Bisik-bisik lirih dengan pandangan penuh kekaguman adalah hal biasa bagi ke limanya. Wajah gagah mengapit satu gadis cantik di antara mereka. Siapa yang tak kenal dengan geng beken sekolah Hirokoshi Gakuen dengan nama geng Line97. Sekolah High school dengan harga 5,567,899 Yen atau setara dengan lima ratus Juta Rupiah di setiap tahun nya. Sekolah yang hanya mampu di duduki oleh anak pejabat, artis dan model. Jangan salah sangka dengan anak-anak yang bersekolah di sana. Anak-anak yang bisa masuk adalah anak-anak terpilih. Dengan prestasi mereka. Meski orang tua memiliki banyak uang. Belum bisa di pastikan, pihak sekolah akan menerima mereka.
"Awas-awas! Senior kita mau lewat!"
"Wow! Aku iri pada Delta!"
"Andaikan aku bisa berada di sana."
"Sssttt! Diamlah."
"Sean!"
"Vian!"
"David"
"Willem!"
"Delta!"
Kya!!!
Sean meringis melewati lorong aula sekolah. Vian menyumbat ke dua telinga nya dengan earphone. Willem memasang tampang dingin. Jika di tanya dengan Delta, gadis imut itu mengusap pelan ke dua daun telinga nya. Hanya David yang tebar pesona pada gadis-gadis cantik. Mengedipkan mata genit pada para gadis. Hingga teriakan keras semakin menggila.
Ugh! Ingin rasanya Sean memukul pundak David. Jika saja temannya satu itu berada di samping nya. Sayangnya, David Miyaki berada di ujung sana. Bersebelahan dengan Willem. Delta yang di apit oleh ke empat nya. Melayangkan cubitannya pada pinggang David. Pria gagah itu mengasuh pelan. Bukannya berhenti, sorak-sorai malah semakin riuh.
Mau tak mau ke limanya melangkah semakin cepat menuju tangga paling atas. Markas yang sengaja di bangun oleh Yamato untuk kelimanya. Delta melangkah terlebih dahulu. Tak lupa bibir tipisnya bergerak-gerak dengan memaki pelan.
"Dasar Playboy cap kadal. Bisa-bisa nya dia membuat ke dua gendang telinga ku pecah!" Cerocos Delta sembari menarik kursi kebelakang melayangkan tatapan nyalang pada David.
Ketiga pria tampan mengikuti jejak Delta. David hanya memasang wajah nelangsa. Lihat lah! Beberapa kotak kado yang berada di tangannya. Entah sejak kapan pria itu membawa banyak kado.
"Aku tidak begitu honey! Pesona ku saja lebih kuat hingga membuat mereka mengila!" Bantah David cepat dengan tangan menurunkan kado dan hadiah yang ia dapatkan di atas meja.
"Cih! Tutup mulut mu, bung! Kau mengacaukan hariku!" Kesal Sean mendelik pada David.
David meringis pelan. Willem berdiri dari posisi duduknya. Melangkah mendekati lemari besi. Mengeluarkan aneka makanan ringan yang di beli oleh sang Ibu. Membawanya ke arah meja. Ruangan atap yang di sulap sama seperti ruangan saat mereka berada di sekolah dasar dahulu. Bedanya, ruangan yang mereka tempati sekarang lebih luas dari pada yang dahulu.
Dengan perabotan yang lengkap. Mulai dari kamar mandi pribadi, tempat masak, rak buku, ruangan santai, kamar istirahat dan ruangan ganti. Semua nya di sekat oleh kaca transparan. Hanya ruangan ganti dan kamar mandi saja yang tidak mengunakan kaca transparan. Sungguh sangat menyenangkan.
"Kau jahat sekali kawan!" rajuk David. Manik mata hijaunya tampak menyendu.
Vian si dingin, hanya menggelengkan kepalanya. Dari kelima anak remaja ini. Hanya Vian dan Willem yang tak banyak tingkah. Sedangkan Delta, David dan Sean. Ketiganya memiliki sifat dan sikap yang aneh. Namun memiliki watak tersendiri.
"Diamlah! Jangan berisik. Kita memiliki ruangan pribadi ini untuk meredam suara berisik dari anak-anak lainnya!" Kesal Willem sembari membagikan makanan yang ia bawa pada masing-masing orang.
"Kau terlalu cerewet, Dav!" kini Vian mengeluarkan suaranya.
"Entah apa yang di sukai oleh anak perempuan padamu!" Sean meremehkan pesona Tuan muda Miyaki.
David menghembus kan napas kesal. Duduk di sofa singel dengan gaya angkuhnya. Meraih buku yang ada di samping tempat duduknya.
"Tidakkah kalian melihat, betapa hot dan tampannya aku?" Tanya dengan senyum miring.
Kontan saja ke empat nya menatap jijik David. Sebelum bunyi gaduh terdengar jelas.
