Hari Yang Sial

Begitu mendengar suara teriakan, Erik segera menaruh cincin pada tempatnya semula dan menggenggam erat kalung yang dia gunakan.

"Tuan besar?" begitu berbalik badan, mata Erik membulat kala melihat pimpinan tempat dia bekerja sudah ada di sana di depan pintu ruangan yang ada dalam ruangan tersebut.

"Maaf, Tuan, saya sedang membersihkan ruangan ini," jawab Erik terbata dengan wajah seketika memucat.

"Apa yang kamu sembunyikan di tanganmu?" Pria berusia sekitar 42 tahun itu menatap Erik penuh selidik. Tatapannya begitu mengintimidasi sampai Erik merasa ketakutan.

"Bukan apa-apa, Tuan, ini hanya barang pribadi saya," balas Erik tanpa berani menatap atasannya yang berjalan ke arahnya.

"Apa kamu pikir saya akan percaya? Tunjukan, apa yang kamu sembunyikan!" suara pria itu semakin menggelegar.

Erik pun tidak memiliki pilihan lain. Perlahan, tangan yang dia sembunyikan di belakang Erik, bergerak, lalu terbuka.

Mata pemiik perusahaan itu seketika melebar dan wajahnya terlihat semakin murka.

"Dasar lancang!" bentak pria itu. Dengan cepat dia mengambil alih kalung dengan tangan kiri, dan tangan kanannya langsung bergerak dengan cepat, menampar pipi Erik.

"Pencuri kamu!"

Plak!

Mata Erik membulat. "Saya bukan ..."

Plak!

"Itu milik..."

Dak!

"Akh...! Erik terpental ke kebelakang, membentur meja dan terhuyung ke kiri. Kali ini dia bukan mendapat tamparan, tapi sebuah tendangan.

"Mau alasan apa kamu hah! Berani-beraninya mencuri di kantorku!"

Dak!

"Akh!

Sang pemilik perusahaan begitu murka sampai kembali melayangkan tendangan pada perut Erik.

"Tuan, saya tidak ...."

"Keluar kamu dari sini, cepat! Detik ini juga, kamu saya pecat!"

Erik terperangah. Dia tidak menyangka akan dipecat secepat ini. Erik pun berusaha bangkit.

"Cepat pergi!"

"Baik, Tuan," jawab Erik gugup. "Tapi ..."

"Pergi sekarang!"

Erik langsung berjalan cepat dengan menahan sakit di perutnya.

"Padahal, itu cincin milik ibuku, bagaimana ini? Kakek pasti marah besar," gumam Erik panik.

Dia ingin kembali masuk, tapi Erik sadar, pemimpin perusahaan itu pasti masih sangat emosi. Dia pun memutuskan pergi sembari berpikir keras untuk mengambil kembali barang kesayangannya.

Sementara di dalam ruangan, sang presdir, segera menghubungi bawahannya yang menangani bagian kebersihan untuk segera mengusir petugas yang membersihkan ruang kantornya.

"Bagaimana bisa dia menggunakan cincin ini untuk kalungnya? Kurang ajar!" Gumam sang presdir, sembari melepas paksa cincin itu lalu membuang kalung ke tempat sampah.

"Loh, ini?" Sang presdir terpengarah. Di saat dia hendak meletakkan cincin pada tempatnya, ternyata dalam tempat tersebut ada cincin yang sama persis dengan cincin yang dia pegang.

"Bagaimana ini bisa sama persis?" Sang presdir langsung meneliti cincin yang dia pegang, dan betapa kagetnya dia kala matanya menangkap sebuah nama yang terukir pada cincin tersebut.

"Castilo?" Sang presdir semakin kaget. "Jangan-jangan dia ..." sang presdir terpaku, teringat dengan apa yang baru saja dia lakukan.

Sementara Erik melangkah dengan gontai. Dia berjalan dengan pikiran yang cukup kacau.

"Jadi, kamu OB di kantor ini?"

Sebuah suara yang cukup jelas, sontak membuat langkah Erik terhenti. Dia menoleh ke arah kiri dan keningnya berkerut kala matanya menangkap sosok pria mendekat kepadanya.

"Masih ingat aku kan?" Pria itu kembali bersuara. "Kalau nggak ingat, baiklah, akan aku ingatkan," pria itu tersenyum seperti meremehkan.

"Setidaknya, setelah melihat pekerjaan kamu, aku rasa, Niken memilih keputusan yang tepat."

Begitu nama Niken disebut, mata Erik langsung sedikit melebar. "Kamu..."

"Ya, pria yang semalam bersama Niken," ucap pria itu dengan senyum meremehkan. "Aku Aldi, manager bagian produksi pakaian wanita."

"Oh," jawab Erik singkat.

"Aku nggak nyangka aja sih kalau Niken bisa memiliki pacar seorang OB. Untungnya dia cepat sadar."

"Yayaya, terserah apa kata kamu deh. Aku pergi dulu," ucap Erik berusaha cuek.

"Oke, silahkan!" balas Aldi. "Tapi kalau boleh aku kasih saran, lebih baik kamu pacaran sama cewek yang selevel dengan kamu, mengerti?"

