Sudah satu minggu berlalu Ariana mulai akrab dengan keluarga besar Canrana, malam itu merka memutuskan untuk melakukan aktifitas Berbeque di kolam berenang keluarga Candrana
“Kak vian, kakak kok cantik banget sih, gak kalah sama yang di foto. Ih beruntung banget bang Gilang dapet kakak, cantik banget.” semua orang tersenyum menahan mendengar kata-kata dari Ariana, hanya Gilang yang tersenyum kecut.
“Nah tu dengar Gil kamu tu beruntung dapetin Vian.” sambung Andre yang diangguki kakek Farid.
“Iya, bang Andre tau ga sih, kalau teman Ana tu banyak yang muji kecantikan kak Vian. Contohnya aja Bang Mexim.” kata Ariana menjelaskan.
“Mexim artis itu?” canda Riky.
“Iya, kok bang Riky tau sih?” tanya Ariana sontak membuat semua orang kaget karna mereka mengiri ia tak punya teman di Indonesia, karna menurut informasi sejak kecil ia berkecimpung di dunia militer, dan bersekolah di luar negri, bahkan ia jarang kembali ke Indonesia.
“Wah temen kamu artis? Kenal Boy Liam ga?” tanya Ayu antusias kepada Ariana.
“Kenal banget kak, dia itu sahabata Ana, dia itu baik banget, buktinya aja dia sering ngalah kalau berantem sama Ana, terus kalau Ana ke Indonesia dia sering banget ngajakin Ana jalan sama teraktir Ana.” jawab Ariana cengengesan dengan wajah polos.
“Kamu banyak kenal artis ya?” tanya kakek Farid antusias, karna menurutnya kalau banyak kenal artis ia kana lebih mendapat akses ke artis tersebut untuk endorsmen produk-produknya. Keluarga Candrana memang selain terkenal di bidang perhotelan mereka juga terkenal dibidang industry makanan dan Make Up.
“Banyak kek, kakek mau artis yang mana? Artis luar atau artis dalam negri? Kalau kakek mau buat endorsmen Ana bisa kontakin, kalau kakek mau sekarang juga bisa.” jawab Ariana antusias dan bangga tentang kenalannya di dunia artis. “Kakek tenang aja kek, sem….” belum sempat iya melanjutkan kata-katanya sebuah telfom masuk dengan atas nama bang Algino, disertai foto yang membuat orang terkejut, bagaimana tidak Algino merupakan artis yang sedang naik daun dan dikatakan dengan bayaran termahal.
“Halo abang Al ganteng, tumben nelfon? Udah ga syuting lagi ya? ah salah, masih ingat ya sama Ana yang cantik imut dan menggemaskan ini?” tanya Ariana dengan nada merajuk, sambil beranjak dari tempat duduk meninggalkan yang lain yang masih terkejut dengan sikap Ariana terhadap orang yang berada di ujung telfon.
“Kamu berapa lama kenal dia Ky.” tanay Gilang penasaran.
“Biasanya berhubungan cuman lewat misi aja kok, dan kalau di dalam misi biasanya dia bersikap formal. Mungkin juga baru kali ini saya satu misi untuk pengawalan dalam keluarga seperti ini makanya saya baru faham dengan sikap Ana.” terang Riky menjelaskan tentang kedekatan mereka.
Tak lama kemudian Ariana masuk dan ikut berbincang bincang dengan semua.
“Kek kok om Arkan tu galak banget ya?” tanya Ariana karna heran melihat tingkah Arkan yang suka marah-marah kadang tak jelas.
Flashbac on.
“Permisi om Arkan kakek minta Ana ngawal om, katanya untuk keamanan om.” kata Ariana saat Arkan sedang bersiap masuk kedalam mobilnya.
“Saya ga butuh pengawalan kamu.” kata Arkan dengan wajah datarnya.
“Tapi om kakek nyuruh saya om.” jelas Ariana.
“Kalau kamu mau kamu bisa tapi naik taxi, atau angkutan umum. Emang saya anak ingusan di jagain sama anak kecil kayak kamu.” jawab Arkan merehkan.
“Heh suka suka om deh.” jawab Ariana mengalah karna malas berdebat dengan keliennya.
Belum datang taxi yang ia pesan Arkan telah berangkat.
“Oy om gila, tunggu napa?” teriak Ariana frustasi.
Setelah sampai kantor, Ariana langsung menuju kantor Arkan. Ariana langsung menuju ke meja resepsionis.
“Maaf mbak cantik, tau ruangan om Arkan ga?” tanya Ariana dengan sikap polos.
“Iya, adek sudah ada janji dengan pak Arkan?” tanya resepsionis ramah.
“Udah mbak cantik, terus saya ke sini juga atas perintah kakek Fardi.”
“Baik dari silahkan naik lift ini dek.” jawab resepsionis tersebut dengan ramah.
“Iya makasih kakak cantik.” jawab Ariana.
Sesampainy di depan ruangan Arkan, ia mengetuk Pintu meminta izin untuk masuk ke dalam.
“Masuk.” terdengar suara dari dalam.
“Selamat pagi Om eh Pak Arkan.” sapa Ariana santai, dan langsung menghepaskan bokongya ke sofa yang telah di sediakan.
“Nekat juga kamu ya?” katanya dengan nada sinis.
“Eh Pak Arka, dengar ya. Kalau bukan karna perintah Kakek saya nga akan ke sini.” jawab Ariana tak kalah sinis.
“Heh siapa Kakek? Ingat ya jangan mimpi kamu, Papi saya ga punya cucu seperti kamu.” sarkas Arkan.
