membalas jasa?

"tantee, kia nya adaa?" tanya alan dengan seenak jidat memasuki rumah kenzia tanpa permisi.

lucina yang terbiasa hanya bisa menggeleng pelan, dia sudah tidak heran.

"ada, zia di kamarnya. ke atas aja."

"oke tan." alan segera beranjak menuju kamar kenzia di lantai dua. ketika sudah di hadapan pintu kamar gadis itu alan mulai mengetuk nya.

tok tok tok

"kiaa!"

tok tok tok.

"kiaaaa!!!"

dok dok dok.

"kiaaaaaaaaaa!!!!"

cklek

pintu akhirnya terbuka.

menampilkan kenzia dengan handuk dililit diatas kepala dan wajah yang sangat datar.

alan menyengir, "temenin gue latihan basket yuk?"

"males."

BRAK

pintu kembali tertutup.

mata alan berkedip.

"kiiiii!!!!"

dok dok dok.

alan kembali menggedor pintu kamar kenzia.

dari dalam kamar, kenzia menghela nafas, dia lelah setelah belajar masak berulang kali dan sekarang harus di hadapkan dengan manusia kurang waras satu itu?

tolong jangan ajari kenzia sabar.

dok dok dok

"KIAAAAAA!!!!"

cklek.

pintu kembali terbuka.

"lo ga denger kata gue? gue. ga. mau." tekan kenzia.

"gue ga minta pendapat lo." balas alan.

"terserah, intinya gue gamau!" kenzia hendak menutup kembali pintu kamarnya, namun hal itu berhasil di tahan oleh alan.

"eits, kalo lo gamau nemenin gue latian, gue mau masuk kamar lo."

"ga! pergi lo!"

dua orang tersebut akhirnya beradu kekuatan, dengan cara saling mendorong pintu.

"gamau, gue mau masuk kamar lo!"

"ga! pergi lo!"

"gamau! lo aja ga nurutin permintaan gue, kenapa gue harus nurutin permintaan lo?"

alan menambah sedikit kekuatannya hingga pintu berhasil dibuka dan dia berlari masuk.

"gue menang wle." kata alan seraya menjulurkan lidah kearah kenzia. lalu tanpa aba-aba dia melompat ke kasur milik gadis itu dan berbaring disana.

wangi kenzia perlahan memasuki indra penciuman alan, membuatnya semakin betah berlama-lama rebahan dikasur king size tersebut.

kenzia mendengus, sudah masuk secara paksa lalu sekarang dengan seenak jidat tidur di kasur orang. sungguh tidak mikir!

karna tidak ingin berdebat akhirnya kenzia membiarkan cowo itu sesukanya, selagi tidak memberantaki kamar, kenzia tidak masalah.

"ki tukeran kasur yuk?" ujar alan tiba-tiba.

kenzia hanya melirik nya sekilas kemudian kembali fokus menyisir rambut panjangnya.

"kasur lo wangi banget anjing! gue sukaa."

"berarti selama ini kasur lo bau?" tanya kenzia datar tanpa menoleh.

mata alan mendelik "ngga lah anjir, yakali bau."

"terus ngapain nyiumin kasur gue? kan kasur lo sendiri aja ga bau katanya."

kenzia tidak mau menyebut secara langsung kata 'wangi' pada cowo itu. yang ada nanti dia besar kepala!

"ck maksud gue tuh, wangi lo. bukan wangi gue."

"oh" balas kenzia singkat.

tiba tiba alan bangkit, berjalan mendekat ke arah kenzia, lalu merebut sisir di genggaman gadis itu.

alan mulai menyisiri rambut kenzia dengan lembut.

"gausa sok gentelman, gue tau abis ini lo pasti ada maunya." komen kenzia, namun walau begitu dia menerima perlakuan tersebut.

alan tertawa, "tau aja lo, abis ini puk puk kepala gue ya? membalas jasa."

"males, gue kan ga minta lo nyisirin gue."

"tapi lo ga nolak kan?" alan tersenyum smirk.

kenzia mendengus.

menyebalkan!

ada saja jawabannya.

"udah, perlu di hairdryer ga?" tanya alan.

"gausah, ntar membalas jasanya nambah."

alan lagi lagi tertawa. raut kesal kenzia adalah

favoritnya, karena dengan raut tersebut kenzia terlihat sangat imut.

alan berjalan menuju kasur kenzia kemudian merebahkan kembali tubuhnya disana.

