"Bagaimana kabar anak - anak mu Dan..?"
Sungguh Daniel terkejut dengan pertanyaan papinya. Darimana papi tahu tentang si kembar, pikir Daniel. Dahinya berkerut bingung memikirkannya.
"Papi tau semua tentang kamu. Papi tau bagaimana brengseknya kamu jadi seorang laki - laki. Selama ini papi dan mami tidak pernah mengajarkan hal seperti itu kepadamu." Daniel menundukkan kepalanya mendengar ucapan papinya yang terdengar santai tapi tegas.
"Kamu tau kenapa Rara bisa kuliah di luar negeri? Itu semua papi yang memberikannya tanpa sepengetahuan Rara. Karena Papi ingin memberikan pelajaran untuk kamu. Supaya kamu tau bagaimana rasa sakitnya kehilangan. Papi utus seseorang di sana untuk menjaga dia dan juga cucu - cucu papi. Papi juga mengutus seseorang untuk memberikan rekomendasi perusahaan kita agar dia bekerja disana. Papi bahagia karena apa yang Papi lakukan berpengaruh positif pada hidupmu."
Daniel diam mendengarkan ucapan papinya. Dia tidak berani bersuara. Tangan lembut mami nya mengelus pundak Daniel agar dia merasa tenang.
"Papi ingat bagaimana sedihnya mendengar tangisnya di samping mobil papi. Dia tidak tau kalau papi ada di dalam mobil. Karena waktu itu papi berencana untuk menemui kepala sekolah untuk sebuah urusan penting. Ketika papi ingin membuka pintu mobil, Rara sudah tergeletak tidak sadarkan diri. Kemudian papi membawanya ke Rumah Sakit. Papi menunggunya di sana sampai dia sadar. Dokter datang dengan membawa hasil pemeriksaan yang mengatakan bahwa dia positif hamil. Papi sangat prihatin dengan keadaannya. Karena papi tau dia gadis baik, cerdas, walaupun dia yatim piatu. Saat itu papi yakin bahwa dia hamil bukan karena keinginannya."
Tuan Arnold Mahendra menatap putranya yang sedang tertunduk tanpa bicara sepatah katapun.
"Apa kamu ingin tau bagaimana papi bisa tau itu darah daging kamu?"
Daniel mendongak menatap papinya dan menganggukkan kepalanya pelan.
Arnold menghela nafasnya, meminum tehnya dan meletakkannya lagi di atas meja.
"Karena papi yang memaksanya bicara. Dia tidak tau siapa papi. Tapi papi berkata padanya kalau papi akan menjaga rahasianya. Mungkin dia sudah lupa dengan wajah papi sekarang."
Tuan Arnold meraih tangan Daniel sambil menggenggamnya lembut.
"Jaga Rara dan juga cucu - cucu papi dengan baik. Jangan pernah menyakitinya lagi. Jadilah laki - laki yang bertanggung jawab. Papi mau kamu membawa mereka segera ke dalam keluarga Mahendra. Papi mau si kembar menemani masa tua mami dan papi sampai waktunya Tuhan memanggil kami."
Daniel yang mendengarnya pun tak kuasa menahan air matanya. Dia memeluk papinya sambil terisak.
"Maafkan Daniel Pi. Daniel janji akan melakukan semua yang papi pinta. Daniel juga ga akan biarkan mereka pergi lagi dari Daniel, karena Daniel sangat menyayangi mereka. Daniel sangat mencintai Rara. Daniel sungguh menyesal Pi."
Tepukan lembut di punggung Tuan Arnold berikan untuk menyalurkan kekuatan bagi putranya.
Tanpa keluarga itu sadari, ada seseorang yang berdiri di balik pintu, mendengarkan semua percakapan mereka. Hatinya sangat tersentuh dengan perbuatan baik Papi Daniel selama ini yang tidak dia ketahui. Dia tidak menyangka bahwa orang tua Daniel begitu menyayangi Rio Ria. Dan yang membuat air mata Rara semakin deras mengalir kala mendengar bagaimana Daniel sangat mencintainya. Perlahan langkah Rara mundur meninggalkan Daniel dan kedua orang tuanya kembali masuk ke kamarnya.
"Daniel, papi pegang kata - kata kamu, dan kamu harus tepati janji kamu. Dan satu hal lagi, dengan kamu melakukan itu, maka rasa bersalah papi pada Rara akan terhapus."
Daniel mengernyitkan alisnya tidak mengerti dengan apa yang papinya ucapkan tadi.
