Dua - Izin Untuk Bekerja

Setelah Mama Mertua dan Kakak Iparnya pulang, Amara hanya bisa mengurung dirinya di dalam kamar. Menangisi pernikahannya yang selama ini ia pertahankan. Semuanya akan sia-sia pada akhirnya. Menangisi kenyataan bahwa suaminya tidak pernah mencintainya selama ini. Seharusnya Amara sadar diri akan sikap suaminya yang dingin dan cuek padanya selama ini. Ia seharusnya sadar juga, kenapa suaminya tak mau memiliki anak darinya. Semua itu karena Alvaro tidak pernah mencintainya. Dan, Amara baru menyadarinya sekarang.

Kenapa selama ini Alvaro dingin, cuek, dan bercinta pun tak pernah memandangnya dengan baik. Seusai bercinta pun Amara seperti dibiarkan saja, layaknya perempuan pemuas nafsu saja, setelah dipakai langsung dibiarkan tanpa sentuhan lembut, tanpa perlakuan baik dan romantis. Itu semua karena Alvaro tidak mencintainya, terpaksa menikahinya. Bahkan Alvaro tidak ingin anaknya terlahir darinya. Dari wanita yang tidak dicintainya. Dari wanita miskin yang hanya menumpang hidup padanya.

Lantas kenapa suaminya itu terus menyentuhnya? Bahkan setiap malam tubuh Amara seakan sudah menjadi candu bagi Alvaro? Sedangkan selama ini Alvaro sama sekali tidak pernah mencintainya. Apa tubuh Amara hanya dijadikan pelampiasan nafsu birahinya saja selama ini?

“Tuhan .... Apa yang harus aku lakukan?” lirih Amara dengan memukul dadanya lirih yang terasa sakit akan kenyataan yang sekarang ia hadapi.

Apa Amara sanggup jika melihat suaminya menikah dengan wanita yang benar-benar suaminya cintai? Apa ia sanggup jika ada dua ratu di istananya?

Tentu saja tidak. Amara tidak sanggup, membayangkan saja Amara tak sanggup. Membayangkan jika semua itu terjadi saja membuat hatinya sakit, dadanya sakit.

“Sakit sekali, Tuhan ....” ucapnya dengan mengusap dadanya.

^^^

Amara terbangun dari tidurnya saat Alvaro memasuki kamar. Amara merasa sedikit pusing, mungkin karena ia terlalu banyak menangis, hingga ia tertidur dalam tangisannya.

“Mas, baru pulang?” tanya Amara sambil melihat jam dinding, yang menunjukkan pukul dua dini hari.

“Hmm ....”

Alvaro hanya bergumam sambil melepas jaz kerjanya dan kemejanya. Lalu meletakkan ke dalam keranjang kotor. Alvaro segera memakai piyamanya, lalu mengikuti Amara berbaring di atas tempat tidur.

“Mas, aku boleh minta sesuatu?” tanya Amara.

“Apa?” jawab Alvaro.

“Aku minta izin untuk bekerja lagi boleh?” ucap Amara lirih dengan menatap langit-langit kamar.

“Apa uang yang aku berikan padamu selama ini kurang, Ra?” tanya Alvaro.

“Tidak, Mas. Uang darimu selalu lebih, tidak pernah kurang. Tapi aku ingin mencari kesibukan, agar aku tidak terlalu memikirkan soal anak.” jawab Amara.

Padahal bukan itu alasan Amara sebenarnya. Amara hanya ingin hidup mandiri sekarang, tidak mau bergantung dengan suaminya lagi, setelah ia sadar kalau suaminya tak mencintainya, dan sudah pasti suaminya akan menceraikannya dalam waktu dekat ini karena wanita yang dicintai suaminya sudah kembali, dan sudah mendapatkan restu dari ibu juga kakaknya untuk menjadi istri kedua Alvaro.

Dengan beralasan seperti itu, Amara yakin kalau suaminya pasti akan mengizinkan dirinya bekerja lagi. Karena, Alvaro pun tak ingin Amara selalu mempertanyakan soal anak.

“Baiklah, aku akan mengatur posisimu untuk kerja di kantor, besok aku suruh asistenku untuk mencarikan posisi yang pas sesuai lulusan kamu,” ucap Alvaro.

