Clara baru saja selesai menemui Rio di bawah, Rio minta maaf atas tindakan yang ia lakukan minggu kemaren. Ia memberikan sebuah bingkisan tanda permintaan maafnya pada Clara.
Setelah menemui Rio, Clara segera kembali ke ruangannya. Saat sedang menuju ke lift, ia melihat pintu lift yang baru saja terbuka dan hampir menutup kembali. Dengan cepat ia segera berlari untuk menahan pintu lift yang belum tertutup sempurna. Pada saat pintu lift kembali terbuka, ia segera masuk kedalam tanpa melihat siapa yang berada di dalam dan menekan angka 10. Kemudian ia segera bersandar ke dinding lift dengan napas yang tidak beraturan setelah berlari tadi. Di dalam lift hanya ada dirinya dan satu orang laki-laki yang berdiri di disampingnya. Saat napasnya kembali normal, ia segera meluruskan posisi tubuhnya. Clara langsung melototkan matanya dan reflek melihat kepada laki-laki itu. Begitupula laki-laki itu juga langsung melihat kearahnya.
"Kamu!" ucap mereka bersamaan.
(Ya tuhan, kenapa aku harus bertemu dengan manusia menyebalkan ini lagi?) gumamnya dalam hati saat mengetahui siapa yang bersamanya saat ini.
"Sedang apa kamu disini" tanya laki-laki itu dengan ekspresi datar.
"Saya bekerja disini" jawabnya singkat.
(Ohh ternyata dia salah satu karyawanku) gumam Adhit dalam hati.
"Kamu sendiri, sedang apa disini? Apa kamu bekerja disini juga?" tanya Clara penasaran. Ia tidak mengetahui, jika laki-laki yang sedang ia ajak bicara saat ini adalah atasannya. Ia bahkan tidak mengetahui namanya sama sekali. Karena kemaren ia hanya berinteraksi dengan Alicia, anak perempuan laki-laki itu.
(Hah, apa maksudnya? Apa dia tidak mengetahui siapa aku?) gumamnya dalam hati. "Ahmm, iya saya juga bekerja disini" jawab Adhit dengan ekspresi datar.
"Ohh begitu, ohh iya bagaimana kabar Alicia?"
"Untuk apa kamu menanyakan putriku? "
"Ishh dasar aneh, tentu saja karena aku merindukannya. tidak mungkin aku merindukan dirimu Tuan menyebalkan!" jawab Clara kesal.
"Hah apa maksudmu? " Adhit bingung mendengar perkataan Clara barusan.
"Sudah lupakan! " Clara bermaksud keluar karena ia sudah berada di lantai 10 dan pintu lift sudah terbuka. Namun tangannya ditahan oleh Adhit dan segera menutup pintunya kembali.
"Hei lepaskan, apa maksudmu menahan tanganku? aku harus kembali bekerja" Clara semakin kesal dengan laki-laki itu.
"Kemarikan ponselmu! " ucapnya dan mengulurkan tangannya.
"Untuk apa?" jawab Clara ketus.
"Jangan banyak tanya, kemarikan saja!" ucap Adhit dengan menatap tajam kearah perempuan itu.
Dengan mulut yang tidak berhenti mengomel Clara memberikan ponselnya. Adhit segera mengetik nomornya dan menghubungi nomor ponselnya sendiri.
"Ini" ia mengembalikan ponsel Clara dan langsung keluar dari dalam lift. Karena ia sudah berada di lantai tempat ruangannya berada.
"Cih dasar menyebalkan, selalu saja pergi seenaknya seperti itu" gerutu Clara kesal, Ia segera menekan tombol lift untuk menuju ke ruangannya. Sudah hampir satu jam Clara meninggalkan ruangan kerjanya. Ia sedikit cemas, takutnya nanti ia dicari oleh managernya. Dengan terburu-buru ia segera berlari ke mejanya.
Baru beberapa detik ia mendudukkan tubuhnya, tiba-tiba Agni menghampirinya.
"Clara, kamu kenapa lama sekali baliknya? Kamu di suruh Bu Syifa untuk mengantar laporan ini ke ruangan Direktur" ucap Agni sambil menyerahkan berkas yang ada di tangannya.
"Kenapa harus aku? biasanya kan Ibu Renata yang selalu mengantarnya" ucap Clara dengan wajah memelas, karena tidak ingin ke ruangan Direktur yang terkenal galak. Meskipun ia sama sekali belum pernah bertemu dengan atasannya itu. Tapi mendengar rekan-rekannya yang mengatakan, kalau Direkturnya itu galak membuat Clara sedikit takut untuk menemuinya langsung.
"Ibu Renata sedang ada meeting dengan client, dan aku harus membantu Karina mengerjakan laporan ini" ucap Agni menjelaskan.
"Baiklah, aku akan mengantarkannya" ucap Clara pasrah. Ia terpaksa mengantarkan laporan tersebut dan harus bertemu dengan Direktur galak. Clara segera naik ke lantai 25 tempat Direkturnya berada.
Setibanya di lantai yang ia tuju, Clara langsung menghampiri meja sekretaris Direktur yang bernama Gisela Adistia.
"Permisi Nona, saya dari Tim Desain ingin bertemu dengan Direktur untuk memberikan laporan ini" ucapnya ramah.
"Ohh iya, tunggu sebentar" Gisela segera mengangkat gagang telphon yang ada di mejanya dan menghubungi seseorang.
"Tuan, ada yang ingin bertemu dari Tim Desain" ucap Gisela
"suruh dia masuk" jawab seseorang dari seberang sana. Setelah meletakkan gagang telphon ia langsung menyuruh Clara masuk.
