Terlibat perkelahian

Annisa berlari tergopoh-gopoh menyusuri lorong sekolah yang terasa panjang. Hatinya berdegup kencang, bukan hanya karena lelah, tapi juga karena kekhawatiran akan apa yang terjadi. Meski hubungan Clara dengannya tidak baik, sebagai ibu pengganti, ia tak bisa lepas dari rasa tanggung jawab.

Setibanya di depan ruang kepala sekolah, ia menarik napas dalam-dalam sebelum mengetuk pintu.

“Silakan masuk,” suara dari dalam terdengar jelas. Annisa membuka pintu dan melangkah masuk. Di dalam, ia melihat Bu Hanifa dan Clara duduk di depan kepala sekolah, Pak Iman. Clara duduk dengan wajah murung, tangan terlipat di depan dada, sementara seorang anak perempuan lain yang duduk di seberang tampak menangis.

"Selamat siang, Bu Annisa," sapa Pak Iman dengan sopan. "Terima kasih sudah datang. Kami perlu membicarakan kejadian tadi siang."

Annisa menelan ludah, berusaha menenangkan dirinya. "Apa yang terjadi, Pak?"

Bu Hanifa menoleh ke arah Annisa. "Clara terlibat perkelahian dengan temannya, Sita, di jam istirahat. Sita melaporkan bahwa Clara memukulnya lebih dulu."

Mendengar itu, Annisa menatap Clara yang menundukkan kepala, wajahnya tanpa ekspresi. "Clara," Annisa berkata lembut namun tegas, "kenapa kamu melakukan itu?"

Clara hanya diam, matanya masih tertuju pada lantai.

"Sita mengaku bahwa awalnya hanya bercanda, tapi Clara tersinggung dan langsung memukulnya," Bu Hanifa melanjutkan. "Ini bukan pertama kalinya Clara bersikap agresif."

Annisa merasa pusing. Ia tahu Clara sulit dikendalikan, terutama setelah kehilangan ibunya, Arum. "Pak Iman, apa yang harus kita lakukan?" tanya Annisa, suaranya sedikit gemetar.

Pak Iman menghela napas panjang. "Untuk saat ini, Clara harus meminta maaf kepada Sita, dan kami akan memberi peringatan tertulis. Jika perilaku ini berlanjut, kami terpaksa harus mengambil tindakan lebih lanjut."

Annisa memandang Clara lagi. "Clara, kamu dengar itu? Kamu harus meminta maaf."

Namun, Clara masih terdiam, enggan mengucapkan sepatah kata pun. Sikapnya itu membuat hati Annisa semakin berat. Bagaimana ia bisa membantu Clara jika anak itu tak mau terbuka padanya?

Clara tetap diam, tak mengucapkan sepatah kata pun. Hanya ada keheningan yang membuat ruangan terasa semakin berat.

Akhirnya, Annisa berkata pelan, “Clara, kenapa kamu memukul Sita? Tolong jelaskan.”

Clara mendongak dengan wajah marah dan air mata yang menggenang. "Sita bilang aku nggak punya ibu! Dia bilang ibu tiriku pasti jahat! Dan kalau nanti ibu tiri punya anak, aku bakal disingkirin! Aku benci dia!"

Kata-kata Clara langsung membuat hati Annisa terhentak. Meski Clara sering memperlakukannya dengan dingin, kini ia menyadari betapa dalam luka yang Clara rasakan. Annisa menatap anak itu dengan perasaan campur aduk—antara ingin memeluknya dan menenangkan, tapi juga sadar Clara belum siap untuk menerimanya sepenuhnya.

Pak Iman mendesah pelan. “Clara, Bapak mengerti kamu terluka karena perkataan Sita, tapi kekerasan bukan cara yang benar untuk menyelesaikan masalah.”

Annisa berlutut di samping Clara, berusaha agar mereka bisa setara. "Clara, dengarkan, Tante tahu kamu sedih dan marah. Tapi apa yang Sita katakan tidak benar. Tante tidak akan pernah menyingkirkan kamu. Kamu penting buat Tante, dan Tante akan selalu ada untuk kamu."

Clara menoleh sebentar ke arah Annisa, tatapannya masih penuh emosi. Namun, ia tidak berkata apa-apa.

Sita yang duduk di seberang tiba-tiba menangis lebih keras. "Aku nggak bermaksud bikin Clara marah! Aku cuma bercanda!" katanya sambil terisak.

Pak Iman menenangkan situasi dengan tenang. “Sekarang yang penting adalah kalian berdua meminta maaf satu sama lain dan belajar untuk tidak menyakiti satu sama lain, baik dengan kata-kata maupun tindakan.”

Annisa mencoba lagi dengan lembut, "Clara, apa kamu mau minta maaf ke Sita?"

