Jam istirahat ke dua, hanya di gunakan sebagai pelepas letih belajar. Masing-masing dari kelimanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. David sibuk dengan Delta. Ke duanya, mendapatkan tawaran menjadi model seragam sekolah. David sejak kelas satu Senior High School memang telah menekuni dunia modeling. Wajah gagahnya berharga fantastis. Sedangkan Delta, gadis imut itu mulai berkecimpung dalam dunia entertainment baru satu tahun belakangan ini.
Taman indoor menjadi tempat untuk ke lima nya menghabiskan waktu. Setelah jam istirahat pertama di pergunakan untuk makan. Taman yang di atapi oleh kaca transparan. Di setiap sudut terdapat rak buku lengkap.
Dari ekor matanya, Sean menatap dua kelompok yang terbentuk. Dimana Willem dan Vian sibuk dengan topik game terbaru. Sedangkan, David dan Delta sibuk dengan rancangan pemotretan mereka.
Sean berdecek pelan. Menutup buku paket nya. Banyak pasang mata menatap terang-terangan ke arah bangku mereka. Tidak satupun dari mereka yang berani mendekat ke arah mereka. Seakan peraturan tak tertulis memberikan batasan. Sean bangkit dari posisi duduk nya. Kontan saja kelimanya menengadah menatap ke arah Sean.
"Mau kemana?" tanya Vian.
Sean mengayunkan buku paket di tangan nya."Mencari buku bacaan Iain!" serunya. Sebelum menurunkan buku paket.
"Apa perlu aku temani?" seru Delta.
"Tidak perlu. Lanjutkan lah kegiatan kalian, lagipula rak buku hanya dua puluh langkah di depan sana!" Balas Sean menunjuk rak buku tak jauh dari posisi mereka.
"Jangan sampai di curi gadis cantik," goda David.
"Tidak ada yang berani mendekati Sean. Wajah nya semenakutkan itu!" Willem ikut menggoda Sean.
Bug!
Bug!
Dua pukulan melayang menyentuh punggung belakang David dan Willem dalam satu waktu. Membuat ke dua pria gagah itu mengaduh. Vian tersenyum simpul, sebelum kembali fokus pada game di ponsel mahalnya.
"Rasakan! Good job princess!" Seru Sean mengacungkan ibu jarinya pada Delta.
Sontak saja Delta memasang tampang sok cantik."Tentu," ujarnya. Sebelum mengedipkan sebelah matanya.
Sean tersenyum. Erangan tertahan tidak hanya dari kaum Hawa saja. Kaum Adam juga berteriak tertahan, melihat betapa imut nya Delta. Sekolah mewah nomor satu di negara Sakura ini memiliki beberapa pecahan fans klub. Meski kebanyakan yang menduduki kursi sekolah Hirokoshi Gakuen adalah 80% anak pejabat dan 30% remaja yang mengisi layar kaca entertainment.
Sean melangkah menuju rak-rak buku. Beberapa gadis terlihat mengikuti langkah Sean, dengan jarak delapan langkah dari Sean. Tak lupa, lensa kamera membidik serta merekam langkah dan ekspresi wajah Sean. Pekerjaan yang telah di sahkan oleh Komite sekolah. OSIS di bagian Mading, pekerjaan yang di idam-idamkan oleh banyak siswa-siswi di sekolah.
Pasalnya, menjadi anggota OSIS bagian mading. Mereka akan meliputi, mengfoto, bahkan tak jarang mewawancarai anak-anak yang berprestasi. Salah satu nya adalah Sean Yamato. Remaja pria yang berurut-turut memenangkan banyak mendali akademi. Di susul oleh Vian di peringkat ke dua, sebagai duta Kimia. Willem yang menduduki tingkat ketiga untuk akademik.
"Ambil gambarnya dengan baik!"
"Ya."
"Sudut gambarnya ini, kurang pas!"
"Eh?"
"Gila tampannya. Meski tanpa rekayasa lensa."
"Aku ingin mendapatkan kesempatan berjalan berisian dengan Sean."
"Aku bahkan iri pada buku paket yang ia genggam."
"Buku itu harus menjadi milik ku!"
"Enak saja! Itu akan menjadi milik ku!"
"Milikku!"
"Milikku!"
Sean memutar malas bola matanya. Ia merasa heran dengan anak-anak perempuan sebayanya. Kenapa bertengkar hanya untuk hal sepele. Apa yang ia pegang akan menjadi nilai tinggi untuk mereka. Tak jarang, botol bekas minum nya akan menjadi petaka. Karena direbutkan.
Sean mengeleng kan kepalanya. Melangkah sembari menoleh ke kanan dan ke kiri mencari rak buku yang ia cari. Suara bisik-bisik lirih masih dapat ia dengar. Langkah kakinya terhenti dan membalikkan tubuhnya. Kontan saja para kaum hawa yang mengikuti Sean juga berhenti mendadak.
"Bisakah kalian memberikan aku ruang mencari buku?" ujar Sean dengan nada dingin yang tak bersahabat.
Glek!
Serentak mereka mengangguk terpaksa. Tak lupa senyum masam tercetak. Sean kembali melangkah. Seperti nya, rak paling ujung menjadi tujuan nya. Remaja pria satu ini sangat tak suka di ganggu dengan di ikuti. Ia bukanlah seorang penyanyi atau artis.
Langkah kakinya berhenti mendadak. Bukan. Kini ia berhenti bukan lantaran inginnya memberikan peringatan pada pada kaum Hawa. Melainkan lantaran sosok gadis bermata bulat yang mengangkat pandangan nya kala Sean berhenti di lima langkah di depan nya. Gadis bermata hitam bening itu menurunkan buku bacaannya.