"Silahkan masuk Nona" ucap Gisella dan Clara segera menuju ke depan ruangan Direktur dan mengetuk pintu tersebut. Setelah mendapat izin untuk masuk, ia segera melangkahkan kakinya ke ruangan yang baru pertama kali ia masuki. Ia mengamati setiap sudut ruangan yang sangat luas, hampir sama besar dengan kamarnya dan tertata dengan rapi. Warna dari ruangan itu lebih dominan warna gelap, seperti menggambarkan siapa pemiliknya. Di sudut kanan ada sofa yang berwarna Coklat tua. Clara masih berdiri diam di ujung pintu. Kemudian ia tersadar karena mendengar seseorang batuk.
"Ahmm, ada apa? Kenapa masih berdiri di situ?" ucap seorang laki-laki yang masih sibuk dengan berkas-berkas yang ada di mejanya.
"Sa..ya mau menyerahkan laporan ini Tuan" jawab Clara gugup.
"Bawa kemari" ucapnya tanpa melihat ke arah lawan bicaranya.
Clara melangkahkan kakinya dengan kepala tertunduk. Ia tidak berani mengangkat kepalanya. Saat sudah berada di depan meja sang Direktur, ia segera meletakkan laporan itu disana. Entah dapat keberanian dari mana ia mengangkat kepalanya dan memperhatikan wajah atasannya yang sedang fokus bekerja.
Seketika ia membulatkan matanya saat laki-laki itu mengangkat kepalanya dan melihat kearahnya dengan tatapan tajam.
(Ya tuhan, ternyata manusia menyebalkan ini adalah atasanku sendiri. Bagaimana ini? Apa dia akan memecatku? Karena sudah tidak sopan kepadanya) gumamnya dalam hati. Clara tampak gusar, ekspresinya saat ini sudah tidak bisa dibaca lagi. Wajahnya seketika memucat, bibirnya terasa membeku.
Seketika senyuman Adhit mengembang, melihat ekspresi terkejut Clara.
Clara berusaha menyusun kata-kata yang akan ia ucapkan. Dengan jantung yang sudah berdetak melebihi batas normal, ia kembali berbicara. "Maafkan saya Tuan, saya permisi dulu" Clara langsung pergi dari ruangan Adhit.
**********
Clara sudah kembali ke ruangannya. Ia segera menuju ke mejanya dan langsung terdiam. Ia merutuki kebodohannya sendiri. Bisa-bisanya ia mengajak debat atasannya sendiri. Ia langsung membenamkan wajahnya dimeja.
Agni yang melihat Clara sudah kembali langsung menghampirinya.
"Ra, kamu kenapa?" tanyanya tiba-tiba.
Clara yang mendengar suara Agni langsung mendongakkan kepalanya. "Agni, aku harus gimana? ucapnya saat sudah menghadap pada sahabatnya itu.
"Memangnya ada apa Ra? " tanyanya menyelidik karena ia tidak paham apa yang dimaksud Clara.
"Kamu tau siapa Direktur kita?" tanya Clara penasaran.
"Tentu saja aku tau, memangnya kenapa?"
"Berarti hanya aku yang tidak mengetahui siapa Direktur kita" ucapnya lesu.
"Ya ampun Clara sayang, kamu kemana aja selama ini? Kenapa sampai kamu tidak mengetahui siapa atasan kamu sendiri?"
"Aku memang tidak mengetahuinya, kalau aku tau tidak mungkin aku ajak dia debat!" serunya.
"Clara, siapa yang tidak kenal dengan Adhitama Elvan Syahreza Direktur SYH Company. Ia sangat terkenal, para perempuan di luar dan di dalam kantor selalu mengejarnya dan berharap untuk bisa bersanding dengannya. Namun tidak ada satupun yang berhasil meluluhkan hatinya. Kabarnya ia masih belum bisa melupakan mantan Istrinya yang sudah lama meninggal" ucap Agni panjang lebar.
(Hah serius dia seterkenal itu, pantas saja kemaren orang-orang melihatku seperti itu. Apalagi para perempuan, yang menatapnya seolah-olah sudah merebut kekasih mereka) Clara mengomel dalam hati.
"Tapi tunggu dulu, maksud kamu apa pernah berdebat dengan Tuan Adhit?" tanyanya lagi.
"Ahh bukan apa-apa, tadi aku hanya salah bicara" jawab Clara memberi alasan.
"Ya sudah, ayo kita ke kantin, aku sudah lapar!" ajak Agni.
"Memang sudah waktunya makan siang ya?" tanya Clara polos.
"Lihat dong Ra, sekarang udah jam berapa? " sambil menyodorkan jam yang ada di pergelangan tangannya.
Clara terkekeh "Ayo kita makan." Mereka berdua langsung turun ke bawah menggunakan lift. Saat tiba di bawah, langkah Clara terhenti karena ponselnya bergetar. Ia segera melihat ponselnya dan ada sebuah pesan dari seseorang. Keningnya langsung berkerut melihat nama yang tertera disana.
"Adhit? sejak kapan aku menyimpan nomor laki-laki itu? " gumanya pelan. Ia kemudian ingat saat mereka di lift tadi pagi, saat Adhit meminta ponselnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Alanna Th
anaknya kepincut duluan, daddynya mnyusul 😕🙄👍
2021-12-22
0
Shakira Keyyila Zahra
like
2021-02-17
1
Heny Ekawati
mulai deh
2021-02-11
2