Ide Gila!

Annisa menggandeng tangan kecil Clara saat mereka memasuki rumah, meskipun bocah itu beberapa kali mencoba melepaskan diri.

Saat mereka melangkah ke ruang tamu, Annisa melihat Damian sudah duduk di sofa, dengan tablet di pangkuannya. Wajahnya tampak serius, dan ia langsung menatap mereka tanpa berkata apa-apa.

Clara mencoba bersembunyi di belakang Annisa, merasa canggung di hadapan ayahnya. Damian perlahan menurunkan tablet dan menatap Annisa dengan tajam.

"Bu Hanifa menelepon," katanya dingin, suaranya tajam seperti pisau. "Katanya Clara berkelahi di sekolah. Apa yang sebenarnya terjadi?"

Annisa merasa jantungnya berdegup lebih kencang. Ia berusaha menjelaskan dengan tenang. "Mas, Clara... Dia marah karena temannya, Sita, mengatakan hal-hal yang menyakitkan tentang ibu tirinya. Clara merasa tersinggung—"

"Dan itu alasan untuk berkelahi?" potong Damian, suaranya naik. "Annisa, kamu seharusnya bisa mengendalikan ini. Kamu yang seharusnya mendidiknya, bukan membiarkan dia bertindak seenaknya."

Annisa tertegun, merasa sakit mendengar tuduhan Damian. "Aku tidak membiarkan apa pun, Mas. Aku bicara dengan Clara setelah kejadian itu, dan dia sudah meminta maaf. Ini masalah yang sensitif bagi Clara. Dia merasa tersinggung dan—"

"Tersinggung atau tidak, kekerasan bukan jawabannya!" Damian menggerutu, berdiri dan berjalan mendekati Clara, tatapannya kini tertuju ke anak itu. "Clara, masuk ke kamar sekarang. Kamu butuh waktu untuk introspeksi diri. Tidak ada alasan untuk berkelahi, tidak peduli apa yang mereka katakan."

Clara menunduk, terlihat ketakutan dan malu. Tanpa berkata apa-apa, ia berbalik dan berjalan perlahan menuju tangga. Saat ia menghilang di balik pintu kamarnya, Annisa menatap Damian dengan kecewa.

"Mas, ini bukan cuma soal Clara berkelahi. Anak itu sedang kesakitan. Kata-kata Sita sangat menyakiti perasaannya, dan dia merasa terancam. Bukankah sebaiknya kita bicara dengannya, bukannya menghukumnya tanpa memberikan pengertian?"

Damian mendengus, melipat tangannya di dada. "Jadi, sekarang kamu ingin aku bersikap lebih lunak, Nis? Clara berkelahi di sekolah, dan kamu mau bilang itu bukan masalah besar? Kamu yang seharusnya menjaga dia."

Annisa merasa hatinya sesak. "Aku berusaha, Mas. Aku berusaha memahami Clara. Tapi dia juga butuh bantuanmu, bukan cuma hukuman."

Damian menatap Annisa dengan dingin, lalu berjalan kembali ke sofa dan mengambil tabletnya. "Aku tidak punya waktu untuk drama ini, Annisa. Kamu yang harus menangani Clara. Aku berharap kamu bisa lebih baik dalam mengurusnya."

Annisa berdiri terpaku, merasa seolah-olah sedang dimarahi untuk sesuatu yang di luar kendalinya. Clara memang bukan anaknya secara biologis, tapi Annisa telah melakukan yang terbaik untuk merawat dan mendukung gadis kecil itu. Namun, Damian selalu bersikap seolah segala kesalahan Clara adalah tanggung jawabnya semata. Perasaan frustrasi dan sakit hati perlahan mengalir dalam dirinya, tapi ia tahu bahwa berdebat dengan Damian sekarang hanya akan memperburuk keadaan.

Dengan suara tertahan, ia akhirnya berkata, "Aku akan bicara dengan Clara nanti."