“Iya tau Pak Arkan, ga usah sewot gitu dong, kalau pak Arkan mau saya menjadi menantu Kakek ga papa kok.” jawab Ariana dengan mengedipkan matanya kepada Arkan.
“Jangan mimpi.” bentak Arkan.
“Ga mimpi kok ini bangun.” kata Ariana cengegesan.
“Kalau kamu masih mau di sini jangan berisik.” bentak Arkan, di ikuti dengan gerakan Ariana yang solah mengunci mulutnya.
Makan siang tiba terdengar ketukan dari pintu, ternyata Ariana telah memesan makanan dengan 2 porsi, ia membuka dan memakan dengan lahap. Wangi yang sangat enak tercium hingga ke hidung Arkan, hingga menghentikan kerjanya, dan mengalihkan pandangannya kearah Ariana.
“Siapa yang bolehin kamu makan di kantor saya?” tanya Ariana sinis, ia menutupi rasa laparnya dengan tatapan sinis kepada Ariana.
“Kan Pak Arkan ga bilang kalau saya ga boleh makan, pak Arkan cuman bilang saya ga boleh ngomong, lagian ini udah siang, oh ya pak ini saya beli juga untuk bapak.” kata Ariana dengan wajah cueknya dan kembali menatap makan siangnya.
Flashback off.
“Oh Om Arkan emang gitu orangnya.” jawab Gilang santai.
“Nih ya Om, Ana saranin jangan galak-galak jadi orang entar ga ada yang suka, makanya Om ga laku-laku sampai sekarang.” kata Ariana kepada Arkan seolah menasehati. Semua orang menahan tawa, karna baru kali ini ada yang berani mengatakan hal tersebut.
“Eh diam kamu ya, lagian kamu bukan ponakna saya.”
“Om jangan ngegas mulu dong, udah tua ntar tambah tua, tambah ga ada yang mau sama om. Nih ya kalau memang om gam mau nganggap saya ponakan, om mau nganggap saya apa? Calon pendamping hidup.” goda Ariana sambil menaik turunkan alisnya. Sontak membuat semua orang tertawa, sedangkan yang di goda hanya bisa diam tak bisa berkata apa-apa.
“Oh ya om, sebaiknya om jangan dekat-dekat dengan kakak Karin deh sekertaris om itu.” kata Ariana tiba-tiba dengan mimik yang serius.
“Kamu jangan sok tau ya, Karin itu sahabat saya dari kuliah.” jawab Arkan kesal.
“Om pernah dengar ga? Kalau orang yang paling dekat itu yang harus kita curigai, om kira kenapa keamanan om bisa sampai bocor? Atau data pribadi kantor bisa sampai bocor? Om Ana ga pernah menuduh tanpa penyelidikan, dan analisis. Sekarang Ana mungkin ga bisa membuktikannya, tapi percaya sama Ana om.” kata Ariana dengan wajah serius.
Malam puncak tiba, Ariana dan yang lain bersiap-siap dengan tugas masing-masing, semula acara berjalan lancar, namun tiba-tiba lampu mati, sesuai dengan perhitungan Ariana, Tim Satu mengumpulkan para tamu undangan hingga tak tersisa, dan baku tembak pun terjadi. Semua tamu undangan dan keluarga besar Candana di kumpukan dalam satu rangan, sedangkan di aula terdengar suara tembakan dimana-mana, tidak ada yang menyaksikan namun dilanda rasa cemas. Tiba-tiba seorang wanita yang tak lain Karin asisten kepercayaan Arkan menodongkan pistol ke kepala Kakek Fardi
“Karin, kamu….” Belum sempat Arkan melanjutkan kata-katanya Karin langsung memotong ucapannya.
“Iya, sekarang beri jalan kepada saya sebelum kepala kakek tua ini saya tembak dengan timah panas.” kata Karin dengan nada mengancam.
“Hai kakek tua sekarang tandatangani ini.” sembari menyerahkan kertas pengalihan perusahaan kepada kakek Fardi. Belum sempat kakek Fardi Ariana datang dan menodongkan pisto kepada Karin
“Kamu kira saya tak tau kamu siapa, kamu anak buah black patner yang menyamar.” kata Ariana sambil tersenyum sinis.
“Ah ternyata memang benar, kamu bukan orang yang bisa diremehkan, terbukti mampu menghabisi seluruh anak buah saya tanpa luka, tapi kamu terlambat. Jiak kamu mau menyelamatakan kakek tua ini turunkan senjata kamu.” jawab Karin dengan nada penuh kemenangan. Dengan berlahan Ariana menurunkan senjata, dan Karin melepaskan kakek Fardi, sambil memegang kertas yang sudah di tandatangani.
Namun tanpa disadari Riky menangkap Karin dari belakang yang menyebabkan Karin menarik platuk nya dengan pistol yang masih mengarah kepada kakek Fardi, dengan sigap Ariana melindungi kakek fardi dengan tubuhnya, yang menyebabkan ia terkena tembakan di bagian lengan.
Riky berhasil menangkap Karin, namun sebelum mereka menelfon pihak ambulans terdengar suara gemuruh yang berasal dari helicopter.
“Tak apa saya yang menelfon mereka, ohya terimakasih kerja samanya untuk Capten Senior Riky dan keluarga besar Candana, saya pamit.” ucap Ariana sambil berlari meninggalkan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 355 Episodes
Comments
Jannah Nur
hai author dan semuanya jangan lupa mampir di cerita aku
"Liu Li Secret And Love"
ditunggu yah dukungannya
🥰ಥ‿ಥ (个_个) heheeh
2022-08-18
1
HIATUS
Like like like 💕
2020-12-15
0
Windye Indie Prakoso
Semangat
2020-12-08
0