Di dapur, Daniel dengan cekatan mengambil semua bahan - bahan yang dia perlukan dari dalam kulkas. Dia akan memasak sup ayam. Ria yang duduk manis di kursi memperhatikan Daniel dengan senyum lebar di wajahnya. Kedua tangannya di lipat di atas meja. Kakinya bergoyang di bawah meja makan. Sesekali Daniel meliriknya dan tersenyum melihat tingkah Rara yang menggemaskan.
Setelah masakannya selesai, Daniel menyiapkan mangkuk sebagai wadah sup ayam tadi. Kemudian Ria berteriak dari dapur memanggil Rio. "abaaaaaang..ayo makan. Ade sudah lapar."
Rio memutar bola matanya malas ketika mendengar teriakan Ria. "Iya iya" Sahut Rio sambil berjalan menuju meja makan.
Mereka bertiga menikmati makan malam dalam diam. Meskipun tidak sepenuhnya diam. Karena Ria berceloteh terus dengan Daniel. Sedangkan Rio hanya diam dan mendengarkan.
Makan malamnya berakhir. Rio pamit untuk ke kamarnya. Tapi sebelumnya dia ke kamarnya bundanya. Rara masih belum bangun. Rio mengecup pipi bundanya dan mengucapkan selamat malam. Kemudian dia berlalu dari sana menuju kamarnya.
Daniel yang memperhatikan dari kejauhan sungguh terharu bagaimana Rio begitu menyayangi bundanya. Walaupun Rio pendiam, tapi Daniel tahu anak itu memiliki kepekaan sangat tinggi terhadap dirinya dan juga Rara. Dia bisa menilainya dari cara Rio mengajukan pertanyaanya tadi. Tatapannya juga tatapan penuh selidik.
Daniel menoleh ke sebelahnya dimana Ria yang terlihat menggosok - gosok matanya. Sepertinya Ria sudah mengantuk pikir Daniel.
"Ade ngantuk?" Tanya Daniel.
"Iya. Tapi ade ga bisa tidur kalau belum dibacakan buku cerita. Bunda sakit. Gimana ade tidur hiks..hiks.." Ria mulai merengek lagi dengan tetesan air mata yang sudah mengalir di pipinya.
Daniel menyapu lembut air mata Ria dengan kedua jempolnya dan mengelus lembut kepala Ria. "Ssssttt ade jangan nangis ya. Nanti om yang bacakan cerita. Tapi Ria sikat gigi dulu ya baru habis itu tidur."
"Benarkah?" Daniel menggangguk dan Ria tersenyum girang kemudian mengajak Daniel ke kamarnya.
Daniel menemani Ria menggosok giginya, kemudian membantu Ria berbaring. Dia mengambil buku cerita yang ada di atas nakas. Daniel mulai membaca cerita sampai Ria terlelap. Perlahan Daniel bangkit berdiri dari tempat tidur Ria, menyelimutinya perlahan. Mengecup keningnya dan beranjak pergi dari kamar Ria.
Satu perasaan yang tidak bisa di ungkapkan dengan kata - kata, dia merasa sangat bahagia malam ini. Senyumnya tidak surut dari bibirnya. Dia mengecek Rara sebentar yang masih tertidur. Setelah itu dia berbaring di sofa. Dia ingin pulang tapi juga enggan untuk meninggalkan Rara, takut ada terjadi sesuatu. Akhirnya dia memilih untuk tinggal setidaknya sampai Rara terbangun.
Rara membuka matanya perlahan. Menatap sekelilingnya dan sadar bahwa saat ini dia berada di kamarnya sendiri.
"Siapa yang sudah membawaku pulang?" Gumam Rara.
"Aaaaarrrggghhhhh"
Rara berusaha bangun tapi kepalanya terasa pusing. Dia memijat pelipisnya. Nyeri di perutnya sudah mulai berkurang. Menyibak selimutnya, beranjak berdiri perlahan. Kemudian menuju ke kamar mandi membersihkan dirinya.