"ayo ki cepetan puk puk kepala gue!!" ujar alan tak sabar.

kenzia berjalan mendekat, lalu mulai duduk di kasur dengan menyandarkan tubuhnya di head board. melihat hal itu, buru-buru alan memindahkan kepalanya di paha kenzia.

setelah posisi di rasa nyaman, barulah kenzia mulai mengelus lembut kepala alan.

dari atas, alan terlihat seperti kucing yang sedang di manja oleh majikannya. imut sekali!

cowo itu benar benar menikmati tangan kenzia, terlihat dari bibirnya yang tak berhenti tersenyum.

jika saja mereka bukan sebatas sahabat sejak kecil, kenzia pasti sudah mencium wajah alan berkali-kali sejak tadi.

"ki nikah aja yuk? biar gue bisa diginiin terus." ujar alan tiba-tiba.

mata kenzia mendelik, spontan tangannya memukul dahi cowo itu.

"ndasmu!"

****

alan berjalan memasuki kantin dengan terburu-buru. kenzia, resha, kenan dan arkan pasti sudah menunggunya untuk makan bersama.

jika saja tadi dia tidak disuruh guru fisika untuk membawakan buku ke kantor, pasti alan bisa langsung pergi ke kantin bersama mereka.

saat hendak memasuki pintu kantin seorang gadis yang kemarin memberinya bekal kembali mencegat.

"kak," panggil gadis itu sambil mencengkram lengan alan.

langkah alan terhenti, dahinya mengkerut.

"kenapa?" tanya alan malas.

tidak tau kah dia, jika dirinya tengah terburu buru? alan tidak mau terkena tinjuan maut kenzia, karena sudah membuat mereka menunggu lama.

"em...ini aku bawain bekal lagi, tolong diterima ya?" gadis itu menyodorkan paperbag yang berisi bekal.

alan terdiam sebentar, menatap lurus paperbag tersebut.

bekal yang kemarin dari gadis itu saja alan buang, masa dia harus menerimanya lagi?

cukup lama alan terdiam hingga tiba tiba suara kenzia terdengar.

"dia ga bisa makan sembarangan, apalagi bekal murahan dari orang yang ga dia kenal." kenzia menjauhkan tangan gadis yang tengah menyodorkan bekal pada alan tersebut.

"gue udah bawain bekal sendiri buat alan, jadi besok lo gausah repot-repot bawain dia bekal lagi." lanjut kenzia.

kemudian dia menarik alan agar cowo itu lebih dekat dengannya, hingga membuat cengkraman gadis itu di lengan alan terlepas.

seperti biasa, kejadian tersebut menjadi tontonan seluruh murid yang berada di kantin.

bisik bisik perlahan terdengar.

"dia anak beasiswa kan? berani banget anjir deketin kak alan."

"dia nyari mati ya?"

"gede juga nyalinya, takjub gue."

"segitu pawangnya galak, dia masih nyari perkara? emang bener bener nyari mati."

gadis yang tak diketahui namanya itu menunduk takut, "m-maaf kak." ujarnya pada kenzia.

kenzia tak menjawab dia masih menatap nyalang pada gadis tersebut.

"anak beasiswa kea lo ga pantes deketin anak donatur. pergi! sebelum gue bener bener muak. dan jangan lagi muncul in muka di hadapan gue, alan atau temen temen gue yang lainnya!"

"kalau lo masih batu, gue cabut beasiswa lo hari itu juga."

"i-iya kak, sekali lagi maaf." setelah mengucapkan itu, gadis tersebut berlari pergi.

"HUUU TADI DEKETIN ALAN BERANI BANGET! SEKALINYA DATENG KENZIA KICEP KAN LO! MANGKANYA GAUSAH SOK SOK AN!" teriak resha dari meja yang dia tempati.

kenzia tersenyum smirk, walaupun hampir setiap hari dia adu mulut dengan alan, kenzia tidak akan membiarkan gadis manapun mendekati cowo itu.

karna alan hanya miliknya seorang!

hanya milik kenzia alexander.

bukan yang lain.

...****...

alan mendudukan diri di samping kenzia dengan wajah full senyum.

iyalah, orang dapet bekal dari kenzia secara cuma-cuma, gimana ga full senyum?

"katanya, orang yang suka senyum itu lebih cepet keriput tau ken." ujar resha pada kenan, menyindir alan.

