Pupil mata gadis remaja ini membesar kala pergelangan tangannya di tarik, dan di sudutkan di dinding. Aroma maskulin menyapa Indra penciuman nya. Pria berkulit albino ini adalah pria yang pertama kali ia lihat di Perpustakaan.
"Ssi——siapa kau?" nada yang di keluarkan nya bergetar.
Ke dua rahangnya mengetat. Manik mata coklat kelam itu terlihat menatap tajam gadis di depannya.
"Kau lupa padaku?" tanyanya.
"Lupa? Aku bahkan tak tau siapa kau!" tegas Adella dengan nada kesal.
Sean mengendurkan ke dua cekalan tangannya yang berada di bahu Adella. Bagaimana bisa Adella lupa padanya?
Tunggu.
Ia dan Adella bahkan tak punya hubungan lebih. Tidak bisa di bilang teman atau lainnya. Beda halnya dengan Vian.
Sean melepaskan kekungan nya. Adella menipiskan bibirnya.
"Kau kenal aku?" tanya dengan nada berat.
Sean menatap lambat wajah Adella. Tidak ia dapati kecacatan di wajah itu.
"Dulu," jawabnya penuh rasa kecewa. Sean membalik kan tubuh nya.
Adella mengerutkan keningnya. Ia baru bergabung di sekolah mahal ini. Bahkan ia baru hitungan hari di sekolah besar, yang di bangun di atas tanah seluas tiga hektar. Pertama ia bertemu dengan pria di depannya ini adalah dua hari yang lalu.
Langkah kaki pria gagah itu membawa pergi lamunan Adella. Gadis ini menatap punggung pria gagah ini. Hingga menghilang di tikungan.
"Adella!" Seruan keras serta langkah kaki membuat gadis ini menoleh ke asal suara.
Gadis cantik tersenyum lebar. Adella membalas dengan senyuman.
"Kenapa kau di sini, aku mencari mu kemana-mana tau!" Kesalnya menepuk pundak Adella dengan pelan.
"Maaf," sesal Adella.
Nika menepuk pelan pundak Adella untuk ke dua kalinya. Anak perempuan cantik bak model ini telah menjadi teman pertama Adella di Jepang. Nika Yamada adalah calon artis Jepang. Memiliki suara emas, gadis ini mulai mencoba peruntungan nya di bidang Seni tarik suara.
"Tidak masalah, ayo aku akan menunjukan tempat-tempat di sekolah ini. Dan juga——pria yang populer di sini!" Ujarnya memelankan nada untuk pria populer.
Adella terkekeh pelan."Aku tidak perlu yang begituan, yang aku perlukan kau kenalkan gedung-gedung di sini. Dan jurusan yang ada di sini saja, Nika Yamada!"
Nika tersenyum menggoda."Hei! Kau tak tau sekolah ini bukan hanya masalah tentang sistem pendidikan yang luar biasa. Sekolah mahal ini juga menyimpan banyak emas permata kawan. Aku yakin, jika kau sudah melihat geng populer di sini. Maka kau akan menarik kata-kata, tidak tertarik itu kawan!" cibirnya.
Adella mengangkat bahunya acuh. Melangkah di ikuti oleh gadis Yamada ini. Sesekali ke duanya tertawa dengan candaan ringan.
***
PLUP!
PLUP!
Dua batu mendarat di danau buatan. Sean terlihat uring-uringan. Vian mengeleng pelan kepalanya melihat sang adik.
"Ada apa dengan mu?"
"Tidak ada."
"Apa nya yang tidak ada. Kau terlihat begitu aneh," kesal Vian.
Sean menoleh kebelakang, di mana Vian duduk di pohon kering nan lapuk. Terik matahari terasa mampu membakar kulit, mengingat musim panas. Akan sangat panas.
"Kenapa malah menatap aku seperti itu?"
Sean membawa manik matanya ke depan. Danau hijau dengan kura-kura kecil terlihat begitu imut. Ikan-ikan kecil berenang ke sana ke mari terlihat jelas.
"Lupakan tentang aku," ujar Sean,"Apakah kau masih berhubungan dengan teman perempuan mu itu?" lanjut nya hati-hati dalam pemilihan kata.
"Siapa yang kau maksud?"
"Adella. Anak yang memiliki bekas cacat di wajah kanannya."
Vian terdiam."Dia berhenti membalas pesanku saat berada di SMP."
"Eh?" Sean kontan saja membalik kan tubuh nya. Sebelum melangkah mendekati sang kakak. Mengisi tempat kosong di samping Vian.
"Kenapa begitu Bang?"
Hembusan napas frustasi terdengar. Vian menatap jauh ke depan sana. Hembusan angin membelai rambut hitam legam ke dua nya.
"Entah lah. Bukan hanya surat ku saja yang tak di balas. Ia bahkan menghilang bagaimana angin lalu. Aku menugaskan Gio ke Indonesia. Kau tau apa yang aku dengar?"
"Apa?" seru Sean semakin penasaran.
"Ibunya meninggal dunia saat kita duduk di kelas enam. Dan, ia masuk ke panti Asuhan selama dua tahun. Tahun ketiga, saat duduk di kelas tiga SMP. Dia di kabarkan menjadi korban Bullying selama tiga tahun. Dia bahkan tidak mengatakan apa-apa. Sampai Gio datang ke Indonesia. Ia benar-benar hilang tanpa jejak!" jelas Vian pedih.
Anak lelaki ini pun merasakan kehilangan. Mencari sendiri, tentu dengan bawahan sang ayah. Sean tercekat, bahkan ia sempat menahan napas.
"Bagaimana bisa di menjadi korban bullying?" tanya tidak percaya.
"Karena wajahnya yang cacat," lirih Vian.