Keluar dari kamar mandi dengan rasa segar di tubuhnya, Rara memilih untuk memakai pakaian yang nyaman untuknya. Karena merasa lapar, Rara keluar dari kamarnya untuk membuat makanan. Saat keluar kamar, semua tampak sepi. Dia naik ke lantai atas mengecek anak - anaknya satu persatu. Keduanya sudah tertidur lelap. Rara memberikan kecupan selamat malam pada si kembar, kemudian beranjak dari sana untuk turun ke dapur.
Sebelum kakinya sampai pada pijakan tangga terakhir, matanya menangkap seseorang yang terlihat tidur sangat lelap di sofa. Perlahan Rara menghampirinya agar orang tersebut tidak terbangun. Rara menganga dan membekap mulutnya sendiri ketika melihat siapa orang itu. Daniel.
"Jadi Daniel yang sudah membawa ku pulang." Batin Rara.
Dia merasa tersentuh dengan apa yang dilakukan Daniel padanya. Dengan sangat hati-hati Rara memperhatikan wajah Daniel. Dia terlihat selalu tampan. Seketika seburat merah merona tercetak di wajah Rara. Dia tidak memungkiri hatinya kalau dia masih mencintai laki-laki ini. Pelan-pelan Rara menyibak rambut yang menutupi dahi Daniel. Jari telunjuknya menyentuh hidung dan juga bibir Daniel dengan lembut.
Ketika tangannya ingin menjauh dari wajah Daniel, dengan pergerakan cepat Daniel menangkap pergelangan tangan Rara. Daniel membuka matanya, menatap tepat di manik mata Rara. Mereka saling menatap dalam waktu yang cukup lama. Daniel membawa tangan Rara di atas dadanya. Dia menggenggamnya dengan lembut.
Rara merasakan jantungnya berdetak cepat. Ada perasaan nyaman yang tersalur menghujam dirinya dari genggaman hangat Daniel. Tanpa memutuskan pandangannya Daniel beringsut bangun dan duduk. Masih dengan memandang Rara, Daniel menarik Rara sehingga terduduk di pangkuannya.
Tangannya kirinya memeluk pinggang Rara posesif, tangan kanannya menggenggam jemari Rara. Rara kaget dengan perlakuan Daniel secara tiba - tiba, dia ingin berontak dari posisinya tapi Daniel menahannya.
"Biarkan seperti ini dulu sebentar Ra." Daniel masih betah memeluk Rara.
"Aku sangat merindukan mu." Sambung Daniel.
Rara masih diam membisu. Lidahnya seakan kelu tak mampu bicara. Tubuhnya meremang dengan pelukan Daniel. Perlahan Daniel melepas pelukannya tapi tidak dengan genggaman tangannya. Daniel menatap lembut mata Rara. Sangat jelas terlihat di kedua mata Rara, kalau dia juga merasakan hal sama. Bahkan ada tumpukan cairan di pelupuk matanya yang siap tumpah.
Daniel mengusap lembut pipi Rara, perlahan Daniel mendekatkan wajahnya hingga mengecup bibir Rara. Karena merasa tidak ada penolakan dari Rara, tangan Daniel menahan tengkuk Rara dan me*lu*mat bibirnya lembut. Walau Rara tidak membalas ciumannya, tidak mendapatkan penolakan Rara sudah cukup baginya. Daniel semakin bergerak me*lu*mat bibir Rara, hingga dia merasakan sesuatu yang asin menyapa lidahnya. Rara menangis dalam diam. Daniel menghentikan ciumannya.
Menatap wajah Rara. Mengusap lembut pipi dan juga bibirnya yang basah disana.
"Maafkan aku." Ucap Daniel pelan.
"Aku lapar." Ucapan Rara membuat Daniel terkekeh ringan.
Dia ingat dengan Ria yang juga tadi melakukan hal sama. Rara bangkit berdiri dari pangkuannya, tapi lengannya di tahan oleh tangan Daniel.
