Episode 18

Gu Jun dan Gu Min berlari kecil menuju lapangan untuk mendekati Gu Ana

“Waw…” ucap Gu Jun di sambut tepuk tangan Gu Min

“Ini baru Jiejie ku.” kata Gu Min bangga

“Jelas…” kata Gu Jun memeluk Gu Ana dan Gu Min, entah mengapa saat ini ia merasa benar-benar merasa memiliki keluarga yang utuh.

“Wah… sungguh sesuatu yang mengejutkan.” ucap Raja Zang Zuan memecahkan keharmonisan kakak beradik tersebut.

“Terimakasih Yang Mulia…” ucap Gu Ana sambil membungkuk tanda penghormatan.

“baiklah, untuk ujian pertama ini kau menyelesaikannya dengan baik, selanjutnya adalah bertanding taktik catur bersama jendral Li Zong.” kata raja Zang Zuan sambil memberi tanda kepada para pelayan untuk mengambil catur perang.

Sebenarnya ini merupakan suatu keberuntungan bagi Gu Ana, karna di kehidupan abad 21 nya Ia adalah seorang Capten Senior Pasukan Elit Khusus yang pasti dalam urusan taktik perang, ataupun penyergapan harus Gu Ana kuasai. Senyum manis mengembang saat melihat para dayang meletakkan papan catur tersebut dan mulai menyusun semua, sungguh ini merupakan keberuntungan baginya.

Tak sampai 10 menit Gu Ana mengalahkan permainan jendral Li Zong yang sungguh membuat semua orang terperangah dibuatnya.

“Kau sungguh diluar dugaan ku…” ucap Raja Zang Zuan bangga

Di balik keberhasilan Gu Ana, sungguh Tuan Gu marasakan kecemasan yang sangat besar. Tuan Gu sangat takut akan kehilangan Gu Ana, menyadari hal tersebut Gu Ana tiba-tiba angkat bicara

“Terimakasih Yang Mulia…” ucap Gu Ana kepada Raja Zang Zuan, kemudian Gu Ana mengalihkan pandangannya kepada Tuan Gu yang telah di penuhi kecemasan. “Tapi hambah punya permintaan, bolehkah hambah tidak turun langsung kemedan perang? Hamba hanya ingin menjadi seorang pengatur strategi, dan hemm… mungkin akan kemedan perang sekali-kali hanya jika diperlukan.” kata Gu Ana sambil memandang Tuan Gu, yang sekarang tengah mengubah ekspresinya dengan wajah tersenyum senang.

“hm… ya tentu bisa.” kata Raja Zang Zuan sambil tersenyum.

“Terimakasih Yang Mulia.” kata Gu Ana dengan tulus, sambil membungkukkan badannya kearah Raja Zang Zuan.

“Ayah bukankah Meimei bijaksana?” bisik Gu Min kepada Tuan Gu, yang terlihat sangat bahagia.

“Bagaiman Ayah? Apakah Ayahku yang tampan ini cukup bahagia dengan permintaanku?” sambil berjalan kearah Ayahnya.

“Tentu Ayah telah kehilangan Ibundamu, jika kau ke medan perang sungguh ayah sangat khawatir.” jujur Tuan Gu.

“Ayah sekarang bisa tenang, aku telah memutuskan hubunganku dengan dewa pencabut nyawa untuk sementara waktu.” kata Gu Ana.

“Ah mungkin saja sekarang dewa tersebut tak tega mencabut nyawaku yang cantik dan imut ini.” kata Gu Ana sambil tersenyum dengan mimik wajah yang mengemaskan ditambah pose imut buatannya, dengan menopang kepalanya dengan kedua tangannya, ala ceribelle.

Ekspresi dan posenya ini sungguh membuat mereka ingin mencubit gadis kecil yang ada di hadapannya, dan dengan spontan Gu Min menarik pipi Gu Ana.

“Aaaaaaaaaaaa.” teriak Gu Ana histeris merasakan sebuah tangan mencubit pipinya hingga terasa akan terlepas. Gu Min melepaskan cubitannya, sedangkan Gu Ana dengan paniknya memegang pipinya yang terasa sakit.

“ahhhh… pipiku akan terlepas, sangat sakit…” teriak Gu Ana dengan masih setia memegangi pipinya dengan posesif, ia takut akan ada cubitan berikutnya.

“Cermin, cermin, pelayan cepat ambilkan cermin aku mohon.” teriak Gu Ana panik, Ia takut wajahnya akan melar.

Pelayan datang membawakan cermin dengan setengah berlari kea rah Gu Ana, pelayan tersebut menyerahkan cermin tersebut dengan hati-hati. Wajah pelayan tersebut tertunduk menahan tawa karna ekspresi Gu Ana yang terlihat lucu dan menggemaskan saat panik, ditambah pipinya yang sudah memerah.

“Hah… syukurlah wajahku masih cantik, dan imut.” kata Gu Ana gengan wajah lega, kemudian Gu Ana menoleh ke arah Gu Min

“Ya, Gege… jika wajahku rusak bagaimana? Tidak akan ada orang yang mau dengan ku, kau tega melihatku hidup melajang seumur hidupku? Apa kau fikir disini ada dokter bedah pelastik?” tanya Gu Ana setengah berteriak, sontak membuat semua orang tertawa.