Untuk pertama kalinya melangkah ragu. Menuju rak buku di depan sang gadis yang baru kali pertama ia lihat. Gadis cantik itu kembali mengangkat buku bacaan nya.
Sean menoleh kebelakang. Mencuri pandang pada sang gadis. Yang kini terlihat fokus membaca buku. Dengan punggung belakang bersandar ringan pada rak buku.
Netra coklat tajam itu menatap seksama wajah anak perempuan di belakang tubuh nya. Manik mata hitam legam tampak bening dengan tatapan tajam, bulu mata lentik tipis, hidung bangir dan bibir merah merekah. Memang tak secantik anak perempuan di kelas modeling. Lucunya, anak perempuan bermata bulat ini mampu membawa debaran tersendiri.
Deg!
Deg!
Deg!
Sean dengan gerakan refleks membalik kan tubuh nya. Kala gadis itu mengangkat pandangan nya ke depan. Apa yang terjadi? Jangan katakan, barusan seorang Sean Yamato merasa salah tingkah! Salah tingkah pada gadis biasa? God.
"Apa ini, kenapa aku begini. Dan kenapa jantungku berdebar keras?" Monolognya sembari menyentuh dada bidangnya.
Gila. Debaran masih terasa. Seakan ada lomba lari di dalam sana. Bahkan logikanya lumpuh dalam waktu bersamaan. Gadis itu membalik kan tubuh nya. Menutup buku yang sempat ia buka. Bola matanya terlihat bergerak liar mencari buku lain.
Kepala Sean menoleh kembali kebelakang. Mencuri pandang pada wajah chubby itu. Kepalanya refleks kembali menatap ke depan kala tubuh langsing itu bergerak ke arah lain. Geraman tertahan, menyadarkannya.
Baru saja ia melenguh tak rela? Seorang Sean Yamato bahkan tak sadar telapak tangannya masih menyentuh dada kirinya.
"Ah! Seperti nya aku sudah tidak waras." Keluhnya menurunkan tangan kanannya.
Segaris senyum lebar terbingkai pada wajah tampan nya. Senyum malu tanpa ia sadari ikut tercetak. Sean mengaduk kepala belakang nya yang tak gatal.
"Sial!" desisnya pendek.
...***...
Meja makan di rumah besar Yakuza begitu ricuh. Seperti malam-malam biasanya. Celoteh Laura tak pernah absen. Putri bungsu keturunan Yamato ini menuruni sifat Sean kecil. Hiro tak pernah melewatkan curahan Laura. Launa makan dengan tenang di samping Vian dan Cherry. Cleo, tampak kalem. Ia terlihat sangat cantik. Sama seperti Clara sang Ibu. Meskipun baru duduk di bangku Kelas Satu Sekolah menengah pertama. Pertumbuhan Cleo terlihat seperti anak Remaja Sekolah Menengah Atas.
Tidak akan ada yang percaya jika Cleo masih berusia tiga belas tahun. Melihat pertumbuhan nya yang lebih cepat. Kecantikan nya sangat luar biasa, bahkan anak perempuan satu itu bisa di samakan dalam jejeran para artis pemain film Jepang.
"Lalu?" seru Hiro masih masih mendengar kan curhat Laura.
"Aku mengalah kan nya hanya dalam satu kali serang, Dad!" banga Laura.
Launa memutar malas bola matanya. Dera terlihat tersenyum lembut melihat curhat aneh sang putri. Anak perempuan nya satu ini memang agak bar-bar. Berbeda dengan Launa yang kalem. Lebih menyukai buku, menyulam dan bermain boneka dengan Cherry. Di banding Laura yang lebih suka berlatih pertahanan diri dan menembak. Jangan lupakan ia juga menyukai bermain dengan binatang liar. Yang sering mendapatkan pekikan keras dari Dera. Jika kegilaannya kumat.
Dan Hiro Yamato akan menjadi pelindung Laura, kala mendapatkan hukuman. Tak jarang amukan dari Dera.
"Laura memang hebat!" puji Hiro.
Dera mendelik mendengar pujian dari Hiro.
"Ada apa dengan wajahmu, Son!" Seru Hiro angkat suara karena putra ke duanya ini terasa aneh malam ini.
Sontak saja orang-orang yang berada di meja makan menjatuhkan pandangan mereka pada Sean. Yang terlihat masih melamun.
"Abang!" Panggil Cleo menepuk pelan punggung bekang Sean dengan pelan.
"Ah? Eh?" seru Sean dengan tampang linglung.
"Ada apa dengan mu, kau terlihat aneh Sean?" kini suara Clara terdengar.
"Aku pikir cuma aku yang berpikir begitu," Yeko ikut menimpali.
Dera melayangkan tatapan menyelidik pada Sean. Anak lelaki berusia sembilan belas tahun itu tersenyum konyol. Dera melayangkan pandangan pada Vian.
"Ada apa dengan adikmu, Vian?" tanya Dera.
Vian yang ikut menatap Sean kini membawa retina matanya pada wajah sang ibu yang duduk di depannya.
"Apakah ada masalah di sekolah?" tanya Dera lagi.
"Tidak Ma. Hanya saja Sean sudah aneh begini saat jam terakhir," papar Vian lugas.
Sean mendelik. Bagaimana bisa kembaran nya ini memberikan informasi seperti ini pada sang Ibu. Sontak saja para orang tua menatap aneh ke arah Sean.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
beby
enak ni author ceitanya
2023-08-15
0
Imas Aisha Raya
keluarga yang hangat 🤗
2021-04-14
0
Eka Eka
Mungkin adel ya yg sean liat..
2021-01-09
0