Malam telah menyambut. Setelah menyantap makan malam, tiga anak manusia ini bersiap untuk pulang.
Jasmine menghela napas lega. Acara jalan-jalan menyebalkan ini akan berakhir. Dia bebas.
“Akhirnya pulang. Ah aku sangat lelah,” gumam Jasmine.
Devan dan Raline berjalan lebih dulu menuju mobil yang terparkir. Sementara Jasmine kepayahan mengikuti dari belakang dengan barang belanjaan yang begitu banyak.
Devan membuka pintu mobil untuk Raline. Perempuan cantik itu pun masuk.
Devan hendak mengitari mobil, namun terhenti saat melihat ke arah Jasmine yang masih jauh tertinggal dari mereka.
“Cepatlah! Gerakanmu lambat sekali, seperti siput,” seru Devan.
Jasmine berdecak sebal, mendengar itu.
“Ini juga kan karenamu, tuan arogan,” uhhh. Ingin rasanya Jasmine mengatakan itu dihadapan Devan si menyebalkan. Namun tentu saja tidak bisa.
“Cepat!” seru Devan memperhatikan gerakan Jasmine. Dua sudut bibir Devan tertarik. Dia suka melihat Jasmine kepayahan seperti itu.
“Iya tuan.” Tuh kan, hanya itu yang selalu bisa di katakan oleh Jasmine. Pasrah.
Langkah kaki Jasmine semakin lebar, akan tetapi netra Jasmine seketika membola ketika melihat di belakang tuannya. Ada sebuah mobil melaju kencang tak terkendali.
Oh astaga semakin dekat, dan tanpa di sadari oleh Devan.
Kecepatan mobil itu semakin bertambah saat jarak dengan Devan semakin mengikis. Seakan sengaja ingin membentur tubuh pemuda itu.
Cepat, Jasmine berlari melepaskan semua barang belanjaan yang ada di tangan. Berlari kencang ke arah Devan yang masih melihat ke arah Jasmine tak menyadari kendaraan yang ada di belakangnya.
“Awas Tuan!” teriak Jasmine kencang.
Devan berbalik melihat mobil yang melaju kencang ke arahnya. Tubuh Devan seketika membatu tak bisa di gerakan. Dia bergetar hebat, menutup mata pasrah. Kilasan kecelakaan empat tahun akan kembali lagi menimpanya.
“Tuan awas!” teriak Jasmine lalu mendorong tubuh Devan sekuat tenaga Untuk menghindari mobil itu menabrak anak tuannya.
Brukk ...
Devan terjatuh dengan keras di lantai diikuti oleh Jasmine yang menimpa tubuhnya.
Mobil pun melaju melewati mereka.
Pemuda itu tercengang, tak bisa berkata apa-apa.
“Tuan Anda tidak apa-apa?” tanya Jasmine bergeser dari tindihannya di tubuh Devan.
Jasmine melihat beberapa luka berdarah di tubuh Devan akibat terbentur keras di lantai. Jasmine mendorongnya sangat kuat. Ya mau bagaimana lagi. Saat itu Jasmine sangat panik. Dari pada tuannya tertabrak lebih baik jatuh terdorong.
Raline seketika keluar dari mobil dengan panik setelah melihat kejadian.
“Devan kau tidak apa-apa?” tanya Raline cemas membantu Devan untuk duduk.
Tak ada jawaban dari pemuda ini. Dia sangat kaget dengan apa yang baru saja ia alami, nyawanya kembali hampir melayang.
“Tuan Anda tidak apa-apa?” tambah Jasmin.
“Kita bawa dia ke rumah sakit!” ucap Raline.
***
Di depan ruangan rumah sakit. Beberapa orang terlihat berdiri memasang wajah cemas. Bersama dengan Raline.
“Kenapa bisa jadi begini,” gumam Raline.
Kabar tentang Devan kecelakaan telah di ketahui oleh orang di kediaman Raditya. Maka dari itu beberapa pelayan kepercayaan seperti bibi Anna mau pun penjaga berdatangan untuk menjaga dan memastikan anak tuan mereka baik-baik saja. Semua memasang raut wajah cemas.
Bagaimana tidak papa dan mama tirinya berada di luar negeri. Sedangkan anak emas itu malah tertimpa musibah, mereka semua berada dalam masalah karena dianggap tak becus menjaga anak tuannya.
Sedangkan Jasmine, setelah bibi Anna membawa beberapa pelayan terbaik dan penjaga keamanan. Perempuan itu pun di minta untuk pulang oleh bibi Anna. Jasmine tidak memiliki kepentingan di sini, dia hanya pelayan muda. Peristiwa tadi merupakan masalah besar. Jadi hanya bagian orang-orang terpenting yang akan menangani.
Setelah menunggu beberapa saat. Akhirnya dokter yang berada di ruangan penanganan keluar.
"Bagaimana keadaannya dokter?” tanya Raline.
“Tuan kami baik-baik saja kan dokter?” sambung bibi Anna.
“Setelah pemeriksaan menyeluruh kaki kanannya terkilir dan tuan Devan punya trauma dengan kecelakaannya. Karena itu dia syok. Sebaiknya melakukan perawatan untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik,” jelas sang dokter.
“Apa kami sudah bisa melihatnya dokter?” tanya Raline.
“Silakan, tapi dia belum siuman," jelas dokter.
Raline dan bibi Anna masuk ke dalam ruangan. Melihat keadaan Devan yang berbaring di ranjang rumah sakit tak sadarkan diri.
Tak beberapa lama Devan membuka kelopak mata sayu. Netranya pun mengitari ruangan meneliti di mana ia berada.
“Devan kau sudah siuman,” ucap Raline dengan senyum lembut.
“Syukurlah tuan,” tambah bibi Anna.
Devan terdiam mengumpulkan kilasan ingatan. Bagaimana dia bisa berada di ruangan ini. Hingga ia mengingat Jasmine telah mendorongnya dengan kuat. Hampir saja dia tertabrak mobil yang melaju kencang.
“Pelayan itu!” batin Devan. Lalu memaksakan diri untuk bangun.
“Aw,” ringis Devan saat kaki kanannya terasa sakit.
“Van. Jangan banyak bergerak kakimu terkilir,” jelas Raline sembari membantu Devan duduk.
“Bagaimana dengannya?” tanya Devan kali ini gurat cemas menghiasi wajahnya. Mengingat keberadaan Jasmine.
Raline mengerti siapa yang di maksud oleh Devan.
“Pelayanmu, Dia baik-baik saja,” jelas Raline.
Mendengar itu Devan menghela napas lega. Tatapannya kemudian menatap kosong, pikirannya mengudara bebas. Ahhh. Pelayan itu telah menyelamatkan nyawanya.
Like
coment
Vote
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
febby fadila
kenapa nggak biarkan devan mati aja... emosi klw lihat
2025-01-04
0