Clara terdiam lama, lalu dengan suara rendah dan berat, ia berkata, "Maaf."

Sita menatap Clara, masih terisak, dan berkata, "Aku juga minta maaf, Clara. Aku nggak akan ngomong gitu lagi."

Meski permintaan maaf itu tidak sepenuhnya menyelesaikan masalah, Annisa merasa sedikit lega. Namun, di balik itu, ia tahu bahwa luka di hati Clara mungkin lebih dalam daripada yang terlihat. Dan tantangannya untuk menjadi sosok ibu yang bisa Clara percayai baru saja dimulai.

•••

Setelah pertemuan dengan kepala sekolah, Annisa menggenggam tangan Clara dengan lembut dan membimbingnya keluar dari sekolah.

Clara masih terdiam, dengan raut wajah yang suram. Mereka berjalan menuju mobil Annisa di parkiran, dan keheningan di antara mereka terasa begitu tegang. Annisa ingin berbicara, ingin mencoba menenangkan Clara, tapi ia tahu bahwa memaksa Clara bicara sekarang mungkin hanya akan memperburuk keadaan.

Setelah beberapa saat berkendara, Annisa memutuskan untuk mencoba sesuatu yang berbeda.

"Clara," katanya dengan suara lembut, "bagaimana kalau kita mampir ke taman sebentar? Ada kedai es krim di dekat sana. Aku dengar mereka punya rasa baru, stroberi keju. Kamu suka es krim, kan?"

Clara menoleh sedikit ke arah Annisa, tetapi tidak langsung menjawab. Meskipun wajahnya masih menunjukkan kemarahan, Annisa menangkap sedikit kilatan minat di mata gadis itu.

“Tante tahu hari ini berat buat kamu,” lanjut Annisa, berusaha terdengar ringan. “Tapi mungkin es krim bisa sedikit membantu. Lagipula, kita nggak buru-buru pulang, kan?”

Clara menghela napas, masih terkesan enggan, tapi akhirnya mengangguk pelan. "Boleh," katanya dengan suara datar.

Annisa tersenyum kecil, meski dalam hatinya merasa lega. “Oke, kita mampir sebentar, ya.”

Tak lama kemudian, mereka tiba di taman kecil yang cukup tenang, dengan pepohonan rindang dan bangku-bangku yang tersebar. Di dekat pintu masuk taman, ada kios es krim yang Annisa sebutkan. Mereka memesan dua es krim—satu untuk Clara dengan rasa cokelat favoritnya, dan satu lagi untuk Annisa dengan rasa stroberi keju yang ia sebutkan tadi.

Setelah menerima es krim mereka, Annisa mengajak Clara duduk di salah satu bangku taman yang teduh. Matahari sore memancarkan sinarnya yang hangat, dan suasana taman terasa damai, dengan anak-anak kecil yang bermain di kejauhan.

Clara mulai menyendok es krimnya dengan perlahan. Annisa mengamati anak itu dari samping, berpikir keras tentang apa yang harus ia katakan.

"Clara," ia memulai, suaranya pelan, "tante tahu ini sulit buat kamu. Kehilangan ibu kandungmu, merasa seolah-olah kamu sendirian… Itu pasti berat."

Clara menunduk, menatap es krimnya. "Aku nggak butuh ibu tiri," gumamnya, suaranya nyaris tak terdengar.

Annisa merasa sakit mendengar kata-kata itu, tapi ia tahu Clara sedang mengungkapkan perasaannya yang paling dalam. Ia tak bisa memaksa Clara untuk menerimanya begitu saja. "Tante tahu," jawab Annisa pelan. "Dan Tante tidak pernah ingin menggantikan tempat ibumu. Tante hanya ingin ada di sini buat kamu, untuk membantu kamu, mendukung kamu, kalau kamu butuh."

Clara terdiam, sendoknya berhenti di tengah perjalanan ke mulut. Ia menatap es krimnya tanpa berkata apa-apa.

Annisa melanjutkan, "Tante nggak tahu apakah kamu bisa percaya sama Tante sekarang, dan itu nggak apa-apa. Tapi Tante janji, Clara, Tante di sini untuk kamu. Tante nggak akan menyingkirkan kamu, seperti yang Sita bilang. Tante nggak akan pernah melakukan itu."

Clara menoleh sedikit ke arah Annisa, matanya sedikit lebih lembut sekarang. "Tante janji?" tanyanya, suaranya nyaris seperti bisikan.

Annisa tersenyum lembut, "Tante janji, Clara. Kamu selalu penting buat Tante."

Clara tidak langsung menjawab, tapi ia kembali menyendok es krimnya, kali ini sedikit lebih pelan dan tenang. Annisa merasa ada sedikit kemajuan—mungkin Clara tidak langsung membuka hatinya, tapi setidaknya ada celah kecil yang bisa ia masuki. Mereka menikmati sisa es krim mereka dalam keheningan, tapi kali ini, keheningannya terasa lebih ringan.

