Valerie perlahan duduk pada closet, untuk buang air kecil, dan tangannya yang tidak memakai infus meraih tissue toilet.
Valerie kemudian mengelap daerah sensitifnya dengan tissue, dan setelah melemparkan tissue ke dalam tong sampah toilet, ia pun perlahan bangkit berdiri dari closet.
Valerie kemudian menyiram toilet, dengan menekan tombol tangki air closet, dan air pun terdengar keluar dengan deras menyiram closet.
Suara air menyiram closet, ternyata terdengar sampai keluar pintu toilet, dan Nathan yang berdiri di luar pintu segera membuka pintu toilet.
"Awwww...!!"
Valerie menjerit, karena Nathan tiba-tiba masuk ke dalam kamar toilet, dan Valerie reflek membungkukkan tubuhnya, sembari memegang celana pasiennya yang belum ia pakai dengan benar.
"Oh, maaf! aku pikir kamu sudah selesai, Valerie!" Nathan dengan cepat membalikkan tubuhnya, terkejut juga begitu mendengar suara jeritan Valerie, dan keadaan Valerie yang belum membenarkan celana pasiennya.
Nathan tetap berdiri di ambang pintu, tanpa menutup pintu toilet kembali. Ia hanya membalikkan tubuhnya, dan tidak berniat untuk pergi dari sana.
"Paman kenapa masuk tanpa mengetuk pintu! aku kan belum panggil!!" nada suara Valerie pun meninggi, karena begitu terkejutnya Nathan tiba-tiba masuk.
"Tadi aku dengar air closet nya telah mengalir, jadi ku pikir kamu sudah selesai!" sahut Nathan menjelaskan.
Tangan Valerie dengan cepat membenarkan letak celana pasiennya, lalu kemudian ia memandang punggung Nathan.
Valerie berdiri dengan tegak, setelah celana pasien ia pakai dengan benar. Dan ia tersadar dengan nada tingginya tadi, karena begitu terkejut Nathan menghambur masuk.
Ia kenal Nathan, Paman Nico, tidak ada satu pun keluarga Nico yang berani menaikkan nada suaranya berbicara pada Nathan.
Tapi dia, baru saja membentak Nathan dengan suara tinggi, membuat ia seketika menjadi canggung mengingat keberaniannya menaikkan suaranya pada Nathan.
Mengingat Nathan yang sangat kejam, Valerie menjadi gugup memikirkan sebentar lagi Nathan akan menatap tajam padanya, dan meninggalkan nya sendirian di rumah sakit.
Ia pun kembali menciut dan semakin canggung, dengan perasaan gelisah telah keceplosan menaikkan suaranya membentak Nathan.
Nathan seorang CEO grup Edmund, orang terkaya nomor satu di kota mereka, dan memiliki pengaruh yang sangat besar di kalangan pejabat, dan kalangan pebisnis, sungguh lancang ia menaikkan nada suaranya pada sosok Nathan, yang sangat di segani dalam kalangan elite di kota mereka.
"Apakah sudah selesai?" terdengar suara Nathan bertanya.
"I.. iya, su.. sudah" suara Valerie ikut menciut mendengar suara Nathan, yang ia dengar terasa dingin, hingga membuat punggungnya jadi ikut dingin.
Nathan membalikkan tubuhnya, dan melihat tubuh Valerie yang mungil, terlihat semakin ringkih dengan wajah menunduk. Valerie tampak menciut ketakutan.
Nathan mengerutkan keningnya, ia sepertinya tidak membentak Valerie, atau pun bicara dingin seakan kesal dengan lambatnya Valerie di dalam toilet.
"Kalau sudah, mari ku bantu ke tempat tidur!" dengan kaki panjangnya, Nathan dengan cepat telah berdiri di depan Valerie.
"A.. aku jalan saja, Paman" ucap Valerie dengan tubuh yang masih menciut.
"Tidak! kamu masih sakit, kepalamu akan pusing kalau berjalan terlalu lama!"
"Awww!!" kembali Valerie menjerit terkejut.
Nathan kembali mengangkat tubuh mungilnya dengan begitu tenangnya, sehingga Valerie reflek mengalungkan lengannya ke leher Nathan.
Satu tangan Nathan meraih penyangga infus Valerie, dan hanya dengan satu tangan ia membopong Valerie kembali ke tempat tidur.
Dada Valerie berdegup kencang, merasa gugup dan gelisah. Ia tidak menduga Nathan ternyata masih perduli padanya, yang ia pikir akan bersikap dingin padanya.
Dengan pelan Nathan meletakkan tubuh Valerie ke atas tempat tidur, dan menaruh kembali penyangga infus ke tempat semula.
Valerie tidak berani memandang Nathan, ia masih takut memandang wajah Nathan untuk mengucapkan terimakasih.
"Te.. terima kasih, Paman" ucapnya pelan dengan menundukkan wajahnya.
Kening Nathan kembali mengerut melihat gestur tubuh Valerie, yang sangat jelas takut padanya. Ia pun mengangkat tangannya untuk menepuk lembut puncak kepala Valerie.
Tapi, mendadak Valerie dengan cepat menjauhkan kepalanya ketakutan, dengan raut wajah yang terlihat pucat.
"Ma.. maaf Paman, a.. aku.. aku sangat terkejut tadi, ja.. jadi aku tidak sengaja membentak anda" ucap Valerie dengan suara bergetar, dan tubuh yang ikut bergetar karena takut.
Seketika Nathan membeku di tempatnya mendengar apa yang di katakan Valerie. Ternyata Valerie takut karena ia akan marah padanya, sehingga Valerie memikirkan, kalau ia akan marah pada gadis kecil itu.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Lanjar Lestari
Valerie Paman Nathan sdh peduli sm km tenang Paman Nathan diam diam suka km kayaknya dan jodohmu dan masa depanmu dg Paman Nathan g akan marah malah geli dan gemes sm km Paman Nathan Valerie, Author lama sekali Uo date nya br UP 1 x double /Triple dong.jangan lama" UP lanjutannya
2024-12-09
0
Akai Kakazain
😍😘tp sdih jg krn cm 1 eps....huhuuu...thor ayo dong jan lma2 up nya, aq bnget2 nunggu paman nathan n valeri😉
2024-12-10
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑽𝒂𝒍𝒆𝒓𝒊𝒆 𝒕𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒂𝒓𝒏𝒂 𝒑𝒂𝒎𝒂𝒏 𝑵𝒂𝒕𝒉𝒂𝒏 𝒈𝒂𝒌 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒂𝒓𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒌𝒂𝒓𝒏𝒂 𝒑𝒂𝒎𝒂𝒏 𝑵𝒂𝒕𝒉𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒉 𝒔𝒖𝒌𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖
2024-12-09
0