Membungkam Dengan Elegan

Meskipun cukup terusik dengan suara orang yang mengejeknya, Erik memilih bersikap acuh dan melanjutkan obrolannya bersama Jojo.

"Wow! Hidangan yang dipesan ternyata mahal juga ya?" karena merasa mengabaikannya, pri tersebut malah semakin mendekat hingga berdiri tepat di sini meja.

"Apa kalian habis gajian? Bukankah gaji sebagai petugas kebersihan itu kecil ya? Kok kalian sok-sokan, main di tempat mahal ini?" Sosok itu terus mengoceh dan suaranya sangat mengusik pengunjung lain.

"Eh, sayang. Kamu nggak menyapa mantanmu ini?"sosok itu, kini melempar pertanyaan pada wanita yang berdiri tak jauh darinya.

"Mantan? Dia? Dih, nggak level," jawab Mutia sembari mendekat. "Kemarin kan, aku sedang nggak sadar diri aja waktu dekat sama anak itu."

Sosok pria itu menyeringai. "Astaga! Kamu kejam sekali, Sayang. Tapi, keputusan kamu sangat tepat sih."

"Iya dong, ngapain aku bertahan sama pria yang tidak jelas masa depannya," ujar Mutia sambil melangkah mendekati kekasih. "Eh, Rik, aku dengar, kamu juga baru diselingkuhin Niken ya?"

"Hah! Erik diselingkuhin lagi?" pria itu pura-pura terkejut. "Nasib cowok miskin, miris amat ya. Modal ganteng doang, mana kenyang."

"Kalian sebenarnya pada ngomongin apa sih?" Jojo yang cukup jengah dengan sepasang kekasih tersebut, tidak tahan untuk terus terdiam.

Namun Erik segera memberi kode agar Jojo jangan mempedulikan dua orang yang memang mereka saling kenal.

"Hahaha... Jojo-Jojo, kamu itu udah miskin, malah berteman dengan orang miskin pula. Kapan majunya?"

"Ya suka-suka aku dong. Mau berteman dengan siapa. Itu urusanku."

"Eh, nyolot ya ni orang! Miskin aja belagu. Kamu berani sama aku?" Pria itu malah kesal sendiri karena justru Jojo yang terusik.

"Berani!"

"Jo!" Erik langsung memperingati sahabatnya, lalu dia menatap sepasang kekasih itu. "Mau kalian apa?"

Sepasang kekasih itu saling menatap lalu mereka tersenyum sinis. "Sebenarnya kita merasa gatal aja sih. Kok bisa, ada orang miskin gaya-gayaan makan di tempat mahal begini?" ejek pria itu

"Emang masalahnya dimana? Kan sama-sama bayar? Pemiliknya aja nggak keberatan, kenapa kalian yang repot?" Erik berbicara setenang mungkin, menahan emosinya.

"Masalahnya, tempat ini jadi kelihatan kumuh gara-gara kedatangan kalian. Asal kalian tahu, tempat ini tuh, favoritnya orang kaya. Harusnya mereka tidak menerima pengunjung seperti kalian," sosok pria itu semakin kesal sendiri.

"Gini aja deh, Sayang, mending kita panggil manajernya deh, biar dua kuman ini ditindak," wanita bernama Mutia malah memberi usulan yang tak masuk akal.

"Oh, iya, benar. Lagian aku kenal sama manager tempat ini," sosok pria itu langsung memanggil pelayan, meminta sang manager untuk menemuinya

"Iya, Tuan Mahendra, ada yang bisa saya bantu," ucap sang manager begitu menemui pria yang memanggilnya.

"Maaf, Tuan, saya menganggu waktu anda," ucap Pria yang dipanggil Mahendra. "Saya mau protes dengan pelayananan di tempat ini."

"Protes?" Sang Manager nampak kaget. "Apa karyawan saya telah melakukan kesalahan, Tuan?"

"Ya, karyawan anda melakukan kesalahan yang amat sangat fatal. Bahkan kesalahan mereka, bisa merusak reputasi tempat sebagus ini," ucap Mahendra berapi-api.

"Kesalahan apa yang telah diperbuat, Tuan Mahendra?" tanya sang Manager. "Biar nanti saya akan memperingatinya."

"Kesalahan para karyawan adalah berani menerima konsumen seperti mereka," tunjuk Mahendra pada Erik dan Jojo.

"Mereka itu orang miskin, tinggalnya aja di kampung pinggir kota. Bagaimana bisa pelayan anda mengijinkan orang-orang seperti mereka berada di tempat yang seharusnya ditempati khusus orang kaya. Apa itu bukan suatu kesalahan!"

"Apa!" sang manager terkesiap. Entah apa yang ada dalam benak sang manager, tapi dia nampak begitu kaget.

"Maaf, Tuan Mahendra, tapi di sini tidak ada peraturan yang melarang orang-orang tertentu untuk datang dan menikmati makanan di sini. Bagi kami, yang penting mereka membayar, sesuai dengan apa yang mereka pesan" ucap sang manager.

Mahendra terperanjat. Namun, dia tidak mau kalah. Mahendra harus bisa menang dalam misi membuat Malu pemuda yang pernah menjadi pacar dari kekasihnya.