Di bawah sinar matahari sore, Annisa berharap ini adalah awal dari langkah-langkah kecil menuju hubungan yang lebih baik dengan Clara.

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟ🏘⃝Aⁿᵘᴇͬɴͦᴏͬᴋͧʏ³º7꙳❂͜͡✯

☠ᵏᵋᶜᶟ🏘⃝Aⁿᵘᴇͬɴͦᴏͬᴋͧʏ³º7꙳❂͜͡✯

tebyata sikap keras Clara selama ini utk menutupi luka dan rasa takut diperlakukan tidak baik oleh Anisa, sabat Anisa dan tetap semangat, q yakin ketulusan yang kamu berikan ke Clara lambat laun akan melunakkan hati clara.

2024-12-17

14

🍀⃟ᏽꮲ𐑈•⁰²𝐍ι𝐒ᗩ🐅⃫⃟⃤

🍀⃟ᏽꮲ𐑈•⁰²𝐍ι𝐒ᗩ🐅⃫⃟⃤

sewajarnya anak kecil pasti sensi sama yg namanya ibu tiri, tpi tidak semua ibu tiri itu jahat, contohnya anisa, sblm jadi ibu tiri clara, anisa sudah jadi tantenya clara. itu pun tidak membuat clara welcome ke anisa. yaudah kan ya anak sama bapak sama aja, buah tidak jatuh jauh dari pohonnya. semoga ini menjadi awal kedekatan anisa dan clara😻👍🏻nanti juga Clara akan luluh karena sekeras kerasnya batu jika terus ditetesi air akan retak dan hancur juga, sama halnya dengan hati manusia. ehh bukan manusia dengg kan tokoh ciptaan kakak otor🤣

2024-12-18

3

☠🍁🍾⃝ ͩ ᷞʙͧɪᷡʟͣ𝐀⃝🥀❣️❤️⃟Wᵃf

☠🍁🍾⃝ ͩ ᷞʙͧɪᷡʟͣ𝐀⃝🥀❣️❤️⃟Wᵃf

Sudah sesabar itu Annisa tapi clara dan Damian kok gak bisa melihat ketulusan hatinya Annisa. kamu wanita yang hebat Annisa, sudah diperlakukan dengan tidak baik tapi masih bisa selembut itu saat berhadapan dengan Clara maupun Damian. walaupun siap dingin clara untuk menutupi rasa sedih dan terlukanya atas kepergian ibu kandungnya,, tapi tidak seharusnya clara buta akan kebaikannya Annisa yang notabenenya ibu tiri sekaligus tante kandungnya