"Kamu duduk saja disini. Aku akan membuat makanan untuk mu."
"Tapi--"
"Tidak ada penolakan sayang." Perkataan Daniel membuat wajah Rara merona.
Daniel menuntun Rara agar duduk, sementara dia menuju dapur untuk membuat bubur.
Rara masih terpaku di tempat duduknya. Dia mengulum senyumnya meraba bibirnya mengingat ciuman tadi. Egonya sedikit luntur menerima perlakuan manis Daniel malam ini.
Daniel datang membawa semangkuk bubur dan segelas air putih yang di letakkan di atas nampan. Dengan perlahan Daniel menaruhnya di atas meja. Daniel mengambil mangkuknya dan ingin menyuapi Rara, tapi Rara menolaknya.
"Aku bisa sendiri."
"Baiklah." Daniel memberikan mangkuknya pada Rara.
Seketika wajah Rara berubah dan mengerucutkan bibirnya. Daniel yang bingung melihat perubahan ekspresi Rara mengernyitkan dahinya.
"Kenapa ga di makan?"
Rara cemberut karena yang di buat Daniel untuknya bubur. Rara sangat tidak menyukainya. "Koq bubur sih."
"Kamu lagi sakit. Jadi makanannya ini dulu biar mudah dicerna. Setelah makan minum obat."
Dengan terpaksa Rara menghabiskan buburnya. Meminum obat setelahnya. Daniel mengambil mangkuk dan gelas tadi kemudian mencucinya. Sekembalinya dari dapur Daniel duduk di samping Rara.
"Dokter tadi mengatakan ada sesuatu di rahim mu. Dia menyarankan agar kamu melakukan beberapa tes di RS untuk memastikan hal tersebut. Apa kamu sering mengalami hal ini?"
Rara menolehkan kepala nya pada Daniel dan menggeleng pelan. "Kalau sakit seperti tadi dan pingsan, aku baru kali ini mengalaminya."
Daniel melirik jam di tangannya. Pukul 22.25 WIB. "Aku pulang dulu."
Rara menganggukkan kepalanya. "Terima kasih."
Daniel tersenyum "Besok tidak usah turun ke kantor. Kamu istirahat saja di rumah."
"Tapi--"
"Ssssttt" Daniel meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Rara lalu mengecupnya ringan.
"Aku ga mau kamu jatuh sakit lagi kaya tadi. Jadi jangan membantah. Semua pekerjaan mu biar Nita yang urus."
"Sekarang sebaiknya kamu kembali tidur. Aku akan pulang." Daniel mengecup kening Rara lembut.
Rara tidak bereaksi apa - apa. Dia bingung dengan pikirannya sendiri yang tidak bisa menolak sentuhan Daniel padanya.
Setelah kepulangan Daniel, Rara masuk ke kamarnya. Dia merebahkan tubuhnya kemudian memejamkan matanya.
Sedangkan Daniel, sepanjang perjalanannya pulang senyum di bibirnya tidak menyurut. Dia merasa sangat bahagia malam ini. Dia yakin malam ini tidurnya pasti nyenyak sekali. Semuanya terasa mimpi bagi Daniel. Dia berharap mimpi seperti ini terus ada di hidupnya.
🌼🌼🌼🌼🌼
**Lidya senyum - senyum😁
Di buat baper sama tulisan sendiri hihihi..
Salam dari Daniel and Rara buat Readers setia😊**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Sumarni Al Fa
ah kok sama sih kita dan, aku juga lagi senyam senyum baca ceritamu, inget dan lagi di jln jangan senyam senyum tar dikira pasien rsj 🤭🤭
2023-02-14
0
Annisa Wibowo
aku merasakan ada ribuan Laron diperutkuu saking bapernyaa
2022-01-12
0
Jung I D
serasa ada sesuatu di dadaku thor🥰🥰
2021-11-12
0