"Oh, jadi anda mengabaikan kritikan dari saya? Oke. Anda tahu kan saya siapa? Dengan mudah saya bisa membuat usaha ini tutup malam ini juga," ucap Mahendra semakin angkuh.

"Aduh, Tuan, maaf sebelumnya," sang Manager terlihat takut. "Bukannya saya lancang, saya hanya mencoba memberi tahu tentang peraturan yang ada di sini."

"Hahaha ... baiklah. Sepertinya, anda memang sengaja mengabaikan kritik dan saran dari saya. Oke, saya akan melakukan sesuatu yang akan membuat anda menyesal," Mahendra semakin mengancam, lalu dia mengambil ponselnya.

"Baiklah," Erik memutuskan untuk bersuara. "Ayo, Jo, kita pergi. Di sini terlalu berisik," ucapnya, lalu dia menatap sang manager. "Tuan Manager, boleh saya minta bill pembayarannya?"

"Cih! Belagu amat kamu, Rik, kaya punya duit banyak aja," cibir Mahendra.

Erik tidak menghiraukannya, tapi dia memilih mengulang permintaannya pada sang manager.

Manager pun mengangguk, lalu dia memerintahkan seorang pelayan untuk menunjukan total makanan yang harus di bayar Erik.

"Ini, Tuan," tunjuk sang manager begitu Bill yang diminta sudah berada di tangannya.

Mutia dan Mahendra tersenyum senang karena merasa telah menang dan berhasil menunjukan kuasanya. Namun, senyum kedua orang itu langsung berubah tatkala Erik menunjukan sebuah kartu dari dompetnya.

"Blackcard?" sepasang kekasih itu terperangah secara bersamaan.

Bukan hanya Mahendra dan Mutia saja yang terkejut, Jojo, sang manager dan para pengunjung yang menyaksikan kejadian itu juga menunjukan reaksi yang sama.

"Di sini bisa melakukan pembayaran dengan ini bukan?" tanya Erik dengan sikap yang begitu tenang.

"Bisa, Tuan, sebentar saya ambil alatnya," sang manager bergegas ke meja kasir untuk mengambil alat yang dibutuhkan.

"Dapat darimana kamu kartu itu? Hasil mencuri?" tanya Mahendra.

Erik tersenyum tanpa ada niat untuk menjawab pertanyaan Mahendra.

"Bagaimana mungkin seseorang bisa mencuri blackcard? Itu kan kartu tanpa batas yang dikeluarkan khusus sebuah bank untuk nasabah yang berada ditingkatan paling istimewa," celetuk salah satu pengunjung.

"Iya ih. Malu-maluin aja. Katanya orang kaya, masa hal seperti itu aja tidak tahu. Lagian kartu itu kan ada kode khusus yang hanya diketahui pemiliknya," ucap yang lain.

Mahendra nampak begitu malu mendengar gunjingan para pengunjung. Tanpa banyak bertindak, Erik dengan mudah membalik keadaan.

"Boleh saya minta kartunya sebentar, Tuan," ucap sang manager begitu alat sudah berada ditangannya.

"Sebentar, Pak manager," ucap Erik, lalu dia mengedarkan pandangan ke sekitarnya. "Malam ini, saya akan bayar semua hidangan yang kalian makan. Jadi silahkan, kalian makan sepuasnya."

"Benarkah?" tanya salah satu pengunjung.

Erik mengangguk yakin, dan anggukan tersebut langsung disambut bahagia oleh semua pengunjung.

"Bagaimana, Mahendra, apa kamu mau saya bayarin juga?" tawar Erik dengan senyum kemenangan.

Mata Mahendra melotot, namun dia tidak bisa mengatakan apapun.

"Ayo, sayang kita pergi dari sini!" ajak Mahendra pada kekasihnya. Namun saat mata pria itu menoleh pada Mutia, dia terkejut dengan tingkah sang kekasih yang menatap Erik tanpa berkedip.

"Mutia!" bentak Mahendra sampai Mutia terlonjak kaget. "Ayo pergi," tangan Mutia ditarik paksa.

"Sial! Apa mungkin Erik sebenarnya orang kaya?" gumam Mutia dengan segala pemikirannya tentang Erik.

Terpopuler

Comments

Fhebrie

Fhebrie

nnati mutia sm niken setelah tau siapa Erik bakalan ngantri lagi mendekati erik

2024-12-17

0

Okto Mulya D.

Okto Mulya D.

Dasar si Mumut cewek matre baru liat black card aja sudah mau berpaling apalagi tahu Erik sebenarnya..

