Jejak yang Tidak Bisa Hilang

Malam itu, setelah pertengkaran sengit di dapur, Anna mengunci dirinya di kamar mandi. Tangannya menggenggam erat sisi wastafel, mencoba menopang tubuhnya yang terasa lemah. Matanya menatap pantulan wajah di cermin—wajah yang dulu ia kenal, kini terasa seperti milik orang lain.

"Bagaimana semua ini bisa terjadi?" pikirnya sambil menahan isak.

Anna membuka keran, membasuh wajahnya dengan air dingin, berharap sensasi itu bisa membekukan perasaan bersalahnya. Namun, rasa sakit di dalam hatinya terlalu dalam. Bekas tamparan Alan di pipinya masih terasa panas, tapi lebih menyakitkan lagi adalah kenyataan bahwa ia telah mengkhianati pria yang dulu sangat ia cintai.

Di sisi lain rumah, Alan duduk di ruang tamu dengan tangan terkepal. Dadanya naik turun, napasnya berat. Amarahnya belum mereda, tapi ada sesuatu yang lebih kuat dari itu—rasa takut.

"Apa yang terjadi pada Anna? Apa yang terjadi pada kita?"

Alan memijat pelipisnya, mencoba menenangkan diri. Ia tahu pernikahan mereka tidak sempurna, tapi ia tidak pernah menyangka Anna akan mengkhianatinya. Perasaan itu menghantamnya seperti badai.

Namun, di balik rasa marah dan kecewanya, ada suara kecil di dalam dirinya yang berbisik. "Kau juga bersalah, Alan. Kau bukan suami yang setia. Kau yang pertama kali membuka pintu kehancuran ini."

---

Kilasan Malam yang Menentukan

Anna keluar dari kamar mandi dengan langkah pelan. Pikirannya masih kacau, tetapi ia mencoba menata diri. Ketika ia melewati ruang tamu, ia melihat Alan yang masih duduk di sofa.

"Kita harus bicara," kata Alan dengan suara berat.

Anna berhenti. "Masih ada yang mau dibicarakan?"

Alan menatapnya tajam. "Anna, aku ingin tahu semuanya. Apa yang sebenarnya terjadi? Jangan berbohong lagi."

Anna menghela napas panjang. Ia tahu, meskipun ia mencoba menghindar, tidak ada jalan keluar dari ini.

"Apa kau benar-benar ingin tahu, Mas?" tanya Anna pelan, suaranya nyaris bergetar.

Alan mengangguk. "Aku harus tahu. Aku berhak tahu."

Air mata mulai mengalir dari mata Anna. Ia mencoba menahan diri, tapi suaranya pecah saat ia mulai berbicara.

"Aku mabuk, Mas. Aku... bertemu seseorang di bar. Kami bicara, tertawa, dan..." Anna menelan ludah, mencoba mencari kata yang tepat. "Semuanya terjadi begitu cepat. Aku tidak tahu apa yang kupikirkan."

Alan mendengarkan dengan ekspresi dingin. Ia ingin berteriak, ingin melampiaskan amarahnya, tetapi kata-kata Anna membuatnya terdiam.

"Kau tahu apa yang lebih menyakitkan, Mas?" lanjut Anna. "Aku merasa hidup lagi malam itu. Sesuatu yang sudah lama hilang dari pernikahan kita. Sesuatu yang tidak pernah lagi aku rasakan denganmu."

Alan mengepalkan tangannya. Kata-kata Anna seperti belati yang menusuk jantungnya.

"Jadi itu alasanmu? Kau mencari alasan untuk menghancurkan semuanya hanya karena kau merasa ‘hidup’ lagi?"

Anna tertawa kecil, tapi tawa itu penuh kepahitan. "Kau pikir hanya aku yang menghancurkan ini, Mas? Kau juga punya andil. Kau yang membuatku merasa tidak berarti. Kau dengan perempuan-perempuanmu di luar sana, kau yang mengabaikanku selama ini."

