Bab 18

"Mbul, kamu di panggil Pak Andra ke ruangannya." Ujar Putri sambil berjalan ke arah meja ku dengan membawa setumpuk dokumen di tangannya.

"Pak Andra butuh apa Put?"

Putri mengangkat kedua bahunya tanda tidak tau. "Pak Andra tidak bilang apa-apa, cuma nyuruh aku panggilin kamu. Barusan aku baru saja minta tanda tangan Pak Andra." Jelas putri sembari menunjukkan dokumen yang di peluk.

"Sana gih, takut ada yang penting. Mau nyatain cinta mungkin." Ujar Putri sambil terkekeh.

Aku memukul pelan lengannya. "Jangan bicara sembarangan, kalau ada yang mengadukan ke tunangannya Pak Andra, bisa kena masalah aku." Omel ku.

"Ya ampun, aku sampai lupa kalau Pak Andra punya tunangan dan kamu sudah punya suami. Salah siapa kalian terlihat serasi kalau sedang berdua. Sudah ah, aku mau lanjut kerja. Kamu jangan lupa langsung ke ruangan Pak Andra, nanti aku yang kena marah kalau kamu datangnya lama." Putri berlalu ke meja kerjanya yang hanya berjarak 2 meja dari mejaku.

Aku mengetuk pintu ruang kerja Pak Andra dan bergegas masuk setelah mendapat jawaban. Pemilik ruangan tersenyum tipis saat melihatku masuk.

"Ada yang bisa saya bantu Pak?"

"Duduk dulu Bulan." Titahnya. Aku mengangguk dan duduk di depan meja kerja Pak Andra. Ekspresi wajah Pak Andra mengukir senyum, namun berkharisma dan berwibawa. Dia cukup ramah dengan kami, para bawahannya. Jabatannya yang lebih tinggi dari kami, tidak membuat Pak Andra merasa berkuasa. Dia memperlakukan bawahannya dengan baik. Mungkin itu yang membuat pemilik perusahaan selalu menaikan jabatan Pak Andra. Rekan kerjanya pun tidak ada yang keberatan karna memang sangat berdedikasi pada perusahaan.

"Saya ada janji dengan perusahaan arsitektur yang akan men design tower 2. Seharusnya pergi dengan Pak Edward, tapi beliau ada kepentingan pribadi. Kamu bisa temani saya?" Tanyanya.

"Harus saya ya Pak?" Bukannya ingin membantah, tapi aku merasa menemani Pak Andra bertemu orang-orang penting itu bukan tugas ku.

"Kamu ada pekerjaan mendesak?" Tanyanya lagi.

"Sedang membuat laporan minggu lalu."

"Kamu bisa kerjakan sampai besok, saya juga tidak akan mendesak pekerjaan kamu, jadi santai saja." Ujar Pak Andra.

Aku hanya bisa mengangguk patuh. Mau bagaimanapun Pak Andra adalah atasan ku. Semua yang aku kerjakan tentu saja atas perintah Pak Andra. Selagi pekerjaan ku tidak di buru-buru, aku tidak keberatan menemaninya keluar.

******

Pak Andra memarkirkan mobilnya di pelataran hotel. Sebenarnya aku khawatir ketika Pak Andra memberitahu ku jika pertemuannya di hotel. Tapi Pak Andra meyakinkan jika bukan aku satu-satunya wanita yang akan membahas soal pembangunan tower ke 2 perusahaan tempat kami bekerja.

Aku mensejajarkan langkah dengan Pak Andra dan memasuki hotel. Ruang pertemuannya ada di lantai 5. Hotel ini sudah biasa menjadi tempat pertemuan bisnis karna difasilitasi ruangan yang memungkinkan untuk presentasi, lengkap dengan layar dan proyektor.

Perwakilan dari perusahaan bukan hanya aku dan Pak Andra. Tapi ada 2 orang lagi yang sudah lebih dulu sampai di hotel.

Salah satu petugas hotel menyambut kami dan mengarahkan ke ruang pertemuan. "Silahkan masuk Pak, Bu." Ujarnya seraya membukakan pintu lebar-lebar.

"Terimakasih."

"Sama-sama Ibu."

Aku berjalan di belakang Pak Andra. Beliau menyapa semua orang dengan ramah dan sopan, aku hanya mengukir senyum tipis dan membungkukkan badan pada mereka tanpa mau menatap satu persatu.

"Silahkan duduk!"

Aku tertegun, suara itu tidak asing. Reflek aku mengangkat kepala untuk memastikan. Ternyata aku memang tidak salah dengar. Di ujung meja, Mas Erik sedang menatap ke arahku.

"Ah,, bukankah Anda,,"

"Pak Andra, ayo duduk!" Cegahku memotong ucapan Pak Andra. Aku menatapnya memohon dan berharap Pak Andra paham maksudku.

Pak Andra mengangguk kecil dan menarik kursi kosong untuk ku. "Duduk Bulan." Lirihnya. Dia juga menarik kursi kosong di sebelah untuk di duduki. Aku berusaha bersikap tenang dan duduk di kursi yang di siapkan Pak Andra.