2025-01-27

0

Christina Hartini

Christina Hartini

kl Mutia tahu Erick anak orang kaya dia pasti minta balikan😝 jangan mau ya Rick

2025-02-13

0

lihat semua
Episodes
1 Kembali Dikhianati
2 Hari Yang Sial
3 Sikap Tak Biasa
4 Mencari Informasi
5 Sebuah Fakta
6 Cerita Masa Silam
7 Hinaan Yang Sering Datang
8 Niat Erik
9 Sebuah Bukti
10 Dua Anak Yang Lain?
11 Penjelasan Castilo
12 Jam Makan Siang
13 Kebersamaan Yang Dirindukan
14 Gempar
15 Ketika Malam Menjelang
16 Membungkam Dengan Elegan
17 Setelah Kejadian
18 Hari Berikutnya
19 Hari Yang Di Nanti
20 Ketika Acara Dimulai
21 Ketika Acara Berlangsung
22 Mengungkap Rahasia
23 Kejutan
24 Acara Santai
25 Sikap Yang Berbeda
26 Melepas Penat
27 Sebuah Gosip
28 Satu Lawan Dua
29 Rasa Kecewa Dan Sesal
30 Konspirasi
31 Melepas Penat
32 Dihadang Mantan
33 Tak Berkutik
34 Sebuah Cerita
35 Masa Lalu Erik
36 Persiapan Ke Kantor
37 Kakek Yang Meresahkan
38 Tuntutan Karir
39 Tidak Ada Bedanya
40 Teka Teki Naura
41 Masih Gaduh
42 Keceplosan
43 Keputusan Mutlak
44 Menjelang Petang
45 Godaan
46 Di Kediaman Alex
47 Masih Di Rumah Alex
48 Kembali Ke Kantor
49 Insiden?
50 Mungkinkah?
51 Rasa Curiga
52 Mengungkap Fakta
53 Terinsipirasi
54 Nasib Mereka
55 Masih Di Kediaman Erik
56 Semua Menginginkan Erik
57 Libur Kerja
58 Menikmati Hari Libur
59 Aksi Penggoda
60 Modus
61 Dalam Perjalanan Pendekatan
62 Kencan Tanpa Ikatan
63 Diganggu Lagi
64 Menggali Informasi
65 Masih Menikmati Waktu Berdua
66 Viral Lagi
67 Sebuah Keputusan
68 Rasa Penasaran
69 Kembali Ke Kantor
70 Konferensi Pers
71 Naura Yang Sebenarnya
72 Tak terduga
73 Sebuah Siasat
74 Kecurigaan Namira
75 Yang Sebenarnya
76 Berpacu dengan Pengganggu
77 Mengecoh Pengganggu
78 Lolos Dari Pengganggu
79 Adu Sandiwara
80 Masih Adu Sandiwara
81 Misi Berikutnya
82 Genting
83 Jalan Keluar
84 Menangkap Target
85 Akhir Dari Perjuangan
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Kembali Dikhianati
2
Hari Yang Sial
3
Sikap Tak Biasa
4
Mencari Informasi
5
Sebuah Fakta
6
Cerita Masa Silam
7
Hinaan Yang Sering Datang
8
Niat Erik
9
Sebuah Bukti
10
Dua Anak Yang Lain?
11
Penjelasan Castilo
12
Jam Makan Siang
13
Kebersamaan Yang Dirindukan
14
Gempar
15
Ketika Malam Menjelang
16
Membungkam Dengan Elegan
17
Setelah Kejadian
18
Hari Berikutnya
19
Hari Yang Di Nanti
20
Ketika Acara Dimulai
21
Ketika Acara Berlangsung
22
Mengungkap Rahasia
23
Kejutan
24
Acara Santai
25
Sikap Yang Berbeda
26
Melepas Penat
27
Sebuah Gosip
28
Satu Lawan Dua
29
Rasa Kecewa Dan Sesal
30
Konspirasi
31
Melepas Penat
32
Dihadang Mantan
33
Tak Berkutik
34
Sebuah Cerita
35
Masa Lalu Erik
36
Persiapan Ke Kantor
37
Kakek Yang Meresahkan
38
Tuntutan Karir
39
Tidak Ada Bedanya
40
Teka Teki Naura
41
Masih Gaduh
42
Keceplosan
43
Keputusan Mutlak
44
Menjelang Petang
45
Godaan
46
Di Kediaman Alex
47
Masih Di Rumah Alex
48
Kembali Ke Kantor
49
Insiden?
50
Mungkinkah?
51
Rasa Curiga
52
Mengungkap Fakta
53
Terinsipirasi
54
Nasib Mereka
55
Masih Di Kediaman Erik
56
Semua Menginginkan Erik
57
Libur Kerja
58
Menikmati Hari Libur
59
Aksi Penggoda
60
Modus
61
Dalam Perjalanan Pendekatan
62
Kencan Tanpa Ikatan
63
Diganggu Lagi
64
Menggali Informasi
65
Masih Menikmati Waktu Berdua
66
Viral Lagi
67
Sebuah Keputusan
68
Rasa Penasaran
69
Kembali Ke Kantor
70
Konferensi Pers
71
Naura Yang Sebenarnya
72
Tak terduga
73
Sebuah Siasat
74
Kecurigaan Namira
75
Yang Sebenarnya
76
Berpacu dengan Pengganggu
77
Mengecoh Pengganggu
78
Lolos Dari Pengganggu
79
Adu Sandiwara
80
Masih Adu Sandiwara
81
Misi Berikutnya
82
Genting
83
Jalan Keluar
84
Menangkap Target
85
Akhir Dari Perjuangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!