Alan terdiam. Kata-kata Anna benar. Ia tidak bisa menyangkalnya. Tapi itu tidak membuat pengkhianatan Anna lebih mudah diterima.

---

Hari-Hari yang Makin Suram

Hari-hari setelah pertengkaran itu menjadi sunyi. Mereka tinggal di rumah yang sama, tetapi seperti dua orang asing. Alan sering menghabiskan waktunya di luar rumah, sementara Anna tenggelam dalam pekerjaannya.

Namun, di balik ketenangan itu, ada badai yang terus bergemuruh.

Suatu malam, Alan pulang lebih awal dari biasanya. Ia membuka pintu rumah, dan untuk pertama kalinya dalam beberapa hari, ia mendengar suara tangis Anna dari kamar mereka.

Alan berdiri di depan pintu, ragu. Ia ingin masuk, tetapi kakinya terasa berat. Setelah beberapa detik, ia akhirnya mengetuk pintu.

"Anna, aku masuk," katanya pelan sambil membuka pintu.

Anna duduk di lantai, memeluk lututnya, dengan air mata mengalir deras. Ketika melihat Alan, ia mencoba menyeka air matanya, tetapi sia-sia.

"Apa yang kau lakukan di sini, Mas?" tanyanya dengan suara serak.

Alan duduk di tepi ranjang, memandangnya dengan tatapan yang sulit ditebak. "Aku ingin tahu, Anna. Apa yang sebenarnya kau rasakan tentang kita?"

Pertanyaan itu membuat Anna terdiam. Ia menatap Alan, mencoba mencari jawaban di dalam dirinya.

"Aku... aku tidak tahu, Mas," jawabnya akhirnya. "Aku mencintaimu, tapi aku juga merasa terjebak. Aku merasa kita sudah terlalu jauh terpisah."

Alan mengangguk pelan. Jawaban itu adalah sesuatu yang ia takuti, tetapi sudah ia duga.

"Aku juga merasa begitu," katanya jujur.

Mereka berdua terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing.

---

Rahasia yang Terbongkar

Beberapa hari kemudian, Alan memutuskan untuk mengambil langkah yang lebih drastis. Ia menyewa seorang detektif untuk menyelidiki Anna. Ia ingin tahu siapa pria yang telah tidur dengan istrinya.

Hasilnya datang lebih cepat dari yang ia duga. Nama pria itu adalah Adrian, seorang pengusaha muda yang sering menghabiskan waktu di bar tempat Anna mabuk malam itu.

Alan memegang laporan itu dengan tangan gemetar. Ada foto Adrian dan Anna bersama di bar, tertawa dan terlihat begitu dekat. Ada juga bukti bahwa mereka menghabiskan malam di hotel yang sama.

Alan merasa seperti dunia runtuh di sekitarnya. Tetapi alih-alih marah, ia merasa patah.

Ia memutuskan untuk menghadapi Anna dengan bukti itu. Malam itu, setelah makan malam yang sunyi, Alan meletakkan amplop di meja di depan Anna.

"Apa ini, Mas?" tanya Anna bingung.

"Buka saja," jawab Alan singkat.

Anna membuka amplop itu, dan ketika melihat isinya, wajahnya langsung pucat. Tangannya gemetar saat ia menatap Alan.

"Mas, aku bisa menjelaskan..."

"Tidak perlu," potong Alan. "Aku sudah tahu semuanya. Aku hanya ingin mendengar langsung dari mulutmu."

Anna menunduk, tidak mampu menatap Alan. "Aku... aku tidak tahu apa yang harus kukatakan."

Alan menghela napas panjang. "Aku tidak ingin ini berakhir, Anna. Tapi aku juga tidak tahu apakah kita bisa melanjutkan ini setelah semua yang terjadi."