Damian hanya mengangguk tanpa menoleh, tenggelam kembali dalam tabletnya, meninggalkan Annisa merasa sendirian dalam tugas yang paling sulit ini.

Annisa masih berdiri di sana, di ruang tamu yang terasa semakin dingin, sementara Damian kembali tenggelam dalam dunianya, memeriksa tabletnya seolah-olah tidak ada hal penting yang baru saja terjadi. Annisa tahu bahwa tidak ada gunanya memperpanjang perdebatan sekarang. Damian sudah mengambil sikap, dan dia sulit diajak bicara ketika sudah memutuskan sesuatu. Namun, rasa frustrasi dan sakit hati mulai membanjiri dirinya.

Annisa berjalan perlahan ke dapur, mencoba menenangkan pikirannya sambil merefleksikan apa yang baru saja terjadi. Ia selalu tahu bahwa hubungan mereka tidak mudah, terutama sejak menikah karena amanah dari keluarga. Namun, belakangan ini, Damian semakin keras kepala dan selalu menyalahkannya, seolah-olah setiap kesalahan Clara adalah kesalahannya juga. Annisa merasa beban itu terlalu berat untuk dipikul seorang diri, dan kelelahan mulai merambati dirinya, baik secara fisik maupun emosional.

Tak lama kemudian, Damian berdiri dan menyusul Annisa ke dapur, suaranya terdengar dingin namun terkontrol. “Kita perlu bicara, Annisa.”

Annisa menoleh, mengangkat alisnya. “Tentang apa?”

Damian menatapnya dengan serius. “Aku tidak suka kamu terus bekerja. Itu membuang waktu dan energi yang seharusnya kamu curahkan untuk rumah ini. Untuk Clara.”

Annisa menghela napas panjang, menyiapkan diri untuk argumen yang sudah sering terjadi antara mereka. "Mas, aku bekerja karena aku ingin. Aku butuh ruang untuk diriku sendiri, sesuatu di luar urusan rumah dan Clara. Aku tahu tanggung jawabku di rumah, tapi itu bukan berarti aku harus berhenti jadi diriku sendiri."

Damian mencibir, melipat tangannya di dada. "Apa gunanya pekerjaanmu itu? Kamu tahu kita tidak butuh uang dari gajimu. Aku bisa memberikan semuanya untuk kamu dan Clara. Kamu hanya perlu fokus pada rumah tangga ini."

Annisa menatap Damian dengan tatapan yang tajam namun penuh perasaan. “Ini bukan soal uang, Mas. Aku butuh bekerja untuk merasa berharga, untuk punya sesuatu yang aku cintai selain dari semua ini. Aku mencintai Clara, dan aku mencoba yang terbaik. Tapi aku juga butuh ruang untuk diriku sendiri. Bekerja di perusahaan itu memberikan aku rasa pencapaian.”

Damian mendekat, nada suaranya semakin dingin. “Kamu tahu kenapa aku tidak setuju? Karena pekerjaanmu itu mengalihkan perhatianmu. Kamu seharusnya ada di sini, di rumah, mengurus Clara. Bukankah itu alasan kita menikah? Kamu tahu tanggung jawabmu.”

Annisa mendengarkan dengan hati yang mulai berat. “Mas, aku tahu. Tapi kamu tidak bisa menyalahkan ku setiap kali sesuatu terjadi pada Clara. Clara butuh lebih dari sekadar disiplin. Dia butuh kita berdua untuk membantunya melewati masa-masa sulit ini. Dia kehilangan ibunya, dan aku mencoba yang terbaik untuk menjadi figur yang bisa dia percayai.”

Damian mendengus. “Dan kamu pikir bekerja delapan jam sehari, pulang dalam keadaan lelah, itu membantu? Clara butuh perhatian penuh, Annisa.”

Annisa hampir menangis, tetapi ia menahannya. “Jadi, apa yang kamu mau, Mas? Apa kamu ingin aku berhenti bekerja? Apa itu solusi buat kamu? Tapi apa kamu pikir itu solusi untuk aku?”