"masa si? lo tau dari mana?"

"di gugel ada, lo cari aja penjelasannya."

kenan buru-buru membuka handphone nya dan mencari topik tersebut di google.

setelah ketemu...

"eh iya anjir res, ngeri banget. masi muda masa udah keriput."

resha mengangguk, kedua matanya melirik pada alan, "tu lan denger. jangan sering sering senyum. apalagi sampe ga berenti, ntar muka lo keliatan tua eh kenzia malah ga jadi demen sama lo."

alan berdecak, "diem lo. gue lagi bahagia juga di sirikin mulu."

"yaileh cuma bekel doang anjir, sampe se seneng itu?" ujar kenan heran.

"bahagia itu sederhana ken, ntar kalo lo udah ketemu cewe yang tepat juga lo ngerasain." balas alan

"sok iye lo, padahal mah lo sendiri aja jomblo." sahut arkan.

"diem lo, mending lo makan aja deh gausah nyaut nyaut!" kesal alan.

"punya mulut gunanya juga untuk ngomong. bukan makan doang."

"iyain biar puas."

"belum puas, soalnya muka lo masih keliatan seneng." kata arkan lagi.

kenzia yang mendengar perdebatan unfaedah tersebut, berdecak kesal.

dia ingin makan dengan tenang, kenapa orang orang ini sangat tidak mengerti sih?

"berisik anjing!" ujar kenzia kesal.

"udah gede masih debatin kea gitu, balik lagi sana lo orang ke smp. badan aja gede tapi otak segede batu kerikil."

"uwew, otak gue mah mahal ki, yakali disamain sama batu kerikil? minimal yang mahal dikit gitu." balas alan.

"berisik! abisin bekal lo, atau gue...." kenzia menunjukkan kepalan tangannya pada alan hingga membuat cowo itu terdiam.

buru-buru alan membuka bekal tersebut dan memakannya.

"em enak." ujar alan ketika selesai menelan makanan itu.

kenan yang mendengarnya terkekeh, "hasil percobaan berkali kali itu lan, sampe tangannya luk--AW"

ucapan kenan terpotong saat kakinya diinjak kuat oleh kenzia.

mata kenzia melotot.

punya kembaran tapi kenapa mulutnya ga bisa banget di rem sih?!

"tangan lo luka?" tanya alan menoleh pada kenzia.

"ngga."

"boong, sini gue liat."

"ngga."

"kalau nolak berarti bener."

kenzia berdecak, menunjukkan tangannya yang sebelah kanan.

"ngga ada kan?" tanya kenzia sebal.

"coba yang satunya."

"sama lan, ga ada juga."

"boong, gue ga percaya kalau belum di tunjukin."

"ish"

mau tak mau kenzia mengangkat tangan kirinya kehadapan alan, terlihat telunjuk gadis itu dilapisi oleh hansaplast bergambar bunga.

alan meraih tangan tersebut dan mengelus lembut jari yang terluka.

mendadak tubuh kenzia berdesir.

"maaf gara-gara buatin gue bekal, tangan lo jadi luka."

"bukan salah lo, gue yang mau."

"iya tapi tetep ajakan? besok lagi lo gausah bawain kea gitu, dari pada tangan lo luka lagi."

"ck lebay lo ah..." kenzia menarik tangannya dari hadapan alan "...suka suka gue, mau bawain apa ngga, lo gausah ngatur."

mata alan membelalak, "ki anjir gue ini perhatian ya sama lo, gue ga mau lo luka."

"ya, makasi atas perhatian lo."

"udah lah lan, kenzi ga mau di perhatiin sama lo. mending lo cari orang lain aja yang mau di perhatiin." sahut resha lempeng.

habis dia sebal dengan kenzia, kenapa gengsinya sangat tinggi?

BRAK.

kenzia menendang kaki meja lumayan kuat, membuat orang orang yang ada di meja itu terlonjak kaget.

tapi, si empunya malah telihat tidak peduli dan kembali melanjutkan makannya yang sempat tertunda tanpa mengucap apapun. seperti tidak terjadi apa-apa.

resha menghela nafas, menoleh pada kenan lalu membisikkan sesuatu.

"gengsi kakak lo gede amat ken, gunung everest aja insecure liatnya."

"biarin aja biarin, ntar yang nyesel juga dia sendiri, tugas kita mah nonton in aja."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!