Erik hanya menyeringai. Dia segera pergi meski perasannya begitu geram. Erik terus melangkah, hingga sebuah suara kembali membuat langkahnya berhenti.

"Erik!"

Mau tidak mau, Erik menoleh ke arah sumber suara.

"Apa yang sudah kamu lakukan di ruang presdir?" tanya pria yang menjadi atasan Erik.

"Saya tidak melakukan apa-apa, Tuan," jawab Erik sedikit berbohong.

"Kalau tidak melakukan apa-apa. Kenapa dia memecat kamu!" bentak pria tersebut.

"Sumpah, Tuan, cuma terjadi kesalah pahaman sedikit," jawab Erik jujur.

"Apapun alasan kamu, tapi Tuan besar sudah memecat kamu. Kamu tahu kan, apa yang akan kamu tanggung jika keluar dari perusahaan ini karena sebuah pemecatan?" ucap sang manager tegas. Erik pun hanya mengangguk.

"Ya sudah, kemasi barang-barang kamu, lalu menghadap saya," setelah mengatakan hal itu, pria tersebut langsung kembali ke ruangannya.

Erik menghembuskan nafasnya secara perlahan. Langkah kakinya semakin gontai tatkala dia teringat ucapan dari atasannya.

Jika ada seseorang keluar dari Paragon Grup karena sebuah kasus, sudah pastikan orang itu akan kesulitan mendapat pekerjaan pada perusahaan lain.

Meskipun posisinya hanya sebagai petugas kebersihan. Keluar dari Paragon grup karena sebuah kesalahan, akan tetap mengalami kesulitan yang sama.

Begitu langkah kaki Erik sampai di ruangan khusus pegawai kebersihan, Erik dibuat terkejut dengan apa yang terjadi di sana.

"Nah, itu dia, pencurinya datang!" salah satu rekan kerja Erik yang sangat membenci Erik tiba-tiba mengeluarkan tuduhan yang membuat Erik tercengang.

Jojo yang sedari tadi menunggu kedatangan sahabatnya langsung mendekat. "Rik, kamu beneran mencuri jam tangan milik pegawai?"

"Apa? Mencuri?" Erik pun semakin terkejut.

Namun, belum sempat Jojo menjawab pertanyaan, salah satu rekan kerja Erik langsung melayangkan pukulan pada wajah Erik.

"Dasar pencuri sialan!"

Bugh!"

"Akh ...."

"Rasakan ini, dasar maling!" bentak orang yang sama.

"Hajar aja, Bos. Bikin buruk perusahaan aja!" rekan dari itu memprovokasi.

Tiga orang yang membenci Erik langsung mengeroyok Erik bahkan sampai Erik terjerembab.

"Berhenti, woy! Jangan main hakim sendiri!" Jojo langsung mencoba melindungi temannya.

"Minggir, kamu!"

"Hajar aja sekalian, Bos!"

Tiga orang itu melanjutkan aksinya dengan beringas.

"Hentikan!"

Tiba-tiba terdengar suara menggelegar di ruangan tersebut, membuat semua orang yang ada di sana, menoleh ke sumber suara.

"Tuan Alex!" Semua orang nampak kaget. Salah satu orang berpengaruh dalam perusahaan itu berada di sana, menatap tajam semua orang.

"Ada apa ini? Kenapa ada keributan di sini!" Alex nampak begitu murka.

Salah seorang karyawan melangkah maju. "Maaf, Tuan, tadi saya kehilangan jam mahal diruangan saya. Setelah saya cari, jam tangan saya ada dalam loker OB itu, Tuan."

"Benar, Tuan, saya saksinya. Saya yang membuka paksa, loker milik pencuri itu," salah satu pria yang memukuli Erik, langsung menyahuti.

Alex langsung menatap sejenak dua orang yang meringkuk kesakitan.

"Baiklah, nanti biar tim keamanan yang mengusut kasus ini," ucap Alex. "Sekarang, mana OB yang tadi bertugas membersihkan ruangan presdir?"

"Dia, Tuan, pencuri itu!"

"Apa!"

Terpopuler

Comments

Okto Mulya D.

Okto Mulya D.

Apa iya orang yang miskin selalu tertimpa masalah, kayaknya Author belajar dari pengalaman sekitar yaa..miskin selalu tidak berdaya apapun ituuu..bukan kurang beruntung tetapi tidak beruntung hehehe..