Damian menatap Annisa dengan tatapan dingin yang membuat tubuhnya bergetar. “Aku punya solusi,” katanya perlahan, menimbang setiap kata. “Aku sedang mempertimbangkan untuk membeli perusahaan tempat kamu bekerja.”

Annisa tercengang, matanya membulat penuh ketidakpercayaan. “Apa? Apa maksudmu? Kamu... Kamu ingin membeli perusahaan tempat aku bekerja?”

Damian mengangguk, tampak puas dengan reaksi Annisa. “Ya. Dengan begitu, aku bisa mengontrol apa yang terjadi di sana. Kamu tidak akan lagi dipaksa untuk bekerja lembur atau menghadapi tekanan yang tidak perlu. Dan pada akhirnya, kamu akan lebih fokus pada rumah ini, seperti yang seharusnya."

Annisa benar-benar terguncang. “Mas, itu gila! Aku bekerja di sana bukan hanya untuk uang atau rutinitas. Aku bekerja karena aku ingin melakukan sesuatu yang berarti. Kamu tidak bisa begitu saja mengendalikan hidupku dengan membeli perusahaannya. Itu bukan caranya!”

Damian mendekat lebih jauh, kini jaraknya hanya beberapa inci dari Annisa. Tatapannya tajam dan penuh kontrol. "Aku bisa dan akan melakukannya, Annisa. Aku tidak akan biarkan kamu terus-menerus mengabaikan tanggung jawab di rumah ini demi sesuatu yang tidak penting. Kamu adalah istriku. Dan kamu punya tugas di sini."

Annisa merasa tubuhnya lemas, seolah-olah kekuatan untuk melawan tiba-tiba lenyap. Ia selalu tahu bahwa Damian memiliki kontrol atas banyak hal dalam hidupnya, tapi tidak pernah membayangkan bahwa dia akan sejauh ini. Ia menatap Damian, melihat seorang pria yang tidak lagi peduli pada perasaannya, melainkan hanya fokus pada apa yang dia anggap benar.

“Aku tidak bisa terus seperti ini, Mas,” katanya pelan, suaranya bergetar. “Aku tidak bisa hidup dengan cara ini. Aku butuh kebebasan untuk menjadi diriku sendiri.”

Damian mendengus, lalu berbalik seolah-olah perdebatan ini sudah selesai baginya. “Kita akan bicarakan ini lagi nanti. Tapi jangan harap aku berubah pikiran.”

Annisa berdiri di dapur, sendirian lagi, dengan hati yang semakin kosong dan kepala yang penuh pikiran tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟ🏘⃝Aⁿᵘ єͬηͦσͬкͧу³º7꙳❂͜͡✯

☠ᵏᵋᶜᶟ🏘⃝Aⁿᵘ єͬηͦσͬкͧу³º7꙳❂͜͡✯

sebagai kepala RT kamu juga punya tanggung jawab terhadap Clara,bukan hanya materi, tapi kasih sayang juga, disini bisa terlihat bisa memimpin perusahaan belum tentu bisa menjadi kepala keluarga yang baik dan bijak, kamu hanya bisa menyalahkan Anisa terus....

2024-12-17

12

☠🍁🍾⃝ ͩ ᷞʙͧɪᷡʟͣ𝐀⃝🥀❣️❤️⃟Wᵃf

☠🍁🍾⃝ ͩ ᷞʙͧɪᷡʟͣ𝐀⃝🥀❣️❤️⃟Wᵃf

sumpah rasanya pingin getok kepalanya Damian deh,, memdodik anak itu bukan hanya tugas istri melainkan tugas suami istri, ayah itu juga punya peran penting loh buat perkembangan anak. jadi jika anak salah jangan nyalahin istri yang kurang becus mendidiknya,, tapi koreksi juga dirimu Damian , apakah sudah layak disebut seorang ayah kah, jika kamu sendiri hanya fokus ke pekerjaan tanpa mau terlibat langsung dengan pesikis dan mental Clara