Bug!
Bug!
"Au!"
Bug!
Bug!
"Au! Sakit!" Teriak David menghalau timpukkan remah-remah snek yang tertuju padanya.
Niat awal mereka adalah beristirahat setelah belajar. Seperti nya kembali urung, meski sudah berusia sembilan belas tahun. Ke limanya masih seperti anak Sekolah Dasar.
...***...
Usia tak lagi muda, Dera masih terlihat seperti anak gadis. Mengingat tinggi tubuh nya dan bentuk tubuh nya yang mungil. Wanita ini malah terlihat semakin manis di pandang. Sayangnya, raut wajah nya malah kesal. Ia pikir hanya Sean saja yang bertingkah gila. Siapa sangka, Laura si bungsu juga tak kalah gila nya. Anak perempuan berusia delapan tahun itu ke sana dan kemari mengejar binatang berbulu lebat. Jika Sean, saat kecil mengejar Reptil. Maka Laura mengejar Mamalia. Tertawa keras bersama di sela kegiatan nya. Cherry hanya diam di sisi Dera. Jujur saja Cherry takut dengan dua binatang Mamalia yang berlarian ke sana kemari. Meski tubuh sang hewan belum terlalu besar.
Launa duduk dengan buku bacaan di tangannya. Anak perempuan satu ini lebih suka dengan buku ketimbang bermain dengan hewan. Gelak tawa menggelegar. Kala Beruang madu dan Panda mengejar Laura.
"Oh! Kepalaku!" Keluh Dera meringis.
Cherry menatap khawatir ibu temannya itu. Derap langkah kaki terdengar kasar. Hingga pelukan dari belakang membuat kepala Dera menengadah.
"Ada apa dengan mu?" tanya Hiro meletakan dagu runcing nya dia atas bahu Dera.
"Hah!" Dera mengembuskan napas kasar. Sebelum menoleh kembali ke depan."Lihatlah Putrimu satu itu," keluhnya.
Hiro mengangkat pandangan nya. Melihat Laura bergelut dengan ke dua hadiah ulangtahun nya. Panda dari Vian dan Beruang madu dari Sean. Ingin rasanya, Dera menyingkirkan ke dua hewan berbulu tebal itu dari sang putri.
Hiro terkekeh pelan. Tangan Laura melambai padanya sebelah, sedang kan sebelah lagi di gunakan untuk menghentikan jilatan ke dua binatang peliharaan nya.
"Daddy!!!" Serunya keras. Melambaikan tangan pada Hiro.
Hiro mengangkat sebelah tangan nya."Honey!" Seru Hiro.
Dera mendesah kasar. Hiro dan ke dua putranya terlalu memanjakan Laura. Membuat anak berusia delapan tahun itu semakin menjadi saja.
"Mama! Papa! Launa dan Kak Cherry ke ruangan bermain saja ya!" Seru Launa memegang erat buku tebal milik nya.
Di samping tubuh Launa ada Cherry yang tersenyum polos. Dera mengulas senyum.
"Hem! Bermain lah di dalam. Nanti, adek Laura akan ikut ke dalam." Jawab Dera. Mengusap pelan puncak kepala sang putri.
Launa mengulas senyum simpul. Sebelum menarik tangan Cherry melangkah mendekati rumah. Hiro ikut tersenyum. Sebelum mengecup cepat leher Dera.
"Kakak!" kesal Dera,"Pisahkan anakmu itu dengan ke dua binatang itu. Jika sudah bersama ke duanya. Maka Laura akan lupa waktu," tutur Dera. Sebelum tangannya melepaskan belitan Hiro di perut ratanya.
Hiro malah mengeratkan belitannya."Jangan pergi dulu sayang. Aku kan baru pulang. Biarkan saja Laura bermain dahulu."
"Cih! Bawa Laura masuk atau kakak nanti malam tidur di luar!" Ancam Dera menyentak kan belitan tangan Hiro. Hingga terlepas.
Hiro melenguh tak rela. Namun tetap menuruti keinginan sang istri. Siapa juga yang mau tidur di luar. Mau tak mau ayah tampan satu ini melangkah malas mendekati Laura. Yang berguling-guling di rerumputan. Bermain bersama Teddy dan Top. Nama peliharaan yang di berikan oleh anak perempuan satu ini.
Dera melangkah masuk. Suara teriakan Sean di dalam rumah terdengar keras. Anak satu itu selalu saja berteriak keras saat masuk ke dalam rumah. Kebiasaan sejak kecil tak pernah berubah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Nila
ikut baca ya
2023-06-13
0
Rokiyah Yulianti
laura mirip sean bgt yak, kalau launa kalem kek abang vian. aku suka mereka
2020-12-26
1
Kas Tini
gimana kbrny Adella🤔🤔
nanti akan jatuh cinta sama siapa y diantara sikembar dela🤗
2020-12-23
0