“Tidak usah, Mas. Aku ingin mencari pekerjaan sendiri,” ucap Amara.

“Bagaimana jika ada yang tahu kalau Istri dari Direktur Utama Pramudya Group mencari uang sendiri di perusahaan lain, dan jadi bawahan orang lain? Mau ditaruh mana mukaku nanti, Ara?” Varo bangkit dan menatap tajam pada Amara, Amara pun ikut bangun dari tidurnya.

“Mas tenang dulu, mas pernah gak mikir pernikahan ini sudah tiga tahun lamanya? Orang di luar sana juga sudah pasti lupa dengan wajahku, wajah istrimu ini. Kamu ingat kapan terakhir kamu mengajak aku ke pesta atau ke jamuan klien? Kamu ingat terakhir kali kita jalan keluar, makan diluar? Enggak, kan? Sudah lama sekali, Mas! Itu terjadi di awal pernikahan kita saja, itu pun hanya beberapa bulan saja, setelah itu sampai sekarang tidak lagi?” ucap Amara dengan perasaan terluka.

Alvaro hanya diam menatap Amara, karena yang diucapkan Amara itu benar adanya. Dirinya sekarang lebih suka sendiri jika ada jamuan atau pesta dengan klien. Alvaro masih menatap Amara lekat, namun Amara mengalihkan pandangannya, supaya matanya tak menatap mata Alvaro.

^^^

Pagi ini Amara bersiap untuk interview. Setelah perdebatan panjang dengan Alvaro malam itu, akhirya Amara diizinkan untuk bekerja oleh Alvaro. Amara mencari lowongan pekerjaan lewat online, dan tak lama Amara mendapatkan panggilan dari sebuah perusahaa untuk mengikuti tes interview pagi ini.

Amara terlihat sedang berdiri di depan cermin yang ada di dalam kamarnya. Amara mengenakan kemeja putih dipadukan dengan rok hitam selutut. Ia memoles wajahnya dengan make up tipis. Alvaro masih terlihat terlelap di atas kasur empuknya. Sesekali Amara lihat wajah damai nan tenang milik suaminya itu. Amara tidak ingin membangunkan tidur suaminya yang pulas. Ia hanya menuliskan pesan singkat di aplikasi perpesanan untuk suaminya.

Setelah merasa penampilannya sempurna, Amara langsung keluar dari kamarnya. Ia bergegas menuruni anak tangga, tak lupa ia juga membawa tas kecil yang cocok digunakan untuk bekerja.

“Bi Asih ... sarapannya sudah siap, kan?” tanya Amara.

“Sebentar lagi siap, Bu. Ini Bu Ara mau ke mana? Pagi-pagi sudah cantik sekali?” tanya Asih yang merasa heran dengan majikannya, karena tak biasa Amara terlihat begitu cantik seperti pagi ini.

“Aku mau ada urusan di luar sebentar, Bi. Nanti tolong jangan lupa buatkan kopi untuk Bapak ya, Bi? Kalau Bapak sudah bangun,” ucap Amara.

“Iya, Bu. Apa ibu gak sarapan dulu? Mau saya siapkan roti, atau saya tatakan nasi gorengnya?” tanya Bi Asih.

“Gak usah, Bi. Nanti aku terlambat, aku sarapan di luar saja sekalian. Aku berangkat ya, Bi?” pamit Amara, ia pun segera meninggalkan teras rumahnya saat Ojek Online pesanannya sudah datang di halaman rumahnya.

^^^

Setelah bangun, dan melakukan peregangan otot sebentar, Alvaro tidak mendapati istrinya. Biasanya saat Alvaro olah raga di halaman belakang, ia melihat Amara sedang sibuk dengan tanaman sayurannya. Kadang sedang memetik hasil sayuran untuk dimasak siang nanti. Namun, kali ini Alvaro tidak melihat istrinya itu di kebun kesayangannya.

“Eh Bi Narti, ibu ke mana, kok tidak kelihatan dari tadi?” tanya Alvaro kepada Bi Narti, asisten yang bertugas membersihkan rumah, kalau Bi Asih, dia yang ditugaskan untuk menjadi koki.