"maksud Papi apa? Rasa bersalah apa Pi?" Tanya Daniel.
"Kalau situasinya memungkinkan papi akan menceritakannya padamu dan juga Rara."
"Sebaiknya kita sekarang beristirahat. Nanti sore acara kita di mulai. Jangan lupa ajak Rara makan siang."
"Iya mi".
Mami dan papi Daniel berlalu pergi menuju kamar mereka. Daniel juga memilih untuk masuk ke kamarnya. Dia ingin melihat keadaan Rara apakah sudah bangun atau belum. Ya, karena Rara tadi berada di kamar Daniel.
Daniel masuk ke dalam kamarnya dan mendapati Rara berbaring membelakanginya. Dia membaringkan dirinya di samping Rara dan memeluknya dari belakang. Rara yang berpura - pura masih tidur ketika Daniel masuk tadi, terkejut dengan ulah Daniel. Tapi Rara tidak bergerak sedikitpun dalam posisinya. Tubuhnya menegang. Jantungnya berdetak kencang seperti ingin meledak.
Daniel menyibak rambut Rara dengan perlahan, mencium lembut pundak Rara yang terbuka. Dia menghirup aroma tubuh Rara yang sangat dia rindukan selama ini. Menumpukan dagunya di ceruk leher Rara. Hembusan nafas Daniel membuat tubuh Rara meremang. Membuat Rara semakin menegang dan kaku.
"Rileks Ra..aku tau kamu sudah bangun." Bisik Daniel lembut
"Aku sangat merindukanmu." Lagi - lagi Daniel mengecup tengkuk belakang Rara.
"Kamu tau hari ini aku mengetahui sebuah kebenaran yang di sembunyikan Papi dan mami dariku. Tapi ternyata kebenaran itu sangat menyakitkan bagi ku. Aku menyesali semua kebodohan ku di masa lalu. Karena kebodohan ku, tiga orang yang sangat berarti bagi ku, yang sangat aku sayangi, hidup sendiri jauh dariku. Wanita yang sangat aku cintai menanggung beban hidupnya sendiri, yang seharusnya aku lindungi. Aku memang brengsek. Dan aku layak untuk tidak menerima maaf darinya. Awalnya aku hanya berpura - pura menyukainya. Tapi aku baru menyadari bahwa aku mencintainya disaat dia menghilang. Aku yakin dia dulu memilih pergi meninggalkan ku, karena dia tau aku laki - laki brengsek yang hanya mempermainkan perasaannya demi sebuah taruhan. Bahkan dia pergi dengan membawa hasil kesalahanku. Dia menanggung semuanya sendiri. Di--dia--"
Ucapan Daniel terbata - bata karena tangisan penyesalannya yang dia tumpahkan saat ini. Rara bisa merasakan pundak dan lehernya basah karena air mata Daniel.
Rara terus saja diam menahan isak tangisnya agar tidak pecah. Dadanya terasa sesak mendengar semua ucapan penyesalan Daniel. Rara tahu yang Daniel bicarakan itu adalah dirinya.
"Aku menyesal Ra..tolong maafin aku. Aku ingin memulai kembali dari awal bersama kamu dan juga anak - anak kita. Aku akan memberikan yang terbaik buat keluarga kita. Aku janji akan melakukan apapun untuk menebus semua kesalahan ku padamu, Rio dan juga Ria."
Tubuh Rara bergetar. Dia sudah tak mampu lagi menahan tangisnya. Tanpa bicara tapi tangisan itu mewakili betapa sakitnya luka itu. Daniel mengeratkan pelukannya untuk menenangkan Rara. Mengecup puncak kepala Rara berkali - kali.
Daniel membalik tubuh Rara agar menghadap dirinya. Dia memandang wajah wanita yang di cintai itu dengan sangat intens. Dia menyeka jejak air mata di sana. Lagi - lagi Daniel mencium kening Rara dengan lembut. Menyalurkan semua rasa sayang dan cintanya. Dia meangkat dagu Rara perlahan dan menundukkan wajahnya, mencium lembut bibir Rara.
"Aku sangat mencintai dirimu." Ujar Daniel setelah melepaskan ciumannya.
Dia mendekap erat Rara dan membenamkan wajah Rara di dada bidangnya. Rara tetap bungkam. Dia tidak tahu mau bicara apa lagi karena Daniel sudah mengetahui semuanya. Sekalipun orang tua Daniel tahu bagaimana hubungan mereka, tahu tentang keberadaan cucu mereka, tapi Rara sungguh masih belum siap dengan semua ini.