"Baik, jika semuanya sudah berkumpul, saya akan memulai presentasinya." Ujarnya. Mas Erik kemudian memperkenalkan diri dan beberapa tim yang ikut dengannya.

Begitupun Pak Andra, dia ikut memperkenalkan diri karna ini pertama kalinya bertemu dengan orang-orang dari perusahaan tempat Mas Erik bekerja.

"Design yang saya tampilkan sudah sesuai dengan permintaan Pak Edward, tapi ada beberapa yang harus saya koreksi. karna Pak Edward tidak bisa hadir, mungkin bisa di catat poin-poin pentingnya."

Mas Erik berbicara panjang lebar sambil menunjukkan hasil designnya dan ruangan-ruangan penting di dalam gedung yang akan di bangun itu. Aku menyimak dan mencatat poin-poin penting agar bisa di laporkan pada Pak Edward hasil rapat siang ini.

Rapat ini di tutup Mas Erik setelah 2 jam. Tadi Pak Andra sempat menelfon Pak Edward karena ada beberapa hal yang harus di setujui langsung oleh Pak Edward.

Orang-orang saling berjabat tangan, aku memilih berdiri di tempat dan mengangguk sopan dengan senyum tipis.

"Terimakasih Pak Erik. Tidak salah Pak Edward mempercayakan designnya di Airlangga Design." Ucap Pak Andra sembari menjabat tangan Mas Erik. Aku mengalihkan pandangan ke arah lain agar tidak berhadapan dengannya karna Mas Erik berdiri di depanku.

"Sama-sama Pak Andra, senang bekerjasama dengan Anda."

Rombongan Mas Erik keluar lebih dulu dari ruangan. Aku bersama Pak Andra dan yang lainnya mengikuti di belakang. Kami masuk ke lift untuk turun ke lobby.

Total ada 7 orang yang masuk ke dalam lift. Aku mundur dan memilih berdiri di pojok lift. Tiba-tiba Mas Erik bergeser dan berdiri tepat di sebelahku. Aku membuang muka saat tatapan mata kami bertemu. Rasanya masih kesal melihat wajah Mas Erik karna kejadian tadi pagi. Bisa-bisanya dia berani mencium kening ku.

"Nanti sore aku jemput. Jangan pulang dulu sebelum aku datang." Bisik Mas Erik.

Aku melirik tajam dan tidak berniat meladeni ucapannya. Aku merasa tidak butuh perlakuan baik dari Mas Erik. Kalau pada akhirnya aku diceraikan, harusnya dia tidak perlu bersikap baik padaku, kecuali jika di depan keluarga kami.

Pintu lift terbuka, orang-orang yang berdiri di depan keluar lebih dulu dan aku bergegas menyusul, tapi tanganku tiba-tiba di tahan oleh Mas Erik.

"Mas! Tolong jangan begini!" Aku menarik kasar tanganku dari genggam Mas Erik dan buru-buru keluar dari lift dan mengikuti rombongan. Mas Erik juga ikut menyusul di sebelahku. Aku menahan diri untuk tidak menegur Mas Erik di depan orang-orang.

"Aku akan menjemput kamu, kamu dengar tidak?" Lirihnya.

"Aku bisa pulang sendiri."

"Nanti Mama curiga kalau kalau kita pulang sendiri-sendiri." Ujarnya.

"Itu hanya pemikiran Mas Erik saja." Aku membuang muka, rasanya malas menatap Mas Erik.

"Kamu keras kepala" Lirih Mas Erik.

Aku memilih tidak menggubris sampai rombongan kami berpisah di pelataran hotel dan kami masuk ke mobil masing-masing.

Terpopuler

Comments

Ais

Ais

Hei laki songong kamu itu bebal ya bin aneh bin plinplan bin sok berwibawa kamu tega sm bulan demi untuk ttp menunjukkan diri kamu yg baik dimata ortu dan keluarga bulan kamu smp rela menjadikan bulan tumbal dlm rumah tangga kamu seolah olah bulanlah yg tidak menginginkan rumah tangga kmu dan bulan berjalan seiasekata seirama please rik jng ke manusia munafik kasihailah diri kamu sblm nanti keburukan kamu yg msh menjalin hubungan zina sm celine ini terungkap sm kekasih gelap kamu ini

2024-12-23

5

Ayna Adam

Ayna Adam

Aduh Erik meskipun Bulan istri sah km,gak seharusnya pegang² seenaknya sendiri
Putusin dulu tuh pacar km yg bar² dan gtw sopan santun itu
Dan kasih kejelasan tentang hubungan rumah tanggamu pada Bulan
Biar Bulan tidak merasa digantung tentang hubungan pernikahan yg terlihat harmonis di depan keluarga
Padahal lihat Bulan jalan sama Pak Andra mulai cemburu tuh,masih aja gmw ngaku klo udah ada rasa sama Bulan 😌

2024-12-23

2

Opi Sofiyanti

Opi Sofiyanti

erik tuh sadar g sih kl dia udh ada rasa ama bulan??... aku pikir pacar nya tuh gmnaaa gtu, ampe erik pertahanin... g tau nya g jauh dr rubah betina jg...

2024-12-23

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!