---

Perang Batin dan Pilihan

Malam itu, Alan dan Anna kembali tidur di tempat terpisah. Namun, di dalam hati mereka, ada perang batin yang tidak bisa mereka abaikan.

Anna memandangi langit-langit kamarnya, memikirkan apa yang sebenarnya ia inginkan. Ia mencintai Alan, tetapi pernikahan mereka telah berubah menjadi sesuatu yang penuh luka. Apakah cinta cukup untuk memperbaiki semua ini?

Di sisi lain, Alan duduk di ruang tamu dengan segelas minuman di tangannya. Ia memikirkan masa depan mereka. Apakah mereka bisa kembali seperti dulu, atau apakah ini adalah akhir dari segalanya?

---

Akhir yang Menggantung

Minggu-minggu berlalu, dan suasana di rumah mereka tetap tegang. Anna dan Alan mencoba berbicara, tetapi setiap percakapan berakhir dengan argumen.

Suatu malam, Alan menerima telepon dari seorang teman yang mengundangnya untuk pergi keluar. Awalnya ia ragu, tetapi akhirnya ia setuju.

Di bar, Alan kembali bertemu dengan Sherly, wanita yang pernah ia kenal sebelumnya. Mereka berbicara, dan meskipun Alan berusaha menjaga jarak, ada sesuatu dalam dirinya yang terasa nyaman dengan Sherly.

Di rumah, Anna duduk sendirian di ruang tamu, memegang ponsel. Ia memikirkan untuk menghubungi Adrian, tetapi ia tahu itu hanya akan memperburuk segalanya.

Kisah ini menjadi lingkaran tak berujung, dengan Alan dan Anna terjebak dalam pernikahan yang penuh luka.

Apakah mereka akan menemukan jalan untuk memperbaiki hubungan mereka, atau apakah ini adalah awal dari akhir?

---

Episodes
1 KISAH PENGHIANATAN ANNA
2 Jejak yang Tidak Bisa Hilang
3 Luka yang Semakin Dalam
4 Jerat Kekerasan
5 Kebenaran yang Tersembunyi
6 Keputusan yang Terpaksa
7 Bab 7: Keputusan Akhir
8 Menyembuhkan Luka
9 Harapan yang Tersisa
10 Titik Balik - Alan yang Membujuk
11 Titik Terendah
12 Luka yang Tak Terlihat
13 Janji yang Tertinggal
14 Luka yang Menganga
15 Di Ambang Harapan
16 Di Ujung Kesabaran
17 Perlahan Membuka Hati
18 Luka yang Belum Sembuh
19 Kembali ke Rumah, Namun Tak Kembali Sama
20 Luka yang Menguatkan
21 Menyulam Cinta yang Patah
22 Pertemuan Tak Terduga
23 Bayangan Masa Lalu
24 Intrik yang Mulai Terungkap
25 Konfrontasi Tak Terelakkan
26 Bayang-Bayang Perselingkuhan
27 Jatuh Lebih Dalam
28 Kekosongan yang Terlalu Dalam
29 Bab 29: Luka yang Tak Terkata
30 Bab 30: Cinta yang Terkurung
31 Bab 31: Retakan yang Semakin Dalam
32 Bab 32: Simpul yang Semakin Kusut
33 Bab 33: Luka yang Belum Kering
34 Bab 34: Terperangkap dalam Keputusan
35 Bab 35: Di Persimpangan Jalan
36 Bab 36: Titik Terakhir
37 Bab 37: Hati yang Goyah
38 Bab 38: Jejak Luka di Hati
39 Bab 39: Bayang-bayang Masa Lalu
40 Bab 40: Topeng yang Terlepas
41 Bab 41: Pertaruhan Terakhir
42 Bab 42: Jalan yang Penuh Luka
43 Bab 43: Pilihan yang Menyakitkan
44 Bab 44: Luka Lama yang Terbuka
45 Bab 45: Ketukan dari Masa Lalu
46 Bab 46: Kebenaran yang Menyakitkan
47 Bab 47: Bayangan Masa Lalu dan Pilihan yang Sulit
48 Bab 48: Jalan Baru yang Penuh Luka
49 Bab 49: Keputusan yang Menentukan
50 Bab 50: Badai yang Tak Terduga
51 Bab 51: Luka yang Belum Sembuh
52 Bab 52: Pilihan yang Menghancurkan
53 Bab 53: Bayang-Bayang Masa Lalu
54 Bab 54: Pilihan yang Berat
55 Bab 55: Jalan di Antara Luka
56 Bab 56: Bayangan di Antara Cinta
57 Bab 57: Bayangan di Balik Cinta
58 Bab 58: Dosa yang Mengikat
59 Bab 59: Ketika Kebenaran Mulai Terkuak
60 Bab 60: Kegelapan yang Menerjang
Episodes