2025-01-26

1

Christina Hartini

Christina Hartini

kenapa ya kerjaan OB kok sll dipandang rendah pdh kl TDK ada OB kantor akan menjadi kantor yg kumuh🤭

2025-02-12

1

Dirman Ha

Dirman Ha

hc Xu ini

2025-02-18

0

lihat semua
Episodes
1 Kembali Dikhianati
2 Hari Yang Sial
3 Sikap Tak Biasa
4 Mencari Informasi
5 Sebuah Fakta
6 Cerita Masa Silam
7 Hinaan Yang Sering Datang
8 Niat Erik
9 Sebuah Bukti
10 Dua Anak Yang Lain?
11 Penjelasan Castilo
12 Jam Makan Siang
13 Kebersamaan Yang Dirindukan
14 Gempar
15 Ketika Malam Menjelang
16 Membungkam Dengan Elegan
17 Setelah Kejadian
18 Hari Berikutnya
19 Hari Yang Di Nanti
20 Ketika Acara Dimulai
21 Ketika Acara Berlangsung
22 Mengungkap Rahasia
23 Kejutan
24 Acara Santai
25 Sikap Yang Berbeda
26 Melepas Penat
27 Sebuah Gosip
28 Satu Lawan Dua
29 Rasa Kecewa Dan Sesal
30 Konspirasi
31 Melepas Penat
32 Dihadang Mantan
33 Tak Berkutik
34 Sebuah Cerita
35 Masa Lalu Erik
36 Persiapan Ke Kantor
37 Kakek Yang Meresahkan
38 Tuntutan Karir
39 Tidak Ada Bedanya
40 Teka Teki Naura
41 Masih Gaduh
42 Keceplosan
43 Keputusan Mutlak
44 Menjelang Petang
45 Godaan
46 Di Kediaman Alex
47 Masih Di Rumah Alex
48 Kembali Ke Kantor
49 Insiden?
50 Mungkinkah?
51 Rasa Curiga
52 Mengungkap Fakta
53 Terinsipirasi
54 Nasib Mereka
55 Masih Di Kediaman Erik
56 Semua Menginginkan Erik
57 Libur Kerja
58 Menikmati Hari Libur
59 Aksi Penggoda
60 Modus
61 Dalam Perjalanan Pendekatan
62 Kencan Tanpa Ikatan
63 Diganggu Lagi
64 Menggali Informasi
65 Masih Menikmati Waktu Berdua
66 Viral Lagi
67 Sebuah Keputusan
68 Rasa Penasaran
69 Kembali Ke Kantor
70 Konferensi Pers
71 Naura Yang Sebenarnya
72 Tak terduga
73 Sebuah Siasat
74 Kecurigaan Namira
75 Yang Sebenarnya
76 Berpacu dengan Pengganggu
77 Mengecoh Pengganggu
78 Lolos Dari Pengganggu
79 Adu Sandiwara
80 Masih Adu Sandiwara
81 Misi Berikutnya
82 Genting
83 Jalan Keluar
84 Menangkap Target
85 Akhir Dari Perjuangan
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Kembali Dikhianati
2
Hari Yang Sial
3
Sikap Tak Biasa
4
Mencari Informasi
5
Sebuah Fakta
6
Cerita Masa Silam
7
Hinaan Yang Sering Datang
8
Niat Erik
9
Sebuah Bukti
10
Dua Anak Yang Lain?
11
Penjelasan Castilo
12
Jam Makan Siang
13
Kebersamaan Yang Dirindukan
14
Gempar
15
Ketika Malam Menjelang
16
Membungkam Dengan Elegan
17
Setelah Kejadian
18
Hari Berikutnya
19
Hari Yang Di Nanti
20
Ketika Acara Dimulai
21
Ketika Acara Berlangsung
22
Mengungkap Rahasia
23
Kejutan
24
Acara Santai
25
Sikap Yang Berbeda
26
Melepas Penat
27
Sebuah Gosip
28
Satu Lawan Dua
29
Rasa Kecewa Dan Sesal
30
Konspirasi
31
Melepas Penat
32
Dihadang Mantan
33
Tak Berkutik
34
Sebuah Cerita
35
Masa Lalu Erik
36
Persiapan Ke Kantor
37
Kakek Yang Meresahkan
38
Tuntutan Karir
39
Tidak Ada Bedanya
40
Teka Teki Naura
41
Masih Gaduh
42
Keceplosan
43
Keputusan Mutlak
44
Menjelang Petang
45
Godaan
46
Di Kediaman Alex
47
Masih Di Rumah Alex
48
Kembali Ke Kantor
49
Insiden?
50
Mungkinkah?
51
Rasa Curiga
52
Mengungkap Fakta
53
Terinsipirasi
54
Nasib Mereka
55
Masih Di Kediaman Erik
56
Semua Menginginkan Erik
57
Libur Kerja
58
Menikmati Hari Libur
59
Aksi Penggoda
60
Modus
61
Dalam Perjalanan Pendekatan
62
Kencan Tanpa Ikatan
63
Diganggu Lagi
64
Menggali Informasi
65
Masih Menikmati Waktu Berdua
66
Viral Lagi
67
Sebuah Keputusan
68
Rasa Penasaran
69
Kembali Ke Kantor
70
Konferensi Pers
71
Naura Yang Sebenarnya
72
Tak terduga
73
Sebuah Siasat
74
Kecurigaan Namira
75
Yang Sebenarnya
76
Berpacu dengan Pengganggu
77
Mengecoh Pengganggu
78
Lolos Dari Pengganggu
79
Adu Sandiwara
80
Masih Adu Sandiwara
81
Misi Berikutnya
82
Genting
83
Jalan Keluar
84
Menangkap Target
85
Akhir Dari Perjuangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!