Tok tok tok
Mami Daniel membuka pintu pelan dan hanya berdiri di depan kamar. Dia melihat Rara dalam pelukan Daniel. Senyum terbit di bibirnya. Nyonya Mahendra berharap mereka berdua bisa menyelesaikan semua permasalahan di antara mereka dan hidup bahagia selamanya. Daniel mendongakkan kepalanya sedikit tanpa melepaskan pelukannya pada Rara.
"Ada apa mi?"
"Sudah waktunya makan siang. Ajak Rara sekalian. Papi sudah menunggu di meja makan."
"Baik Mi. Sebentar lagi kami menyusul."
Daniel melepaskan pelukannya dan kembali mengecup bibir Rara.
"Sayang, ayo bangun. Papi sudah menunggu agar kita makan siang bersama."
Daniel membantu Rara bangun dan mendudukkannya. Dia merapikan rambut Rara yang berantakan.
"Mandilah duluan." Rara menuruti perintah Daniel. Dia mengambil baju gantinya dari dalam koper dan masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah mandi Rara berdandan seadanya tapi tetap terlihat cantik. Daniel juga sudah rapi dengan pakaian santainya. Hanya celana pendek hitam selutut dan baju kaos biru. Sebelum keluar kamar, Daniel memeluk pinggang Rara sehingga lebih dekat padanya.
"Tetaplah bersama ku." Dia mencium lembut bibir Rara. Melepaskan pelukannya dan menggenggam jemari Rara, beranjak dari sana.
Senyuman dari Arnold dan Maria Mahendra menyambut Daniel dan Rara ketika sampai di meja makan. Daniel menarik kursi dan mempersilahkan Rara untuk duduk, kemudian Daniel duduk disebelahnya.
"Bagaimana keadaan mu Ra? Papi dengar kamu sempat jatuh pingsan." Papi Daniel membuka pembicaraan di antara mereka sambil menikmati makan siang.
"Saya baik - baik saja Pak." Ucap Rara pelan
"Panggil saya Papi. Bagi papi kamu adalah menantuku. Papi yakin Daniel pasti sudah menceritakan semuanya padamu. Walaupun sebenarnya kamu berhak untuk menutupi semuanya dari Daniel. Tapi papi minta, pikirkan lah masa depan anak - anak kalian. Mereka sama sekali tidak bersalah. Mereka berhak untuk mendapatkan kebahagiaan yang lengkap dari kalian sebagai orang tuanya.
Papi dan mami tidak akan memaksa kalian untuk secepatnya menikah. Tapi sekali lagi papi minta, hilangkan ego demi masa depan mereka."
"Iya Pi." Ujar Rara tertunduk. Tapi genggaman hangat tangan Daniel membuat Rara menoleh padanya.
"Kami akan melakukan yang terbaik untuk anak - anak kami Pi." Ujar Daniel tanpa melepaskan pandangannya dari Rara.
"Mami senang kalau hubungan kalian membaik. Selesaikan semuanya dengan baik - baik. Mami ga mau cucu - cucu mami nanti terluka."
"Ra.."
Rara menoleh pada papi Daniel "iya Pi" jawabnya.
"Bukankah lusa adalah ulang tahun si kembar?" Tanya Papi Daniel
"Benar Pi."
"Mau dirayakan dimana? Dimanapun mereka mau, katakan pada papi jangan sungkan. Papi akan memberikannya."
"Mereka hanya ingin merayakannya di rumah saja."
"Baiklah kalau memang itu keinginan mereka. Dan kamu Daniel, berikan yang terbaik untuk cucu Papi."
"Siap Papi." Daniel tersenyum bahagia.
Mami dan papinya tertawa melihat bagaimana bahagianya putra mereka. Sebagai orang tua tentu saja kebahagiaan anak adalah yang terutama.
Sementara Rara, dia tidak terlalu banyak bicara. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Semua yang dikatakan oleh Papi Daniel adalah benar. Tapi kembali lagi, dia masih belum siap.
🌼🌼🌼🌼🌼
Makasih buat yang sudah kasih Vote, komen dan like🙏
Salam
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
UM Rah
kpn nikahnya,kok tiba2 jdi istri daniel
2022-10-18
0
cantiq
iiiiih... aku suka banget ma papi dan mami Daniel...
2021-11-25
0
Erma Wahyuni
😭😭😭😭membaca nya penuh deraian air mata..sedih dan terharu😭😭
2021-07-12
1