2024-12-19

1

🍀⃟ᏽꮲ𐑈•⁰²𝐍ι𝐒ᗩ🐅⃫⃟⃤

🍀⃟ᏽꮲ𐑈•⁰²𝐍ι𝐒ᗩ🐅⃫⃟⃤

ya ampun damian ini bebal banget yaa, lah clara ini anaknya siapa wehhh kenapa jadi sepenuhnya tanggung jawab anisa, yang orang tua kandung clara itu saha busetttt, harusnya ditangani bersama, bukan cuma anisa. makin rumit segala mau beli perusahaan tempat anisa kerja duhh semoga hamba engkau jauhkan dari spesies macam damian ini ya Allah🤧

2024-12-20

0

lihat semua
Episodes
1 Salah paham
2 Ketegangan
3 Penjaga ketenangan?
4 Lelucon
5 Terlibat perkelahian
6 Ide Gila!
7 Kehilangan yang tidak pernah dihitung
8 TIDAK DIINGINKAN
9 TERBIASA
10 RASA PENASARAN
11 PATAH YANG KESEKIAN KALI
12 PESTA ANDI
13 BATU
14 RENCANA ZASKIA
15 TIRAMISU CAKE
16 LANGKAH AWAL
17 ALBUM LAMA
18 MEMBUKA HATI
19 TERTAWA LEPAS & AJAKAN DAMIAN
20 MENJADI IMAM MU
21 INISIATIF DAMIAN
22 MENJEMPUT CLARA
23 KESUKSESAN PROYEK
24 GODAAN ZASKIA (1)
25 MENGUBUR PERASAAN
26 CEO BARU
27 RASA YANG BARU
28 ANTUSIAS CLARA
29 KARYAWISATA
30 PERJALANAN PULANG
31 RAPAT DI KANTOR BARU
32 MAKAN SIANG BERSAMA
33 RUMOR
34 SECERCAH HARAPAN
35 LANGKAH AWAL
36 BERMIMPI
37 MENYADARI PERASAAN
38 JENNY YANG MERESAHKAN
39 PERHATIAN KECIL
40 NIAT BUSUK JENNY
41 PERINGATAN DAMIAN
42 BERKELIT
43 GODAAN
44 PENGAKUAN
45 TIDAK TERIMA
46 HASUTAN JENNY
47 DALANG
48 KELUARGA
49 PENCULIKAN CLARA
50 KEKUATAN
51 SADAR
52 MEMBUSUK DI PENJARA
53 SALING MEMILIKI
54 RENCANA DAMIAN
55 MENJENGUK ANNISA
56 KEPULANGAN ANNISA
57 MENGGEBU
58 MENYATAKAN CINTA
59 MALAM PENYATUAN
60 SARAPAN PAGI BERSAMA
61 MALU-MALU
62 MASALALU YANG TIDAK UNTUK DILUPAKAN
63 WARUNG SEDERHANA
64 RUMAH IMPIAN
65 BUCIN?
66 CAKE UNTUK CLARA
67 ULANG TAHUN CLARA
68 REST AREA
69 HARI PINDAHAN
70 ACARA SYUKURAN
71 WANITA YANG DIJODOHKAN UNTUK ANDI
72 SUAMI YANG BAIK
73 KEBAHAGIAAN SEDERHANA
74 PELENGKAP
75 CANDA TAWA PAGI HARI
76 MASUK KANTOR KEMBALI
77 GOMBAL
78 WESTERN DAN LOKAL
79 AKU MENCINTAIMU
80 EUFORIA
81 RASA SYUKUR
82 MAKAN MALAM ROMANTIS
83 RUTINITAS YANG DIINGINKAN
84 GODAAN GINA
85 HONEYMOON 1
86 HONEYMOON 2
87 HONEYMOON 3
88 HONEYMOON 4
89 HONEYMOON 5
90 HONEYMOON 6
91 HONEYMOON 7