“Ibu sepertinya sudah pergi dari pagi-pagi sekali, Pak. Tadi saya lihat pas ibu pamit sama Bi Asih,” jawab Narti.

“Oh begitu, ya sudah,” ucap Alvaro.

Alvaro bergegas mengambil ponselnya di meja kecil yang ada di dekatnya. Berniat menghubungi Amara, akan tetapi ia mengurungkan niatnya, karena melihat pesan dari istrinya.

[Mas, aku izin pergi sebentar. Hari ini aku mau interview kerja. Maaf aku gak pamit Mas dulu. Aku gak tega membangunkan tidurmu yang sedang pulas, aku gak mau ganggu tidur mas, jadi aku langsung berangkat. Bibi sudah aku suruh siapkan sarapan, dan buatkan kopi untuk Mas. Jangan lupa sarapan, Mas.]

Alvaro meletakkan kembali ponselnya, tanpa membalas pesan dari Amara. Sedingin ini hubungan mereka berdua, jangankan satu pesan dari Amara,  puluhan pesan dari Amara pun kadang dibalas Alvaro hanya pesang singkat. Bahkan kadang tak dibalas oleh Alvaro.

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

bikin nyesel baru tau tuhhh laki modelan gtu!! 😤

2024-10-28

0

Anonymous

Anonymous

munafik, kalo iya ga cinta ga suka sama istrinya ya gausah disentuh juga kali, sekiranya masih membutuhkan istri ya hargai jangan seenak jidatmu memperlakukan anak orang kaya gitu