Sean merasa hampa. Ia mulai goyah, apakah Adella Putri yang baru saja bergabung dengan sekolah nya itu benar Adella yang pernah ia kenal. Apa hanya namanya saja yang sama. Cacat di wajahnya pun tak lagi terlihat. Apakah ia salah orang?
Sial.
Sean merasa terjerat dalam kebingungan. Vian menutup perlahan kedua kelopak matanya.
"Aku sangat ingin kembali bertemu lagi dengan nya," lirihnya tanpa membuka ke dua kelopak matanya.
"Apakah Abang dan dia selalu berkirim foto?"
Kepala Vian mengeleng pelan. Sebelum membuka ke dua kelopak matanya."Hanya aku yang mengirimkan foto padanya. Dia terlalu picik. Menerima fotoku, tapi tak mengirimkan fotonya."
Sean membuang kasar napasnya lewat mulut.
"Apa minta bantuan pada Papa saja?"
Vian Yamato meragu. Apakah harus? Ia tau sifat keras kepala Adella. Anak perempuan satu itu sangat benci di kasihani. Mungkin dengan melarikan diri. Adella merasa lebih baik. Ia yakin, suatu saat nanti cepat atau lambat Adella akan menemuinya lebih dahulu.
"Tidak usah. Aku yakin, ia baik-baik saja di manapun ia berada. Jika ia sudah merasa yakin, ia akan menemui aku suatu saat nanti," ujar Vian dengan nada penuh kepercayaan.
"Kenapa kau sepercaya itu, Bang?"
"Itu, karena kalung itu!"
"Kalung?" ulang Sean,"Kalung Menepati itu?" lanjut nya kala ingat.
"Ya."
"Memang ada apa dengan kalung itu?"
"Merpati melambangkan kesetiaan. Sejauh apapun ia terbang, ia akan kembali pada pasangannya!" Papar Vian tersenyum kotak khas miliknya.
Cemburu.
Apa ini, kenapa ia merasa perasaan tak rela. Seakan cemburu dengan hadiah Vian pada Adella. Apakah ia salah pilih kado saat perpisahan? Harusnya ia memilih barang yang mengikat.
Vian menoleh ke samping."Ada apa dengan wajahmu?"
"Memang kenapa dengan wajahku?"
"Terlihat iri!" goda Vian.
Sean berdecak sebal."Tidak."
"Ah, masa?" tanya Vian tak percaya.
"Ya." Jawab Sean sembari berdiri dari posisi duduknya."Aku sudah. Memiliki gadis yang aku cintai."
"Ah? Siapa???" Vian terkejut. Langsung berdiri dari posisi duduk nya.
"Nanti akan aku kenalkan!" ujar Sean sebelum berlari meninggalkan Vian menuju rumah besar.
***
Kontrakkan sempit yang di sewakan oleh gadis remaja itu tampak sepi. Tidak ada lampu yang menyala, kegelapan menjadi teman kesendirian. Punggung belakang nya di sandarkan pada dinding. Ke dua mata masih terbuka, udara malam di malam hari tidak membuat ia kesulitan.
TLING!
Nada teks pesan masuk membawa kesadaran nya kembali. Ponsel biasa dengan harga murah terlihat. Adella meraih ponsel di nakas. Sembari menghidupkan lampu tidur. Ruangan kamar langsung terlihat. Di dalam kamar petak itu hanya ada lemari kecil, ranjang singel dengan nakas. Terlihat sangat sederhana.
Ayah
Jangan lupa minum obat tidurnya. Setiap berangkat minum obat penenang. Kabari Ayah jika ada sesuatu terjadi di sana. Jika kau kehabisan uang langsung kabari Ayah!
Segaris senyum tercetak. Ayah angkatnya begitu perhatian. Ia beruntung, di saat ambang kematian melanda. Pria berdarah Amerika itu mengulurkan tangan. Menyembuhkan semua luka pada tubuh nya. Meski pria itu tak mampu membuat dirinya mengingat masa lalu.
"Ayah selalu seperti ini," serunya penuh nada ceria.
Jari jemari panjang nya bergerak lihai di atas layar ponsel. Belum sempat Adella menekan tombol kirim. Sebuah pesan masuk dengan nomor asing membuat kening nya mengerut.
Send
Adella mengirim pesan balasan untuk sang Ayah. Sebelum membuka pesan baru.
08937XXXX
Kau sudah tidur Nona Piano. Di sini aku masih belum bisa tidur.
"Eh?" desah Adella,"Siapa ini?" monolognya pelan.
Kerutan di dahi semakin menjadi, anak perempuan satu ini berpikir keras. Siapa pria yang mengirimkan nya Pesan. Yang Adella tau, tidak satupun tau nomor nya ini. Segelintir, orang-orang saja. Salah satunya ayah angkat dan Adminstrasi sekolah. Setelah nya tidak ada.
📨Siapa ini?"
Send
Baru dua menit balasan pesan langsung masuk.
Aku yang mengagumi 📩
Adella menghembuskan napas kasar. Ternyata orang di negara Jepang juga suka dengan hal aneh dan menganggu begini. Jari jemari nya bergerak menekan tombol blokir sebelum menghapus pesan yang di kirim.
"Jahil sekali!" kesalnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
membaca dalam diam
authornya sangat suka kisah cinta segita bermuda sepertinya🙄🙄🙄
2023-12-30
0
Nila
Adelia hilang ingatan. Sean dan Vian akan sama seperti Leo dan Hiro 👍🙏😇
2023-06-13
0
Nadira Angraini
mgkin kah adella disini adalah adella alias dara dinovel gadis culun dan bos mafia...trus mgkin kah si david adalah alex felton...makin penasaran...
2021-03-01
0