92 CINTA TERBESAR
93 KEJUJURAN ANDI PADA DISYA
94 KABAR BAHAGIA
95 PERAN BARU
96 NGIDAM
97 BERPISAH DENGAN REKAN KANTOR
98 AYLA DAN ARGA
99 LENGKAP
100 EXTRA.
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Salah paham
2
Ketegangan
3
Penjaga ketenangan?
4
Lelucon
5
Terlibat perkelahian
6
Ide Gila!
7
Kehilangan yang tidak pernah dihitung
8
TIDAK DIINGINKAN
9
TERBIASA
10
RASA PENASARAN
11
PATAH YANG KESEKIAN KALI
12
PESTA ANDI
13
BATU
14
RENCANA ZASKIA
15
TIRAMISU CAKE
16
LANGKAH AWAL
17
ALBUM LAMA
18
MEMBUKA HATI
19
TERTAWA LEPAS & AJAKAN DAMIAN
20
MENJADI IMAM MU
21
INISIATIF DAMIAN
22
MENJEMPUT CLARA
23
KESUKSESAN PROYEK
24
GODAAN ZASKIA (1)
25
MENGUBUR PERASAAN
26
CEO BARU
27
RASA YANG BARU
28
ANTUSIAS CLARA
29
KARYAWISATA
30
PERJALANAN PULANG
31
RAPAT DI KANTOR BARU
32
MAKAN SIANG BERSAMA
33
RUMOR
34
SECERCAH HARAPAN
35
LANGKAH AWAL
36
BERMIMPI
37
MENYADARI PERASAAN
38
JENNY YANG MERESAHKAN
39
PERHATIAN KECIL
40
NIAT BUSUK JENNY
41
PERINGATAN DAMIAN
42
BERKELIT
43
GODAAN
44
PENGAKUAN
45
TIDAK TERIMA
46
HASUTAN JENNY
47
DALANG
48
KELUARGA
49
PENCULIKAN CLARA
50
KEKUATAN
51
SADAR
52
MEMBUSUK DI PENJARA
53
SALING MEMILIKI
54
RENCANA DAMIAN
55
MENJENGUK ANNISA
56
KEPULANGAN ANNISA
57
MENGGEBU
58
MENYATAKAN CINTA
59
MALAM PENYATUAN
60
SARAPAN PAGI BERSAMA
61
MALU-MALU
62
MASALALU YANG TIDAK UNTUK DILUPAKAN
63
WARUNG SEDERHANA
64
RUMAH IMPIAN
65
BUCIN?
66
CAKE UNTUK CLARA
67
ULANG TAHUN CLARA
68
REST AREA
69
HARI PINDAHAN
70
ACARA SYUKURAN
71
WANITA YANG DIJODOHKAN UNTUK ANDI
72
SUAMI YANG BAIK
73
KEBAHAGIAAN SEDERHANA
74
PELENGKAP
75
CANDA TAWA PAGI HARI
76
MASUK KANTOR KEMBALI
77
GOMBAL
78
WESTERN DAN LOKAL
79
AKU MENCINTAIMU
80
EUFORIA
81
RASA SYUKUR
82
MAKAN MALAM ROMANTIS
83
RUTINITAS YANG DIINGINKAN
84
GODAAN GINA
85
HONEYMOON 1
86
HONEYMOON 2
87
HONEYMOON 3
88
HONEYMOON 4
89
HONEYMOON 5
90
HONEYMOON 6
91
HONEYMOON 7
92
CINTA TERBESAR
93
KEJUJURAN ANDI PADA DISYA
94
KABAR BAHAGIA
95
PERAN BARU
96
NGIDAM
97
BERPISAH DENGAN REKAN KANTOR
98
AYLA DAN ARGA
99
LENGKAP
100
EXTRA.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!