2024-10-18

1

lihat semua
Episodes
1 Satu - Izinkan Suamimu Menikah Lagi
2 Dua - Izin Untuk Bekerja
3 Tiga - Belajar Untuk Melepaskan
4 Empat - Kecanduan
5 Lima - Habis Manis Sepah Dibuang
6 Enam - Cuek
7 Tujuh - Seperti Remaja Puber
8 Delapan - Dia Prioritas Utamamu
9 Sembilan - Keputusan Ada Pada Kamu
10 Sepuluh - Ceraikan Aku!
11 Sebelas - Keberuntungan Alvaro
12 Dua Belas - Terpaksa Memasak
13 Tiga Belas - Aku Hanya Ingin Ditemani Istriku
14 Empat Belas - Apa Perkataanmu Bisa Dipercaya?
15 Lima Belas - Memberikan Kesempatan Kedua
16 Enam Belas - Aku Percaya Suamiku
17 Tujuh Belas - Aku Mau Sama Om!
18 Delapan Belas - Aku Sayang Kamu
19 Sembilan Belas - Aku Ingin Makan Di samping Istriku
20 Dua Puluh - Huru-Hara
21 Dua Puluh Satu - Lebih Baik Aku Tidak Memiliki Anak
22 Dua Puluh Dua - Libur Diperpanjang
23 Dua Puluh Tiga - Kita Tes DNA
24 Dua Puluh Empat - Aku Tidak Semiskin Itu
25 25
26 Dua Puluh Enam - Jangan Sentuh Saya!
27 Pengumuman Cerita Baru
28 Dua Puluh Tujuh - Tetaplah Menjadi Dirimu Yang Dulu
29 Dua Puluh Delapan -
30 Dua Puluh Sembilan - Aku Tidak Mau Jadi Wanita Lemah
31 Tiga Puluh - Biar Kamu Percaya!
32 Tiga Puluh Satu - Aku Lelah!
33 Tiga Puluh Dua - Kamu Harus Selingkuh!
34 Tiga Puluh Tiga - Kenapa Harus Malu?
35 Tiga Puluh Empat - Lebih Mementingkan Orang Lain
36 Tiga Puluh Lima - Aku Mau Kamu Jadi Kakak Iparku
37 Tiga Puluh Enam - Kegelisahan Alvaro
38 Tiga Puluh Tujuh - Tidak Usah Peduli Dengan Mereka Lagi
39 Tiga Puluh Delapan - Selamat Tinggal
40 Tiga Puluh Sembilan - Aku Beri Kamu Waktu!
41 PENGUMUMAN CERITA BARU
42 Empat Puluh - Selamat Tinggal
43 Empat Puluh Satu - Alvaro Yang Frustrasi
44 Empat Puluh Dua - Mengajak Liburan Alea
45 Empat Puluh Tiga - Ancaman Alvaro
46 Empat Puluh Empat - Selesaikan Masalahmu
47 Empat Puluh Lima - Tidak Bisa Diganggu Gugat!
48 Empat Puluh Enam
49 Empat Puluh Tujuh - Berikan Aku Kesempatan
50 Empat Puluh Delapan - Berpisah
51 Empat Puluh Sembilan - Terungkap
52 Lima Puluh - Bertemu
53 Lima Puluh Satu - Aku Mau Melamar Seseorang
54 Lima Puluh Dua - Bahagia
55 Pengumuman Cerita Baru
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Satu - Izinkan Suamimu Menikah Lagi
2
Dua - Izin Untuk Bekerja
3
Tiga - Belajar Untuk Melepaskan
4
Empat - Kecanduan
5
Lima - Habis Manis Sepah Dibuang
6
Enam - Cuek
7
Tujuh - Seperti Remaja Puber
8
Delapan - Dia Prioritas Utamamu
9
Sembilan - Keputusan Ada Pada Kamu
10
Sepuluh - Ceraikan Aku!
11
Sebelas - Keberuntungan Alvaro
12
Dua Belas - Terpaksa Memasak
13
Tiga Belas - Aku Hanya Ingin Ditemani Istriku
14
Empat Belas - Apa Perkataanmu Bisa Dipercaya?
15
Lima Belas - Memberikan Kesempatan Kedua
16
Enam Belas - Aku Percaya Suamiku
17
Tujuh Belas - Aku Mau Sama Om!
18
Delapan Belas - Aku Sayang Kamu
19
Sembilan Belas - Aku Ingin Makan Di samping Istriku
20
Dua Puluh - Huru-Hara
21
Dua Puluh Satu - Lebih Baik Aku Tidak Memiliki Anak
22
Dua Puluh Dua - Libur Diperpanjang
23
Dua Puluh Tiga - Kita Tes DNA
24
Dua Puluh Empat - Aku Tidak Semiskin Itu
25
25
26
Dua Puluh Enam - Jangan Sentuh Saya!
27
Pengumuman Cerita Baru
28
Dua Puluh Tujuh - Tetaplah Menjadi Dirimu Yang Dulu
29
Dua Puluh Delapan -
30
Dua Puluh Sembilan - Aku Tidak Mau Jadi Wanita Lemah
31
Tiga Puluh - Biar Kamu Percaya!
32
Tiga Puluh Satu - Aku Lelah!
33
Tiga Puluh Dua - Kamu Harus Selingkuh!
34
Tiga Puluh Tiga - Kenapa Harus Malu?
35
Tiga Puluh Empat - Lebih Mementingkan Orang Lain
36
Tiga Puluh Lima - Aku Mau Kamu Jadi Kakak Iparku
37
Tiga Puluh Enam - Kegelisahan Alvaro
38
Tiga Puluh Tujuh - Tidak Usah Peduli Dengan Mereka Lagi
39
Tiga Puluh Delapan - Selamat Tinggal
40
Tiga Puluh Sembilan - Aku Beri Kamu Waktu!
41
PENGUMUMAN CERITA BARU
42
Empat Puluh - Selamat Tinggal
43
Empat Puluh Satu - Alvaro Yang Frustrasi
44
Empat Puluh Dua - Mengajak Liburan Alea
45
Empat Puluh Tiga - Ancaman Alvaro
46
Empat Puluh Empat - Selesaikan Masalahmu
47
Empat Puluh Lima - Tidak Bisa Diganggu Gugat!
48
Empat Puluh Enam
49
Empat Puluh Tujuh - Berikan Aku Kesempatan
50
Empat Puluh Delapan - Berpisah
51
Empat Puluh Sembilan - Terungkap
52
Lima Puluh - Bertemu
53
Lima Puluh Satu - Aku Mau Melamar Seseorang
54
Lima Puluh Dua - Bahagia
55
Pengumuman Cerita Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!