa nyaman, tapi damian selalu menuntut dan terburu buru agar annisa mau jadi istri berbakti

2024-12-18

2

lihat semua
Episodes
1 Salah paham
2 Ketegangan
3 Penjaga ketenangan?
4 Lelucon
5 Terlibat perkelahian
6 Ide Gila!
7 Kehilangan yang tidak pernah dihitung
8 TIDAK DIINGINKAN
9 TERBIASA
10 RASA PENASARAN
11 PATAH YANG KESEKIAN KALI
12 PESTA ANDI
13 BATU
14 RENCANA ZASKIA
15 TIRAMISU CAKE
16 LANGKAH AWAL
17 ALBUM LAMA
18 MEMBUKA HATI
19 TERTAWA LEPAS & AJAKAN DAMIAN
20 MENJADI IMAM MU
21 INISIATIF DAMIAN
22 MENJEMPUT CLARA
23 KESUKSESAN PROYEK
24 GODAAN ZASKIA (1)
25 MENGUBUR PERASAAN
26 CEO BARU
27 RASA YANG BARU
28 ANTUSIAS CLARA
29 KARYAWISATA
30 PERJALANAN PULANG
31 RAPAT DI KANTOR BARU
32 MAKAN SIANG BERSAMA
33 RUMOR
34 SECERCAH HARAPAN
35 LANGKAH AWAL
36 BERMIMPI
37 MENYADARI PERASAAN
38 JENNY YANG MERESAHKAN
39 PERHATIAN KECIL
40 NIAT BUSUK JENNY
41 PERINGATAN DAMIAN
42 BERKELIT
43 GODAAN
44 PENGAKUAN
45 TIDAK TERIMA
46 HASUTAN JENNY
47 DALANG
48 KELUARGA
49 PENCULIKAN CLARA
50 KEKUATAN
51 SADAR
52 MEMBUSUK DI PENJARA
53 SALING MEMILIKI
54 RENCANA DAMIAN
55 MENJENGUK ANNISA
56 KEPULANGAN ANNISA
57 MENGGEBU
58 MENYATAKAN CINTA
59 MALAM PENYATUAN
60 SARAPAN PAGI BERSAMA
61 MALU-MALU
62 MASALALU YANG TIDAK UNTUK DILUPAKAN
63 WARUNG SEDERHANA
64 RUMAH IMPIAN
65 BUCIN?
66 CAKE UNTUK CLARA
67 ULANG TAHUN CLARA
68 REST AREA
69 HARI PINDAHAN
70 ACARA SYUKURAN
71 WANITA YANG DIJODOHKAN UNTUK ANDI
72 SUAMI YANG BAIK
73 KEBAHAGIAAN SEDERHANA
74 PELENGKAP
75 CANDA TAWA PAGI HARI
76 MASUK KANTOR KEMBALI
77 GOMBAL
78 WESTERN DAN LOKAL
79 AKU MENCINTAIMU
80 EUFORIA
81 RASA SYUKUR
82 MAKAN MALAM ROMANTIS
83 RUTINITAS YANG DIINGINKAN
84 GODAAN GINA
85 HONEYMOON 1
86 HONEYMOON 2
87 HONEYMOON 3
88 HONEYMOON 4
89 HONEYMOON 5
90 HONEYMOON 6
91 HONEYMOON 7
92 CINTA TERBESAR
93 KEJUJURAN ANDI PADA DISYA
94 KABAR BAHAGIA
95 PERAN BARU
96 NGIDAM
97 BERPISAH DENGAN REKAN KANTOR
98 AYLA DAN ARGA
99 LENGKAP
100 EXTRA.
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Salah paham
2
Ketegangan
3
Penjaga ketenangan?
4
Lelucon
5
Terlibat perkelahian
6
Ide Gila!
7
Kehilangan yang tidak pernah dihitung
8
TIDAK DIINGINKAN
9
TERBIASA
10
RASA PENASARAN
11
PATAH YANG KESEKIAN KALI
12
PESTA ANDI
13
BATU
14
RENCANA ZASKIA
15
TIRAMISU CAKE
16
LANGKAH AWAL
17
ALBUM LAMA
18
MEMBUKA HATI
19
TERTAWA LEPAS & AJAKAN DAMIAN
20
MENJADI IMAM MU
21
INISIATIF DAMIAN
22
MENJEMPUT CLARA
23
KESUKSESAN PROYEK
24
GODAAN ZASKIA (1)
25
MENGUBUR PERASAAN
26
CEO BARU
27
RASA YANG BARU
28
ANTUSIAS CLARA
29
KARYAWISATA
30
PERJALANAN PULANG
31
RAPAT DI KANTOR BARU
32
MAKAN SIANG BERSAMA
33
RUMOR
34
SECERCAH HARAPAN
35
LANGKAH AWAL
36
BERMIMPI
37
MENYADARI PERASAAN
38
JENNY YANG MERESAHKAN
39
PERHATIAN KECIL
40
NIAT BUSUK JENNY
41
PERINGATAN DAMIAN
42
BERKELIT
43
GODAAN
44
PENGAKUAN
45
TIDAK TERIMA
46
HASUTAN JENNY
47
DALANG
48
KELUARGA
49
PENCULIKAN CLARA
50
KEKUATAN
51
SADAR
52
MEMBUSUK DI PENJARA
53
SALING MEMILIKI
54
RENCANA DAMIAN
55
MENJENGUK ANNISA
56
KEPULANGAN ANNISA
57
MENGGEBU
58
MENYATAKAN CINTA
59
MALAM PENYATUAN
60
SARAPAN PAGI BERSAMA
61
MALU-MALU
62
MASALALU YANG TIDAK UNTUK DILUPAKAN
63
WARUNG SEDERHANA
64
RUMAH IMPIAN
65
BUCIN?
66
CAKE UNTUK CLARA
67
ULANG TAHUN CLARA
68
REST AREA
69
HARI PINDAHAN
70
ACARA SYUKURAN
71
WANITA YANG DIJODOHKAN UNTUK ANDI
72
SUAMI YANG BAIK
73
KEBAHAGIAAN SEDERHANA
74
PELENGKAP
75
CANDA TAWA PAGI HARI
76
MASUK KANTOR KEMBALI
77
GOMBAL
78
WESTERN DAN LOKAL
79
AKU MENCINTAIMU
80
EUFORIA
81
RASA SYUKUR
82
MAKAN MALAM ROMANTIS
83
RUTINITAS YANG DIINGINKAN
84
GODAAN GINA
85
HONEYMOON 1
86
HONEYMOON 2
87
HONEYMOON 3
88
HONEYMOON 4
89
HONEYMOON 5
90
HONEYMOON 6
91
HONEYMOON 7
92
CINTA TERBESAR
93
KEJUJURAN ANDI PADA DISYA
94
KABAR BAHAGIA
95
PERAN BARU
96
NGIDAM
97
BERPISAH DENGAN REKAN KANTOR
98
AYLA DAN ARGA
99
LENGKAP
100
EXTRA.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!