2024-12-19

3

lihat semua
Episodes
1 Salah paham
2 Ketegangan
3 Penjaga ketenangan?
4 Lelucon
5 Terlibat perkelahian
6 Ide Gila!
7 Kehilangan yang tidak pernah dihitung
8 TIDAK DIINGINKAN
9 TERBIASA
10 RASA PENASARAN
11 PATAH YANG KESEKIAN KALI
12 PESTA ANDI
13 BATU
14 RENCANA ZASKIA
15 TIRAMISU CAKE
16 LANGKAH AWAL
17 ALBUM LAMA
18 MEMBUKA HATI
19 TERTAWA LEPAS & AJAKAN DAMIAN
20 MENJADI IMAM MU
21 INISIATIF DAMIAN
22 MENJEMPUT CLARA
23 KESUKSESAN PROYEK
24 GODAAN ZASKIA (1)
25 MENGUBUR PERASAAN
26 CEO BARU
27 RASA YANG BARU
28 ANTUSIAS CLARA
29 KARYAWISATA
30 PERJALANAN PULANG
31 RAPAT DI KANTOR BARU
32 MAKAN SIANG BERSAMA
33 RUMOR
34 SECERCAH HARAPAN
35 LANGKAH AWAL
36 BERMIMPI
37 MENYADARI PERASAAN
38 JENNY YANG MERESAHKAN
39 PERHATIAN KECIL
40 NIAT BUSUK JENNY
41 PERINGATAN DAMIAN
42 BERKELIT
43 GODAAN
44 PENGAKUAN
45 TIDAK TERIMA
46 HASUTAN JENNY
47 DALANG
48 KELUARGA
49 PENCULIKAN CLARA
50 KEKUATAN
51 SADAR
52 MEMBUSUK DI PENJARA
53 SALING MEMILIKI
54 RENCANA DAMIAN
55 MENJENGUK ANNISA
56 KEPULANGAN ANNISA
57 MENGGEBU
58 MENYATAKAN CINTA
59 MALAM PENYATUAN
60 SARAPAN PAGI BERSAMA
61 MALU-MALU
62 MASALALU YANG TIDAK UNTUK DILUPAKAN
63 WARUNG SEDERHANA
64 RUMAH IMPIAN
65 BUCIN?
66 CAKE UNTUK CLARA
67 ULANG TAHUN CLARA
68 REST AREA
69 HARI PINDAHAN
70 ACARA SYUKURAN
71 WANITA YANG DIJODOHKAN UNTUK ANDI
72 SUAMI YANG BAIK
73 KEBAHAGIAAN SEDERHANA
74 PELENGKAP
75 CANDA TAWA PAGI HARI
76 MASUK KANTOR KEMBALI
77 GOMBAL
78 WESTERN DAN LOKAL
79 AKU MENCINTAIMU
80 EUFORIA
81 RASA SYUKUR
82 MAKAN MALAM ROMANTIS
83 RUTINITAS YANG DIINGINKAN
84 GODAAN GINA
85 HONEYMOON 1
86 HONEYMOON 2
87 HONEYMOON 3
88 HONEYMOON 4
89 HONEYMOON 5
90 HONEYMOON 6
91 HONEYMOON 7
92 CINTA TERBESAR
93 KEJUJURAN ANDI PADA DISYA
94 KABAR BAHAGIA
95 PERAN BARU
96 NGIDAM
97 BERPISAH DENGAN REKAN KANTOR
98 AYLA DAN ARGA
99 LENGKAP
100 EXTRA.
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Salah paham
2
Ketegangan
3
Penjaga ketenangan?
4
Lelucon
5
Terlibat perkelahian
6
Ide Gila!
7
Kehilangan yang tidak pernah dihitung
8
TIDAK DIINGINKAN
9
TERBIASA
10
RASA PENASARAN
11
PATAH YANG KESEKIAN KALI
12
PESTA ANDI
13
BATU
14
RENCANA ZASKIA
15
TIRAMISU CAKE
16
LANGKAH AWAL
17
ALBUM LAMA
18
MEMBUKA HATI
19
TERTAWA LEPAS & AJAKAN DAMIAN
20
MENJADI IMAM MU
21
INISIATIF DAMIAN
22
MENJEMPUT CLARA
23
KESUKSESAN PROYEK
24
GODAAN ZASKIA (1)
25
MENGUBUR PERASAAN
26
CEO BARU
27
RASA YANG BARU
28
ANTUSIAS CLARA
29
KARYAWISATA
30
PERJALANAN PULANG
31
RAPAT DI KANTOR BARU
32
MAKAN SIANG BERSAMA
33
RUMOR
34
SECERCAH HARAPAN
35
LANGKAH AWAL
36
BERMIMPI
37
MENYADARI PERASAAN
38
JENNY YANG MERESAHKAN
39
PERHATIAN KECIL
40
NIAT BUSUK JENNY
41
PERINGATAN DAMIAN
42
BERKELIT
43
GODAAN
44
PENGAKUAN
45
TIDAK TERIMA
46
HASUTAN JENNY
47
DALANG
48
KELUARGA
49
PENCULIKAN CLARA
50
KEKUATAN
51
SADAR
52
MEMBUSUK DI PENJARA
53
SALING MEMILIKI
54
RENCANA DAMIAN
55
MENJENGUK ANNISA
56
KEPULANGAN ANNISA
57
MENGGEBU
58
MENYATAKAN CINTA
59
MALAM PENYATUAN
60
SARAPAN PAGI BERSAMA
61
MALU-MALU
62
MASALALU YANG TIDAK UNTUK DILUPAKAN
63
WARUNG SEDERHANA
64
RUMAH IMPIAN
65
BUCIN?
66
CAKE UNTUK CLARA
67
ULANG TAHUN CLARA
68
REST AREA
69
HARI PINDAHAN
70
ACARA SYUKURAN
71
WANITA YANG DIJODOHKAN UNTUK ANDI
72
SUAMI YANG BAIK
73
KEBAHAGIAAN SEDERHANA
74
PELENGKAP
75
CANDA TAWA PAGI HARI
76
MASUK KANTOR KEMBALI
77
GOMBAL
78
WESTERN DAN LOKAL
79
AKU MENCINTAIMU
80
EUFORIA
81
RASA SYUKUR
82
MAKAN MALAM ROMANTIS
83
RUTINITAS YANG DIINGINKAN
84
GODAAN GINA
85
HONEYMOON 1
86
HONEYMOON 2
87
HONEYMOON 3
88
HONEYMOON 4
89
HONEYMOON 5
90
HONEYMOON 6
91
HONEYMOON 7
92
CINTA TERBESAR
93
KEJUJURAN ANDI PADA DISYA
94
KABAR BAHAGIA
95
PERAN BARU
96
NGIDAM
97
BERPISAH DENGAN REKAN KANTOR
98
AYLA DAN ARGA
99
LENGKAP
100
EXTRA.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!