Updated 60 Episodes

1
KISAH PENGHIANATAN ANNA
2
Jejak yang Tidak Bisa Hilang
3
Luka yang Semakin Dalam
4
Jerat Kekerasan
5
Kebenaran yang Tersembunyi
6
Keputusan yang Terpaksa
7
Bab 7: Keputusan Akhir
8
Menyembuhkan Luka
9
Harapan yang Tersisa
10
Titik Balik - Alan yang Membujuk
11
Titik Terendah
12
Luka yang Tak Terlihat
13
Janji yang Tertinggal
14
Luka yang Menganga
15
Di Ambang Harapan
16
Di Ujung Kesabaran
17
Perlahan Membuka Hati
18
Luka yang Belum Sembuh
19
Kembali ke Rumah, Namun Tak Kembali Sama
20
Luka yang Menguatkan
21
Menyulam Cinta yang Patah
22
Pertemuan Tak Terduga
23
Bayangan Masa Lalu
24
Intrik yang Mulai Terungkap
25
Konfrontasi Tak Terelakkan
26
Bayang-Bayang Perselingkuhan
27
Jatuh Lebih Dalam
28
Kekosongan yang Terlalu Dalam
29
Bab 29: Luka yang Tak Terkata
30
Bab 30: Cinta yang Terkurung
31
Bab 31: Retakan yang Semakin Dalam
32
Bab 32: Simpul yang Semakin Kusut
33
Bab 33: Luka yang Belum Kering
34
Bab 34: Terperangkap dalam Keputusan
35
Bab 35: Di Persimpangan Jalan
36
Bab 36: Titik Terakhir
37
Bab 37: Hati yang Goyah
38
Bab 38: Jejak Luka di Hati
39
Bab 39: Bayang-bayang Masa Lalu
40
Bab 40: Topeng yang Terlepas
41
Bab 41: Pertaruhan Terakhir
42
Bab 42: Jalan yang Penuh Luka
43
Bab 43: Pilihan yang Menyakitkan
44
Bab 44: Luka Lama yang Terbuka
45
Bab 45: Ketukan dari Masa Lalu
46
Bab 46: Kebenaran yang Menyakitkan
47
Bab 47: Bayangan Masa Lalu dan Pilihan yang Sulit
48
Bab 48: Jalan Baru yang Penuh Luka
49
Bab 49: Keputusan yang Menentukan
50
Bab 50: Badai yang Tak Terduga
51
Bab 51: Luka yang Belum Sembuh
52
Bab 52: Pilihan yang Menghancurkan
53
Bab 53: Bayang-Bayang Masa Lalu
54
Bab 54: Pilihan yang Berat
55
Bab 55: Jalan di Antara Luka
56
Bab 56: Bayangan di Antara Cinta
57
Bab 57: Bayangan di Balik Cinta
58
Bab 58: Dosa yang Mengikat
59
Bab 59: Ketika Kebenaran Mulai Terkuak
60
Bab 60: Kegelapan yang Menerjang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!